Riau – Rektor Universitas Lancang Kuning (Unilak) Riau Dr. Junaidi S.MS. M.Hum terus melakukan percepatan untuk mewujudkan Unilak unggul. Salah satunya dengan mengundang Direktur Riset dan Pengabdian masyarakat Kemenristek/ BRIN, Prof. Ocky Karna Radjasa MSc., PhD, untuk memberikan pelatihan peningkatan penelitian dan pengabdian dosen, Jumat (20/12/2019).
Dilansir dari unilak.ac.id dalam seminar tersebut, turut hadir Ketua Yayasan Pendidikan Raja Ali Haji Prof Dr. Irwan Effendi, Wakil Rektor II Ermina Sari STP M.Sc, dekan dan seluruh dosen di lingkungan Unilak. Dalam sambutannya Dr. Junaidi mengatakan, pihaknya bersyukur karena Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unilak naik peringkat dari madya ke utama yang diberikan oleh Kemenristek/ BRIN.
Hal itu tentunya menjadi tantangan lebih besar bagi Unilak dan seluruh sivitas akademika di lingkup Unilak semakin perlu menyiapkan diri untuk menjawab tantangan tersebut.
”Prof. Ocky hadir memberikan bekal kepada kita dalam hal riset dan penelitian. Prof. Oky banyak memberikan penjelasan, publikasi harus mutlak ditingkatkan di jurnal-jurnal bereputasi. Untuk itu saya menyetujui memberikan bantuan publikasi jurnal di Scopus yang memiliki kualitas Q 1 senilai Rp 7 juta, Q2 Rp 6 juta, Q3 Rp 5 juta. Unilak membantu biaya publikasi, sementara untuk konferensi silahkan dianggarkan bantuan di masing-masing fakultas. Unilak juga membantu penerbit buku bagi Dosen Unilak,” papar Rektor.
Ia melanjutkan, Scopus dalam menilai jurnal membuat klasterisasi kualitas jurnal dengan istilah Quartile, dengan 4 Quartile, yaitu Q1, Q2, Q3 dan Q4. Dimana Q1 adalah kluster paling tinggi atau paling utama dari sisi kulitas jurnal dikuti Q2, Q3 dan Q4 dibawahnya.
Sementara itu Prof. Ocky dalam pemaparannya menyebutkan, Indonesia memiliki sumber daya yang besar, jika dari segi jumlah perguruan tinggi, total perguruan tinggi di Indonesia ada 4700 kampus, yang dibawah Kemenristek/BRIN ada lebih dari 3400, sisanya 1300 ada Kemenristek/BRIN.
Sementara jumlah peneliti di Indonesia masih jauh, jika di Korea ada 18000 peneliti/1 juta penduduk, maka di Indonesia 1018 penelitian/1 juta penduduk. Maka ini harus terus dorong jumlahnya.
Dijelaskan lebih lanjut dengan LPPM Unilak naik peringkat maka peluang mendapatkan anggaran semakin besar. Kemenristek/ BRIN telah membantu 15 Milyar pertahun untuk dosen-dosen di Indonesia maka itu harus ditingkatkan lagi dalam hal kualitas dan jumlah proposal yang dihasilkan para dosen di Unilak.
Di jelaskan Prof. Ocky saat ini Indonesia merupakan peringkat pertama di Asean dalam hal publikasi dengan jumlah 30.924 dan ini bisa diraih setelah 60 tahun.
Dikutip dari unilak.ac.id, pada 2018 lalu LPPM Unilak juga giat melakukan pelatihan demi peningkatan mutu kualitas penelitian dan pengabdian masyarakat Unilak. Salah satunya dengan menggelar Pelatihan Penyusunan Proposal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat kepada masyarakat.
Tujuannya, untuk mengupdate perkembangan kebijakan penelitian dan pengabdian Kemenristek/ BRIN serta untuk memotivasi dan meningkatkan kemampuan dosen dalam menyusun proposal. Hasilnya, dosen Unilak berhasil meraih dana hibah dikti untuk proposal penelitian dan pengabdian masyarakat terbanyak di wilayah LLDIKTI wilayah X untuk 2017/2018.