Menjadi dosen memang dihadapkan pada profesi dengan sejuta kemuliaan, sebab bisa berbagi ilmu dan pengalaman sepanjang berkarir. Setiap dosen tentu memiliki motivasi tersendiri untuk sukses menjalani karir sebagai dosen. Itulah yang dirasakan Dr. Ira Maisarah.
Salah satu dosen PNS di Universitas Bengkulu, yakni Ibu Dr. Ira Maisarah, S.Hum., M.Pd. Ibu Ira menuturkan bahwa menjadi dosen di era milenial seperti sekarang harus mengoptimalkan kegiatan menulis untuk bisa menjadi profesor.
Lalu, seperti apa kiprah dan juga usaha yang dilakukan Bu Ira untuk mencapai target tersebut? Simak ulasan profilnya di bawah ini.
Bu Ira memiliki nama Lengkap Ibu Dr. Ira Maisarah, S.Hum., M.Pd., dan merupakan salah satu dosen PNS di Universitas Bengkulu. Saat ini mengajar untuk mata kuliah Pendidikan Bahasa Inggris, sesuai bidang keilmuan yang diambil selama masa perkuliahan.
Ketika ditanya mengapa memilih sastra Inggris dan dilanjutkan ke jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Bu Ira menyampaikan bahwa ketika masih di bangku SMP dan SMA, nilai bahasa Inggrisnya di kelas adalah yang paling bagus.
Sejak saat itu, dirinya mencoba untuk memperdalam pemahaman di Bahasa Inggris. Sehingga saat mengambil S1 kemudian diputuskan masuk ke sastra Inggris. Bu Ira juga menuturkan bahwa menjadi dosen adalah panggilan jiwa.
Kemungkinan besar karena memang memiliki seorang ibu yang berkarir di dunia pendidikan. Ibu dari Bu Ira sendiri disampaikan merupakan guru SD, sehingga dirinya pun akrab dengan aktivitas belajar dan mengajar sejak kecil. Perjalanan karir sebagai dosen pun dimulai ketika memasuki tahun 2009.
Baca Juga: Dede Ananta, Dosen Muda Berprestasi Bidang Fashion Designer
Ibu Ira saat ini menjadi salah satu dosen PNS untuk program studi Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Bengkulu. Sebelum menjadi dosen PNS, Ibu Ira pertama kali memutuskan menjadi dosen di tahun 2009.
Tahun tersebut dirinya masih dalam proses menempuh pendidikan Magister atau S2 di Universitas Negeri Padang di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Setelah sebelumnya menyelesaikan S1 Sastra Inggris di Universitas Bung Hatta Padang.
Tahun 2009 tersebut, belum ada aturan dari Kemenristekdikti yang menyebutkan dosen minimal harus S2. Sehingga selama proses menempuh S2 tersebut, Bu Ira mendapatkan tawaran dari teman sekelas untuk mengajar sebagai dosen di STKIP YDB Lubuk Alung, Kota Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Bu Ira kemudian mengirimkan surat lamaran dan menjalani serangkaian tes, untuk kemudian diterima sebagai dosen. Memasuki bulan Maret 2009, SK pengangkatan Bu Ira sebagai dosen tetap keluar.
Selang 3 tahun kemudian, Bu Ira memutuskan untuk hijrah ke STKIP YPM Bangko, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Bulan April 2011, SK pengangkatan dosen tetap yayasan di STKIP YPM Bangko diterbitkan.
Selama menjadi dosen di sana, Bu Ira kemudian memutuskan melanjutkan studi S3 di Universitas Negeri Padang. Baru pada tahun 2018, dirinya mencoba mengikuti seleksi CPNS untuk dosen di Universitas Bengkulu.
Sehingga sejak tahun 2019 hingga sekarang, Bu Ira sudah resmi menjadi dosen PNS di Universitas Bengkulu tersebut. Selama menjadi dosen, disampaikan pula banyak sekali pengalaman yang sudah dilalui.
Baca Juga: Iwan Aprianto: Dimana Ada Kemauan Maka Ada Kemampuan
Di mata Bu Ira, dosen memiliki tugas yang kompleks sesuai isi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi tugas mengajar, meneliti, dan mengabdi. Dalam tugas mengajar, dosen dituntut untuk terus berkembang supaya bisa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.
Sedangkan di dalam tugas sebagai seorang peneliti, dosen dituntut untuk bisa menemukan inovasi baru dari penelitian yang dilakukannya. Terakhir, adalah ketika mengabdi kepada masyarakat adalah mampu memberikan manfaat kepada masyarakat dan lingkungan sekitar.
Sekian bentuk tugas dosen tersebut tentu tidak hanya bisa dilakukan sehari dua hari, setahun dua tahun. Semua tugas dilakukan secara bertahap namun konsisten, sebab perlu dilakukan beriringan satu sama lain.
Tugas yang kompleks kemudian mampu memberikan warna pada pengalaman hidup sebagai dosen. Bu Ira mengaku selama menjadi dosen juga wajib memahami karakter dari para mahasiswa, sehingga tanpa disadari kemampuan psikologi ikut berkembang.
Bu Ira juga menuturkan bahwa sejak menjadi dosen untuk kali pertama, dirinya memiliki mimpi menjadi dosen PNS di Universitas Bengkulu. Rupanya mimpi tersebut dijadikan kenyataan oleh Allah SWT, dan menariknya lagi di kampus ini juga dirinya bertemu dengan laki-laki yang kini menjadi suaminya.
Baca Juga: Sosok Selamat Muliadi: Menulis Buku untuk Mewariskan Ilmu Bagi Generasi Mendatang
Bu Ira mengaku untuk target yang ingin diraih saat ini adalah naik jabatan akademik, sebab saat ini dirinya menjadi Lektor dan ingin menjadi Guru Besar atau Profesor. Proses menjadi profesor ini memang diakuinya tidak mudah, dan sepertinya dosen lain pun akan mengamini.
Prosesnya panjang dan tidak bisa dikebut dalam semalam, salah satu tuntutan untuk bisa mencapai target profesor adalah dengan produktif menulis. Terkait kegiatan menulis, Bu Ira saat ini sudah menerbitkan 5 judul buku yang target pembacanya adalah kalangan mahasiswa.
Produktif menulis, bagi dirinya tidak hanya sebagai salah satu upaya menaikan KUM untuk sampai ke posisi Guru Besar dan profesor. Melainkan juga untuk menabung bekal di akhirat nanti.
Sebab lewat tulisan dalam bentuk buku inilah, seorang dosen memiliki kesempatan mempublikasikan karya tulisnya secara luas. Ilmu bermanfaat di dalamnya akan dibaca lebih banyak orang dan termasuk amal baik yang tentu dicatat sebagai bekal di akhirat nanti.
Dosen di era milenial, bagi Bu Ira juga wajib produktif menulis agar tidak mudah ketinggalan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan menulis akan mendorong dosen untuk belajar lebih banyak hal, membaca buku lebih banyak, berbagi informasi di banyak ruang, dan sebagainya.
Baca Juga: Perjalanan Karir Dr. Muhammad Natsir dalam Menekuni Profesi Dosen
Sehingga bisa mencetak buku berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan zaman, yang tentu dibutuhkan oleh mahasiswa di era milenial seperti sekarang. Sebagai bonus atas keaktifan menulis, dosen memiliki kesempatan besar menjadi Guru Besar dan Profesor yang merupakan strata tertinggi dalam jabatan akademik.
Proses menulis memang tidak mudah, apalagi kesibukan dosen memang padat. Bu Ira pun mengalaminya, namun fokus utamanya adalah benar-benar menjalankan Tri Dharma sehingga bisa fokus menulis.
Satu buku bagi Bu Ira Maisarah sendiri yang mengambil keilmuan Pendidikan Bahasa Inggris membutuhkan waktu antara 6 sampai 12 bulan. Lama tidaknya proses menulis diakuinya bergantung pada isi dari buku tersebut.
Supaya bisa tetap produktif menulis, Bu Ira Maisarah membagikan sejumlah tips. yaitu:
Melihat segunung tugas dan kewajiban seorang dosen, maka akan keliru jika menunggu waktu luang untuk menulis. Sebab dijamin tidak akan ada, maka kuncinya adalah menyiapkan waktu khusus untuk menulis.
Sehingga setiap harinya ada saja penambahan jumlah halaman atas buku yang sedang dalam proses penyusunan. Berselang 6 atau 12 bulan mendatang, satu buku pun bisa rampung dan kemudian bisa fokus mengurus penerbitannya.
Jika dalam kurun waktu satu tahun bisa menulis dan menerbitkan 1 judul buku. Maka selama 5 tahun masa mengabdi sebagai dosen sudah bisa mempublikasikan minimal 5 judul buku. Bahkan lebih, ketika beberapa judul bisa disusun kurang dari 12 bulan.
Penulis : duniadosen.com/Pujiati
Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…
Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…
Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…
Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…
Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…
Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…