Rangga Restu Prayogo, S.AB., M.Si., adalah dosen di Departemen Administrasi Perkantoran, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Medan (Unimed). Dosen muda ini berhasil terpilih sebagai peserta lokakarya kepemimpinan pemuda dunia dalam 6 Youth Leadership Workshop (fully funded) di Korea, pada 13 Juli 2020 sampai 21 Juli 2020.
Rangga menceritakan, pertama kali mendapatkan informasi pendaftaran lokakarya tersebut dari salah satu teman yang mengirimkan situs resmi terkait agenda tersebut. Tanpa pikir panjang, Rangga langsung mendaftarkan dirinya. Dari 10 ribu applicant yang mendaftar dari seluruh dunia, beruntung ia termasuk yang terpilih.
“Beruntungnya saya diumur 28 tahun, saya masih bisa berpartisipasi dalam kegiatan kepemudaan dunia tersebut dengan pertimbangan umur yang boleh mengikuti kegiatan tersebut maksimal 28 tahun,” ucap dosen muda tersebut senang.
Diketahui, latar belakang diadakannya Lokakarya Kepemimpinan Pemuda ke-6 tentang Global Citizenship Education (GCED) ini bertujuan untuk menjadi transformatif, melengkapi pelajar dari segala usia dengan nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan yang mencerminkan dan menanamkan rasa hormat terhadap hak asasi manusia, keadilan sosial, keanekaragaman, kesetaraan gender dan keberlanjutan.
Sebagai pendidikan transformatif, GCED harus memungkinkan peserta didik untuk berpikir kritis, menjadi sadar akan masalah kehidupan nyata yang kompleks dan menganalisisnya, memeriksa nilai-nilai sendiri dan perspektif, berperilaku bertanggung jawab, dan yang paling penting menanggapi tantangan yang mereka hadapi dan bawa perubahan menjadi lebih baik.
Ini dapat dicapai hanya melalui pengalaman kehidupan nyata pelajar, yaitu diperluas dari pembelajaran yang mereka dapatkan di kelas. Dalam hal itu, menghubungkan pendidikan formal dan pendidikan (non) formal sangat dibutuhkan di masyarakat mana pun.
Sebagai dosen muda, Rangga memaparkan pemuda adalah aktor penting dalam membuat perubahan tidak hanya sebagai pembelajar, tetapi juga sebagai pemimpin, pembela, dan pendidik. Di banyak komunitas, kaum muda berperan sebagai kekuatan pendorong dalam mempromosikan kewarganegaraan global sebagai serta mempraktikkannya, terutama melalui berbagai kegiatan pendidikan di luar tembok kota kelas.
Dalam konteks ini, Pusat Pendidikan untuk Pemahaman Internasional Asia-Pasifik (APCEIU) berkomitmen untuk memberdayakan pemuda dengan menyediakan platform, Lokakarya Kepemimpinan Pemuda tentang GCED, di mana kaum muda dapat bertemu, berbagi, dan bekerja bersama untuk mendorong perubahan menuju Budaya Damai di berbagai tingkatan. Lokakarya ini telah diadakan setiap tahun sejak 2016 bekerja sama dengan mitra termasuk Jaringan Pemuda GCED.
Lokakarya Kepemimpinan Pemuda ke-6 tentang GCED pada 2020 akan fokus pada pemberdayaan kaum muda sebagai pelatih/ pendidik untuk GCED dan mencari strategi yang efektif untuk memaksimalkan pemuda kontribusi dalam membina kewarganegaraan global.
Diadakan di Seoul, Lokakarya ini mengundang 35 pemuda yang dinamis para pemimpin di seluruh dunia, termasuk dari negara-negara berkembang dan perwakilan dari kelompok terpinggirkan, dan pemuda yang berpartisipasi akan sepenuhnya terlibat dalam dialog dan pengembangan kapasitas pelatihan selama lima hari.
APCEIU akan menyediakan akomodasi, makanm dan transportasi lokal untuk semua peserta selama workshop. APCEIU juga akan mencakup tiket pesawat pulang pergi internasional ke dan dari Seoul, Korea. Namun, peserta bertanggung jawab atas biaya perjalanan domestik ke dan dari bandara internasional di negara mereka negara dan biaya aplikasi visa Korea.
Dalam Lokakarya Kepemimpinan Pemuda ke-6 ini diadakan seleksi untuk pesertanya. Ada 3 tahapan dalam proses seleksinya. Tahap pertama, dilakukan pengisian berkas dan memberikan motivation letter dengan memberikan alasan spesifik kenapa ingin mengikuti kegiatan ini? Sumbangsih apa yang Anda berikan setelah mengikuti program ini. Dari 10.000 pendaftar, yang masuk final dan diterima sebanyak 35 pemuda dari seluruh dunia.
Tahap kedua, yaitu wawancara tatap muka melalui media onlined dan tahap ketiga, pengumuman via email resmi.
Setelah itu, Rangga menjelaskan yang perlu disiapkan untuk bisa mengikuti kegiatan tersebut adalah menyiapkan medical checkup, white backround photo, dan paspor aktif.
Rangga berharap masa pandemic Covid-19 ini segera berakhir pada Juni 2020 nanti dan ia bisa berangkat ke Seoul dengan tenang tanpa khawatir virus corona. Rencananya, Rangga akan berangkat pada 13 Juli 2020 mendatang dan akan kembali ke tanah air pada 19 Juli 2020.
Kegiatan yang melibatkan UNESCO yang diwakili oleh Asia-Pacific Centre of Education for International Understanding (APCEIU), Ministry of Education of the Republic of Korea, dan peserta terpilih ini mengajak peserta untuk mengidentifikasi isu-isu prioritas spesifik seputar kewarganegaraan global dan menyusun rencana untuk arah masa depan Global Citizenship Education (GCED).
Bekerja baik secara individu maupun dalam kelompok, para pemimpin muda akan menyusun tujuan dan strategi untuk digunakan di tingkat lokal dan nasional. Peserta akan belajar tentang bidang-bidang tertentu seperti GCED, hak asasi manusia, dan pembangunan perdamaian melalui sesi informasi dan terlibat dalam dialog dan debat tentang isu-isu yang berkembang.
Sebagai bagian dari Lokakarya, para peserta juga akan melakukan kunjungan lapangan untuk membahas peran pemuda untuk masa depan yang lebih damai dan berkelanjutan. Karena hasil lokakarya ini akan menjadi bekal bagi pemuda yang terpilih untuk memberikan pandangan yang dterima ketika workshop berlangsung, kemudian akan disebarluaskan di lingkungan tinggal/Negara asal.
“Saya merasa mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan mewakili negara Indonesia di Ajang internasional. Saya akan mendapatkan pengalaman dan kesempatan berdiri bersama dengan pemuda di kegiatan tersebut,” akunya.
Rangga berharap, sepulangnya dari Korea nanti, ia akan memberikan sumbangan pengetahuan yang diperoleh dari mengikuti lokakarya internasional tersebut. Tentunya ia juga akan sharing kepada dosen di lingkungannya dan mahasiswanya di kelas.
“Harapan saya informasi ini mampu memberikan motivasi kepada mahasiswa bahwa dosen saja masih ikut serta dalam kegiatan kepemudaan dunia. Kenapa mahasiswa tidak bisa? mahasiswa harus bisa dan memiliki semangat yang lebih dari dosennya,” tandasnya.
Sebagai dosen muda, Rangga juga mengimbau bagi dosen muda yang lain harus melakukan sesuatu untuk kemajuan bersama yaitu membangun generasi muda yang unggul, misalnya dengan mengikuti kegiatan semacam ini.
Rangga juga berpesan kepada mahasiswa sebagai generasi muda unggul, jangan pernah minder atau rendah diri untuk mengikuti kegiatan semacam ini. Sebagai mahasiswa harus memiliki motivasi tinggi untuk mampu mengikuti kegiatan seperti ini, demi keberlangsungan pemuda Indonesia.
“Mahasiswa adalah pemuda cerdas yang mampu bersaing di dunia internasional. Saya yakin kalian BISA!,” tukasnya. (duniadosen.com/titisayuw)
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…
View Comments
Admin ! Sehubungan post ini membahas tentang dosen. Saya ingin menanyakan aturan mengajar dosen terbaru. Misal : bisakah lulusan s2 pendidikan bahasa arab mengajar jurusan bahasa dan sastra arab (s1) di sebuah perguruan tinggi negeri atau swasta?
Terima kasih!