Budi Setiawan, S.E., M.M., menjadi dosen sejak tahun 2017 sebagai dosen Ekonomi di Indo Global Mandiri University, Palembang. Sebelumnya ia menghabiskan waktu untuk belajar menjadi seorang yang profesional di sejumlah perusahaan besar baik swasta nasional (PT. BFI Finance Indonesia, Tbk), BUMN (BNI Sekuritas) maupun multinasional company PT. Nestle.
Keputusannya menjadi dosen berangkat dari niat untuk menjadi pengajar saat bekerja di multinasional company. Saat itu Budi merasa perlu untuk mencari ruang yang lebih besar, dimana dapat memberikan saya akses pada informasi dan ilmu pengetahuan yang lebih banyak. Sejak saat itulah, dia merasa dengan kembali ke jalur akademik (dosen) menjadi pilihan tepat baginya.
Alasan Tekuni Bidang Ekonomi
Pria kelahiran Palembang 8 April 1987 ini mengaku, mulai menyukai ilmu ekonomi sejak ia duduk di bangku SMP (Sekolah Menengah Pertama). Dimana saat-saat itulah kondisi ekonomi keluarganya sangat jauh dari kata cukup. Tapi Budi bersyukur, karena berada dalam kondisi itu menjadi motivasinya untuk terus belajar.
Menjadi dosen memang bukan menjadi cita-cita awal Budi. Sewaktu SMA ia memiliki mimpi bisa bekerja di perusahaan Multinasional dan ketika cita-cita itu tercapai ia baru menyadari bahwa profesi dosen bisa memberikan ruang baginya untuk belajar lebih banyak.
Alasannya memilih bidang ekonomi sangat pribadi. Budi terlahir dari keluarga yang sangat sederhana, ayahnya Sudarno seorang PNS lulusan SMA sedang ibu Misiyem yang hanya lulusan SD bekerja sebagai pedagang kaki lima untuk membantu roda perekonomian keluarga. Sejak saat itu, Budi merasa memiliki janji pada dirinya sendiri untuk bisa memperbaiki ekonominya terlebih membantu perekonomian keluarganya.
“Ayah saya PNS dan Ibu saya adalah pedagang kaki lima di pasar Kuto Palembang. Saya memiliki 1 kakak dan 3 orang adik alhamdulillah berkat kerja keras orang tua, kami mampu menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi,” ungkap Budi.
Sosok ayahlah yang sangat menginspirasi Budi dalam menjalani kehidupan untuk meraih kesuksesan. Budi melihat sang ayah yang tidak pernah berhenti bekerja sebelum anak-anaknya mampu menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi. Budi belajar disiplin, dedikasi, dan tanggung jawab dari ayahnya.
Budi merasakan betapa pentingnya peran kedua orang tua dalam kehidupannya. Terutama ketika mendidik Budi dan ke empat saudara lainnya sejak kecil. Banyak menanamkan nilai-nilai kejujuran, disiplin, dan selalu ingat dengan kematian.
“Saya masih ingat sekali bahwa selesai salat magrib hingga pukul 9 malam kami harus belajar. Saya berpikir dahulu bahwa orangtua saja kejam, tapi seiring berjalannya waktu, saya baru sadar bahwa orangtua sedang mengajari kami untuk disiplin dan mencintai proses belajar,” kenangnya.
Hasil didikan kedua orangtua pun mulai dirasakan Budi ketika beranjak dewasa. Ketekunannya dalam menempuh pendidikan dan kerja keras kedua orang tua, mengantarkan Budi bisa sampai ke jenjang perguruan tinggi. Budi pun mantap memilih jurusan Ekonomi di Universitas Sriwijaya, Palembang. Budi lulus lewat jalur SPMB dan diterima di Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Keuangan yang memang sebagai jurusan pilihan pertamanya.
Dan saat Budi berada di semester akhir, ia memperoleh beasiswa dari PT. BFI Finance Indonesia. Sejak saat itulah ia sudah bisa menghidupi dirinya sendiri. Budi merasa itu merupakan pencapaian luar biasa dalam hidupnya, berkat prestasi tersebut kemandirian hidup Budi dimulai hari itu dimana ia sudah tidak lagi bergantung secara materi kepada orang tuanya.
Bekerja Disejumlah Perusahaan Besar, BUMN, hingga Multinasional
Sebelum lulus dari pendidikan S1-nya, April 2009 Budi diterima bekerja di PT. BFI Finance Indonesia dengan ditempatkan di posisi Management Trainee dimana perusahaan yang memberinya beasiswa. Tujuh bulan kemudian Budi naik ke posisi sebagai Credit Analyst Officer hingga mencapai Regional Credit Analyst dengan pencapaian target review kredit untuk transaksi dengan eksposur lebih dari Rp 750.000.000. 1 tahun 9 bulan Budi bergabung, kemudian resign dari perusahaan tersebut.
2011, Budi bergabung di perusahaan multinasional PT. Nestle dengan menjabat sebagai Head of Area (Supervisor). Pada 2013 akhir ia pun diangkat menjadi Head of Area (Senior Supervisor). Dalam posisinya tersebut Budi berhasil mendevelope orang, pasar, dan mengelola mitra bisnis di wilayah Prabumulih, Lahat, dan Baturaja. Selain itu Budi juga berhasil memulihkan kondisi bisnis, yaitu dengan bisnis distributor tumbuh 23% dari sebelumnya -4%.
2014 ia kembali ke Kota Palembang dengan bekerja di BUMN di PT. BNI Securities menjabat sebagai Stock Broker. Tugasnya adalah meneliti pasar keuangan, Konsultan analis investasi, memantau portofolio klien, dan terjun ke lapangan untuk menemukan klien baru.
Di tahun yang sama pula, Budi melanjutkan pendidikan S2-nya di Universitas Sriwijaya. Usai meraih gelar Magister Management Finance dengan IPK 3,67, Budi pun mengakhiri masa kerjanya di PP. BNI Securities. Dari ke 3 tempat kerja Budi tersebut, dapat dilihat Budi berhasil menaklukan cita-citanya saat SMA untuk bisa bekerja di perusahaan multinasional dengan prestasi dan reputasi yang baik.
Menjadi Dosen
Berhasil bekerja di perusahaan multinasional impiannya, justru tak membuat Budi puas dan betah berlama-lama di perusahaan bergengsi tersebut. Ia pun mulai gelisah, memiliki banyak pengalaman di dunia kerja juga namun masih saja merasa fakir ilmu. Di satu sisi Budi ingin membagi keilmuan yang dimiliki tapi satu sisi lain Budi juga masih merasa haus akan ilmu. Hal itu membuat tekad bulat Budi untuk mewujudkan keinginannya menjadi dosen.
2017 Budi berhasil menjadi dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Indo Global Mandiri (UIGM), Palembang. Tak dipungkiri, kendala pasti ada dalam profesi apapun. Tetapi dengan niat untuk belajar dan terus memperbaiki diri, Budi yakin Allah SWT pasti berikan jalan. “Saya juga yakin bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan hamba-Nya,” ujarnya.
Dua tahun menjalani profesi sebagai dosen ada suka duka yang dirasakan Budi. Dosen yang hobi membaca dan berorganisasi sosial ini mengaku sukanya dalam menjadi dosen adalah bisa terus berada di lingkungan yang memotivasi untuk belajar dan melihat mahasiswa berhasil mecapai cita-citanya. Dukanya yaitu, ketika merasakan terbatasnya data dan dana penelitian yang seringkali menjadi kendala untuk mengoptimalkan kemampuan sebagai seorang dosen.
“Pengalaman berkesan. Memiliki kesempatan yang sangat luas untuk belajar dari pusat ilmu baik melalui research maupun konferensi internasional,” akunya.
Selama menjadi dosen pun, ada prestasi yang mulai ditorehkan Budi. Ia sangat bersyukur diberikan kesempatan untuk menghadiri beberapa event akademik, baik yang dibiayai oleh Rostekdikti misalnya Talent Scouting, Pelatihan Kemampuan Bahasa Inggris, Pendanaan Penelitian Pemuda, dan kegiatan lain yang didanai oleh lembaga lain, antara lain Bank Indonesia untuk mengikuti kegiatan Research Dive 2019 dan Research Training Program oleh Erasmus Plus di University of Limoges, Prancis yang saat ini masih ia ikuti.
Ciri Khas Mengajar
Budi juga memiliki cara mengajar yang khas yaitu ia biasa mengawali kelas dengan memberikan informasi update seputar subjek yang akan diajarkan. Internet memberikan informasi yang tidak terbatas. Dengan hal itu, Budi berharap mahasiswa bisa melihat relevansi antara teori yang dipelajari dengan praktik dunia nyata.
Ia pun punya trik sendiri dalam menghadapi mahasiswa milenial. Menjadi dosen Budi selalu belajar melihat dari sudut pandang dari mahasiswa milenial. Sebisa mungkin dosen mengkoneksikan bahan ajar dengan kehidupan pribadi mahasiswa dan memberikan contoh manfaat langsung dalam dunia nyata. Dengan begitu mahasiswa akan tertarik dan ikut fokus menyimak materi yang disampaikan.
Budi juga kerap mengajak dan melibatkan mahasiswa dalam penelitian dan pengabdian masyarakat. Dengan begitu Budi pun cukup akrab dengan para mahasiswa yang sesekali juga diajak diskusi terkait akademik.
Dalam era 4.0 ini, Budi juga menggunakan teknik ajar yang modern. Selain menggunakan buku ajar ia juga menyarankan mahasiswa untuk mengikuti kelas online gratis baik dari futurelearn.org, udemy, atau coursera. Budi menjelaskan, proses ini penting karena tidak hanya untuk memperluas ilmu pengetahuan tapi memberikan akses bagi mahasiswa untuk belajar dan diskusi bersama mahasiswa lain dari seluruh dunia.
“Saya pikir sudah seharusnya kita mengedepankan sistem belajar dua arah. Mahasiswa harus terlibat aktif dalam diskusi. Saya yakin, kuliah tidak hanya tempat untuk belajar subjek akademik tapi banyak hal-hal lain yang juga penting seperti critical thinking, leadership, dan public speaking. Ini yang saya lihat masih menjadi obstacles kita selama ini,” terangnya.
Kiat Menjadi Dosen yang Baik
Menurut Budi, menjadi dosen yang baik adalah melaksanakan tugas wajib seorang dosen dengan serius dan terukur yang mencakup tridharma perguruan tinggi (pengajaran, penelitian dan pengabdian). Tak hanya itu, tetapi dosen juga harus terekspose secara langsung dengan perkembangan teknologi. Sehingga gap antara dosen dan mahasiswa bisa terus diminimalisir.
Sedang dosen juga harus siap menghadapi tantangan akan relevansi antara bahan ajar dan kebutuhan dunia kerja yang sudah berubah dengan sangat cepat.
Cita-cita
Kaitannya dengan profesi sebagai dosen, tentunya Budi juga ingin mencapai jenjang tertinggi yaitu Guru Besar. Budi percaya dalam proses mencapai Guru Besar tidak hanya bisa memberikan manfaat bagi diri sendiri, tapi juga bagi masyarakat melalui kegiatan pengabdian masyarakat. “Intinya, mencapai karir tertinggi sebagai seorang dosen sembari memberikan manfaat ke orang lain, Insha Allah,” ujarnya mantap.
Budi merupakan sosok yang memiliki punya banyak mimpi. Bersyukur di usianya 32 tahun, sebagian berhasil ia raih. Mimpi-mimpi itu menjadi target untuk tetap bersemangat menjalani hidup. Diantara mimpi-mimpinya yang akan segera ia realisasikan yaitu, bisa kuliah S3 di Eropa, berhaji bersama istri, kedua orang tua dan mertua, membeli rumah, menulis buku, bergabung di organisasi internasional dalam bidang ekonomi, Meraih gelar Charter Financial Consultant, dan lainnya.
“Alhamdulillah sebagian sudah tercapai tapi juga ada yang belum yaitu melanjutkan pendidikan S3 dan menulis buku,” akunya.
Mendirikan Lembaga Pendidikan Bahasa Inggris
Selain menjadi dosen, suami juga ayah, Budi juga seorang pebisnis. Ya, di tahun 2017 ia mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang menyediakan kursus bahasa Inggris dan konsultasi beasiswa yang diberi nama Victory Sriwijaya Education (VSE). Bisnis tersebut berfokus pada membantu masyarakat untuk mengembangkan kompetensi bahasa Inggris mereka serta mempersiapkan aplikasi mereka untuk belajar di luar negeri.
Pendekatan VSE menghubungkan para penggemar beasiswa luar negeri dengan mitra sarjana global berpengalaman menggunakan platform komunikasi langsung online dan offline. VSE percaya bahwa dengan menyediakan platform koneksi semacam itu dapat mengisi kesenjangan antara informasi peluang belajar di luar negeri dan bakat sehingga dapat berkontribusi dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.
VSE didirikan pada tahun 2017 di Palembang, Sumatera Selatan Indonesia. Slogan VSE tentang “semua orang bisa belajar di luar negeri” menyampaikan semangat generasi masa depan Indonesia yang lebih baik untuk dapat bersaing dengan dunia global tanpa batas. Layanan utama VSE adalah kursus bahasa Inggris, diantaranya persiapan ujian bahasa Inggris internasional (IELTS, TOEFL, IBT, TOEIC, Membaca, Menulis, Mendengarkan, Percakapan); konsultasi akademik seperti terjemahan bahasa Inggris, pembacaan bukti, proposal penelitian; dan konsultasi beasiswa seperti studi persiapan aplikasi luar negeri dan sesi pelatihan dengan 75 sarjana global VSE di AS, Eropa, Australia, dan bagian lain dunia.
Arti Sukses
“Man proposes and God disposes” begitulah motto hidup suami dari Ira Pratiwi ini. Baginya menjadi seorang hamba wajib melakukan ikhtiar secara optimal dan hasilnya serahkan pada Tuhan. Dan menurutnya, sukses adalah memberikan manfaat bagi orang lain.
Salah satunya ia implementasikan dalam tugas dosen yaitu pengabdian masyarakat. Saat ini Budi juga tengah melakukan edukasi dan sosialisai literasi keuangan bagi mahasiswa dan pelaku UMKM di Palembang.
Selain itu, Budi juga sedang mengerjakan penelitian terkait pasa modal di ASEAN dan juga literasi keuangan di Indonesia.
Begitu padatnya aktivitas ayah dari Shanum Audy Setiawan ini, membuatnya terus berusaha menyeimbangkan waktu untuk karir dan keluarga. Saat ini pun Budi hanya bisa memberikan waktu untuk keluarga ketika akhir pekan. “Tapi saya belajar bahwa Senin sampai dengan Sabtu untuk bekerja dan weekend waktu bersama keluarga,” katanya.
Sebagai dosen di UIGM, Budi berharap ada yang perlu ditingkatkan dan diperbaiki terutama pada penelitian yang harus menajdi normalitas baru. “Saya berharap semua dosen memiliki fokus research sendiri yang pada akhirnya akan dapat berkontribusi bagi masyarakat melalui kegiatan pengabdian masyarakat,” imbuh Budi yang juga aktif menulis di blognya di budisetiawanjr.wordpress.com.(duniadosen.com/taw.)