Sudahkah Anda mengetahui bagaimana proses revisi artikel jurnal ilmiah? Publikasi ilmiah ke sebuah jurnal memang ada tiga kemungkinan. Artikel yang di submit diterima, diterima dengan revisi, dan artikel tersebut ditolak.
Jadi, ada kalanya artikel ilmiah yang sudah di submit akan diminta oleh editor untuk direvisi. Umumnya, permintaan revisi ini adalah hasil rekomendasi reviewer usai melakukan peer review atau memeriksa isi artikel tersebut sesuai kepakarannya.
Memahami bahwa revisi dalam publikasi di jurnal ilmiah adalah hal biasa. Maka para penulis tentunya sudah harus menyiapkan mental dalam menghadapi situasi tersebut. Sekaligus memahami bagaimana proses review tersebut agar berjalan lancar. Berikut informasinya.
Daftar Isi
ToggleCara Mengetahui Artikel Direvisi
Dalam memahami proses revisi artikel jurnal ilmiah, tentunya perlu mengetahui dulu bagaimana cara mengecek artikel yang di submit diminta revisi atau tidak. Seperti penjelasan di awal, artikel di jurnal ilmiah usai di submit memiliki tiga kemungkinan.
Dikutip melalui Charlesworth, tiga kemungkinan tersebut adalah artikel diterima dimana tidak ada revisi sama sekali. Kedua, artikel tersebut ditolak. Ketiga, artikel tersebut diterima dan diminta untuk direvisi.
Adapun cara mengetahui artikel yang di submit diminta revisi atau tidak bisa dilakukan dalam dua cara. Dikutip melalui Panduan OJS yang disusun Universitas Islam Indonesia (UII), cara yang pertama adalah mengecek status artikel di website jurnal tujuan.
Pada saat submit artikel ilmiah, umumnya pihak jurnal mewajibkan penulis untuk registrasi akun. Sehingga setelah artikel di submit, bisa login ke akun yang sudah dibuat tersebut. Kemudian mengecek status artikel sudah sampai tahap mana.
Jika artikel diterima dengan revisi, maka biasanya status artikel dari “Awaiting Assignment” berubah menjadi “In Editing”. Pada sistem di jurnal, nantinya akan ada fitur untuk melihat hasil review dari dua reviewer yang mengubah status artikel menjadi In Editing tersebut.


Sumber Gambar: Universitas Islam Indonesia
Silahkan di klik, maka nantinya akan muncul fitur melihat komentar. Komentar ini adalah catatan revisi yang ditulis para reviewer dan bisa dibaca atau dipahami dulu. Baru setelahnya melakukan revisi sesuai permintaan reviewer tersebut.
Sedangkan cara kedua untuk mengetahui artikel diminta revisi atau tidak adalah lewat email. Umumnya, pengelola jurnal selain aktif memperbaharui status artikel di website resminya. Juga aktif mengirimkan email dari status artikel masih Awaiting Assignment sampai terbit.
Jadi, ketika ada revisi, pihak pengelola jurnal akan mengirimkan email. Isi email ini akan menjelaskan alasan kenapa diminta merevisi artikel ilmiah yang sudah di submit. Contohnya seperti gambar berikut:

sumber: Universitas Islam Indonesia
Sebagai perbandingan, berikut adalah contoh email yang menjelaskan artikel ilmiah diterima tanpa revisi oleh pihak pengelola jurnal:

Sumber Gambar: Universitas Islam Indonesia
Jika mendapati artikel Anda statusnya In Editing dan ada detail informasi revisi dari editor jurnal tujuan. Maka silahkan memulai proses revisi sesuai dengan komentar atau catatan yang diberikan oleh dua reviewer.
Langkah-Langkah Revisi Artikel
Dikutip melalui Kompasiana, seorang akademisi bernama Yan Okhtavianus Kalampung menjelaskan ada beberapa tahapan dalam proses revisi artikel jurnal ilmiah. Berikut penjelasannya:
1. Memahami Komentar Reviewer
tahap yang pertama dalam merevisi artikel ilmiah yang akan dipublikasikan di jurnal adalah memahami dulu komentar reviewer. Sesuai penjelasan sebelumnya, revisi atau tidak disesuaikan dengan hasil pemeriksaan reviewer.
Jadi, ketika status artikel In Review, maka artinya artikel masih diperiksa oleh sedikitnya dua orang reviewer yang merupakan ahli di bidangnya. Jika status sudah berubah In Editing, maka akan ada kemungkinan artikel diminta direvisi.
Silahkan klik detail status artikel melalui website resmi jurnal tujuan. Kemudian cek komentar dari reviewer yang sudah melakukan pemeriksaan. Silahkan dipahami dengan baik mengenai kenapa diminta revisi dan arahan revisi yang diberikan reviewer.
2. Melakukan Proses Revisi
Setelah memahami komentar reviewer dengan baik, maka tahap kedua dari proses revisi artikel jurnal adalah melakukan revisi itu sendiri. Anda bisa memperbaiki naskah artikel ilmiah yang sudah disimpan di perangkat pribadi. Misalnya laptop, PC, dll.
Proses revisi ini disesuaikan dengan isi komentar reviewer. Biasanya juga akan ada panduan bagaimana memperbaiki bagian-bagian yang dinilai kurang tepat. Jadi, silahkan diikuti dan bisa dilakukan pelan-pelan untuk meminimalkan kesalahan.
3. Mengevaluasi Hasil Revisi
Tahap ketiga dalam proses revisi artikel jurnal ilmiah adalah mengevaluasi atau memeriksa kembali hasil revisi yang sudah dikerjakan. Pada tahap ini, silahkan membaca ulang dan memastikan sudah sesuai komentar reviewer.
Selain itu, juga bisa melakukan perbaikan hal-hal teknis. Misalnya pemilihan kosakata atau diksi, penggunaan tanda baca, tipografi, susunan kalimat, dan sebagainya. Sehingga sudah sesuai komentar reviewer dan hasil revisi juga rapi serta minim kesalahan teknis.
4. Upload Ulang Artikel Setelah Direvisi
Tahap akhir di dalam proses revisi artikel jurnal ilmiah adalah upload ulang atau mengunggah ulang artikel tersebut. Caranya tentu berbeda dengan ketika submit artikel pertama kali ke jurnal tujuan.
Anda bisa login dulu ke akun di website resmi jurnal tersebut, kemudian masuk ke status artikel yang direvisi sebelumnya. Selain ada fitur untuk melihat komentar reviewer, juga akan ada fitur atau tombol upload artikel hasil revisi.
Silahkan diunggah ulang melalui fitur tersebut, dan pastikan mengikuti ketentuan dari pengelola jurnal. Setiap jurnal memiliki tampilan website, fitur, dan ketentuan lainnya yang tentu berbeda-beda, jadi perlu disesuaikan.
Misalnya pada jurnal AUTOMATA, dokumen atau file hasil revisi artikel diminta untuk diberi nama sesuai nama penulis utamanya. Namun, jurnal lain bisa saja memiliki ketentuan berbeda, silahkan menyesuaikan. Jika sudah sesuai ketentuan, baru diunggah ulang.
Sebagai informasi tambahan, proses revisi artikel jurnal ilmiah bisa terjadi beberapa kali. Sehingga hasil revisi pertama Anda perlu dipantau rutin statusnya. Jika memang ada revisi lagi, maka bisa diikuti dan mengulang proses yang dijelaskan di atas.
Proses revisi lebih dari sekali dan bahkan sampai beberapa kali adalah hal lumrah. Biasanya juga memakan waktu, karena hasil revisi akan diperiksa kembali oleh sedikitnya dua reviewer. Keputusan ada revisi lagi atau tidak, adalah dari reviewer tersebut.
Jika artikel sudah direvisi dan tidak ada lagi informasi revisi kedua, ketiga, dan seterusnya. Maka status artikel ilmiah tersebut akan berubah dari In Editing menjadi terbit. Status terbit disini biasanya diisi informasi volume berapa, nomor berapa, dan detail lainnya. Contohnya seperti pada gambar di bawah ini:

Sumber Gambar: Universitas Islam Indonesia
Lama Proses Revisi Artikel
Salah satu pertanyaan yang sering disampaikan terkait proses revisi artikel jurnal ilmiah adalah mengenai berapa lama proses revisi tersebut? Secara umum, durasi revisi antara satu jurnal dengan jurnal lainnya berbeda.
Namun, durasi masa revisi bisa dikatakan cukup lama. Misalnya pada jurnal Journal of Social Work and Empowerment, dikutip dari website resminya durasi revisi maksimal satu minggu setelah status artikel In Editing.
Jadi, ada waktu satu minggu bagi penulis untuk menerapkan tahapan revisi artikel ilmiah yang dijelaskan di atas. Silahkan mulai mengatur waktu, agar proses revisi lancar dan kemudian bisa diunggah ulang sebelum batas waktu yang ditetapkan pengelola jurnal.
Lalu, apa yang terjadi jika melebihi batas waktu tersebut? Setiap jurnal juga memiliki kebijakan sendiri-sendiri terkait hal ini. Namun kebanyakan, jurnal yang tidak menerima hasil revisi sesuai tenggat waktu yang ditentukan maka status artikel dihapus.
Artinya, artikel ilmiah yang statusnya In Editing akan dihapus dari arsip mereka. Sehingga tidak akan dipublikasikan oleh jurnal tersebut. Jadi, pastikan untuk rutin mengecek status artikel Anda dan melakukan revisi secepatnya untuk mencegah melewati tenggat waktu.
Sebab jika sampai terjadi, Anda perlu mencari jurnal lain yang tentu memakan waktu. Sebab harus mencari yang scope keilmuannya sesuai, mengulang lagi proses submit, dan proses revisi itu sendiri jika ada.
Mengenai durasi atau lamanya proses revisi, bisa di cek informasinya melalui website resmi jurnal yang Anda pilih. Sebab sekali lagi, durasi masa revisi ini antara satu jurnal dengan jurnal lainnya tidak sama. Baik itu pada jurnal nasional maupun internasional.
Apakah Artikel yang Telah Dipublikasikan Bisa Direvisi?
Masih berkaitan dengan proses revisi artikel jurnal ilmiah, apakah artikel yang sudah terpublikasi bisa direvisi? Pada beberapa kasus, penulis mungkin mendapati adanya kesalahan pada artikelnya yang sudah dipublikasikan sebuah jurnal ilmiah.
Kemudian berusaha untuk memperbaiki adanya kesalahan tersebut. Namun, apakah masih memungkinkan untuk dilakukan? Jawabannya adalah bergantung pada kebijakan masing-masing pengelola jurnal.
Setiap jurnal memiliki kebijakan tersendiri terkait kemungkinan perbaikan pada artikel yang sudah terpublikasi. Secara umum, artikel yang sudah terpublikasi tidak sepenuhnya akan terpublikasi sampai akhir zaman.
Dalam dunia publikasi ilmiah, ada dua kondisi yang dapat terjadi ketika artikel sudah diterbitkan sebuah jurnal. Pertama Corrigendum (perbaikan), yakni kondisi dimana hasil publikasi ada kesalahan minor yang bisa berasal dari pihak penulis atau pihak jurnal.
Misalnya, jika ada kesalahan informasi, kesalahan tertentu yang merupakan kesalahan pihak jurnal. Contohnya ada kesalahan penulisan nama penulis, judul, dll. Maka penulis bisa segera mengkonfirmasi dengan menghubungi editor sehingga bisa dilakukan perbaikan.
Kedua, Retract (penarikan), yaitu kondisi dimana artikel yang sudah dipublikasikan sebuah jurnal akan dihapus. Biasanya penarikan artikel ini terjadi karena terbukti ada pelanggaran etika penelitian maupun etika publikasi. Misalnya plagiarisme, fabrikasi, dll.
Dikutip melalui website resmi publisher Taylor & Francis, menjelaskan bahwa pihaknya akan memastikan artikel yang sudah terbit tidak mengalami perubahan. Sehingga proses sebelum diterbitkan melewati banyak tahap dan ketat. Tujuannya meminimalkan kemungkinan adanya corrigendum maupun retract.
Meskipun begitu, pihaknya juga menjelaskan jika para penulis menemukan adanya kesalahan. Baik yang dilakukan penulis sendiri maupun ada kesalahan dari pihak publisher (pengelola jurnal), maka diminta untuk segera menghubungi editor untuk dilakukan perbaikan.
Jadi, secara umum melakukan revisi atau perbaikan pada artikel yang sudah terbit di sebuah jurnal adalah bisa. Hanya saja disesuaikan dengan kebijakan pengelola jurnal. Sebab akan dilihat apa yang direvisi dan kenapa. Baru kemudian pihak jurnal akan menentukan bisa melakukan perubahan atau tidak.
Tips Revisi Artikel Setelah Proses Review
Proses revisi artikel jurnal ilmiah sekali lagi adalah hal lumrah. Dalam dunia publikasi, apapun bentuknya, baik itu prosiding maupun dalam bentuk menerbitkan buku. Seorang peneliti atau dosen dan mahasiswa tidak akan lepas dari yang namanya revisi.
Adanya revisi justru perlu disyukuri, sebab menjadi tanda bahwa artikel ilmiah Anda masih layak terbit. Hanya saja ada sebagian kecil di dalamnya yang perlu diperbaiki. Sebab ada banyak artikel yang statusnya langsung ditolak.
Selain itu, artikel yang di submit langsung diterima tanpa revisi masih menjadi hal langka. Hanya dua kemungkinan dalam kondisi tersebut. Anda sangat mujur karena kualitas artikel yang disusun sudah sempurna. Kedua, jurnal yang dipilih adalah jurnal abal-abal.
Meskipun menjadi hal yang patut disyukuri, proses revisi artikel jurnal bisa panjang dan melelahkan. Lalu, bagaimana tips menghadapi dan melewatinya dengan lebih mudah? Dikutip melalui Editage Insight, berikut beberapa tips merevisi paper setelah proses review:
1. Membaca dan Memahami Komentar Reviewer
Tips yang pertama, tentu saja membaca dan memahami dulu komentar dari reviewer. Sebab pada komentar inilah bisa dipahami apa yang direvisi, kenapa, dan bagaimana revisi bisa dilakukan.
Jika bingung, Anda sebaiknya memiliki mentor misalnya dosen lebih senior. Sehingga bisa dibantu untuk memahami komentar reviewer dan melakukan revisi dengan baik dan benar.
2. Menulis Ulang Poin-Poin yang Harus Direvisi
Tips yang kedua adalah menyusun dalam bentuk daftar atau poin-poin mengenai seluruh revisi. Jadi, komentar reviewer bisa disederhanakan menjadi daftar revisi agar lebih mudah dipahami dan terarah serta terstruktur. Bisa menggunakan Excel atau aplikasi lain yang sekiranya sangat membantu.
3. Konsultasi dengan Editor Jika Masih Bingung
Tips ketiga, jangan ragu untuk berkomunikasi atau menghubungi editor jika mengalami kesulitan atau bingung. Misalnya jika belum paham apa yang dimaksud reviewer di dalam komentar yang dicantumkan. Editor tentunya akan siap membantu agar artikel tersebut segera bisa diterbitkan.
4. Lakukan Revisi Tahap Demi Tahap
Dalam melakukan revisi artikel jurnal ilmiah usahakan tidak buru-buru. Lakukan pelan-pelan dan bertahap, jangan sampai ada kesalahan dalam revisi tersebut. Sekalipun akan ada revisi kedua, ketiga, dan seterusnya.
Setidaknya dengan tidak buru-buru, kemungkinan ada kesalahan bisa diperkecil. Selain itu, penting untuk memiliki komitmen melakukan revisi secara disiplin. Bisa menentukan jadwal sampai tempat revisi dilakukan agar bebas distraksi.
5. Lakukan Pengecekan Hasil Revisi
Tips selanjutnya adalah tidak langsung upload ulang ke website jurnal ilmiah setelah direvisi. Artikel yang sudah direvisi tetap perlu diperiksa ulang untuk dilakukan editing dan penyuntingan mandiri.
Selanjutnya, sesuaikan dengan ketentuan pihak jurnal. Mengenai penamaan file, ukuran atau batas maksimal ukuran file artikel hasil revisi, dan sebagainya jika memang ada. Sehingga sudah sesuai dengan ketentuan pihak jurnal.
6. Berdoa agar Proses Revisi Lancar
Tips yang keenam dalam mendukung proses revisi artikel ilmiah adalah berdoa. Hal yang perlu diingat ada, usaha tanpa doa adalah sombong. Sementara doa saja tanpa usaha adalah hal bodoh dan sia-sia.
Jadi, patikan berdoa untuk mendapat kemudahan dalam proses revisi. Adanya doa ini, biasanya akan memberi ketenangan hati. Sehingga bisa berdampak positif dalam proses revisi sampai proses upload ulang ke pihak pengelola jurnal.
Melalui beberapa tips tersebut, maka proses revisi artikel jurnal bisa lebih mudah dan terfokus. Apalagi jika masa revisi hanya beberapa hari, meskipun ada juga jurnal yang memberi durasi sampai satu bulan bahkan lebih. Tapi semakin cepat direvisi, tentunya semakin baik karena ada banyak agenda penting lain sudah menunggu.



