Pernah suatu hari seorang mahasiswa bertanya, “Pak, seberapa menjanjikan gaji sebagai dosen hingga Bapak tertarik untuk menekuni profesi dosen?” Sang dosen pun menimpali, “Kalau yang kamu tanyakan gaji, memang kecil. Tapi kalau penghasilan, cukup menggiurkanlah untuk menarik saya menekuni pekerjaan ini.”
Sebenarnya penghasilan dosen berasal dari mana saja, sih? Penasaran? Yuk baca 8 sumber penghasilan dosen yang cukup menggiurkan berikut.
Salah satu jenis pekerjaan pegawai negeri sipil (PNS) adalah sebagai profesi dosen. Oleh karena itu, gaji pokok yang diterima dosen sama dengan yang diterima pegawai negeri sipil dengan jenis pekerjaan lainnya (misalnya PNS yang bekerja di kantor pemerintahan; PNS yang bekerja sebagai guru SD, SMP, atau SMA; dan PNS-PNS lainnya).
Standar penetapan gaji pokok untuk dosen juga mengikuti standar yang berlaku untuk seluruh pegawai negeri sipil di Indonesia, yakni menggunakan sistem golongan:
Besarnya gaji pokok ini memang relatif kecil, kecuali untuk dosen swasta (dosen yang bekerja atau mengajar di kampus swasta/bukan negeri), biasanya gaji yang diberikan relatif lebih tinggi.
Di Indonesia, terdapat empat jenjang jabatan fungsional (jafung) bagi dosen. Jabatan fungsional ini sering disebut juga sebagai jabatan akademik dosen. Keempat jenjang jabatan fungsional tersebut yaitu: Asisten ahli, Lektor, Lektor kepala, dan yang paling tinggi adalah Guru besar atau Profesor.
Pada saat diterima pertama kali, statusnya pada saat itu sebagai Tenaga Pengajar dan belum memiliki jabatan fungsional dosen. Sekitar 1-2 tahun kemudian, dosen sudah bisa mengajukan diri untuk jabatan fungsional sebagai Asisten Ahli.
Begitupun untuk ke jenjang jabatan fungsional lainnya, biasanya rentang untuk pengajuan diri sekitar 1-2 tahun dari pengajuan diri di jenjang sebelumnya.
Nah, ketika dosen memiliki jabatan fungsional inilah, dosen akan mendapat tunjangan yang disebut Tunjangan Fungsional. Besarnya tunjangan fungsional dosen (seperti yang diatur dalam Perpres 65 tahun 2007) di antaranya sebagai berikut:
Tunjangan profesi dosen hanya diberikan kepada dosen-dosen yang telah memiliki Sertifikat pendidik. Tujuannya adalah sebagai penghargaan atas profesionalitasnya sebagai dosen atau tenaga pendidik.
Belum semua dosen di Indonesia telah mendapat sertifikasi ini, baru sekitar 39% yang memiliki sertifikat pendidik, sedangkan 61% lainnya belum memiliki. Memang tidak mudah memperoleh sertifikat pendidik ini. Banyak persyaratan atau kualifikasi yang harus dipenuhi, selain itu dosen juga harus menyerahkan beberapa dokumen pendukung.
Besarnya tunjangan profesi dosen adalah sebesar 1 (satu) kali gaji pokok dosen. Terdapat perbedaan sistem tunjangan profesi ini untuk dosen yang memiliki jabatan akademik sebagai guru besar atau profesor.
Tunjangan yang diberikan kepada dosen yang memiliki jabatan akademik sebagai guru besar yakni Tunjangan Kehormatan Profesor. Besarnya pun berbeda dari tunjangan profesi biasa, yakni setara dengan 2 (dua) kali gaji pokok professor.
Ketika dosen bekerja, ia mungkin memiliki tugas lain selain mengajar di kelas. Nah, ia akan memperoleh pendapatan tambahan dari tugas yang ia emban tersebut. Tugas tambahan yang mungkin dimiliki seorang dosen di antaranya sebagai,
Besarnya tunjangan untuk tiap-tiap tingkatan tugas tersebut berbeda-beda, dan di dalamnya masih terbagi lagi berdasarkan tingkatan jabatan akademiknya.
Rincian besarnya tunjangan untuk tiap-tiap tugas tambahan dan jabatan akademik berdasarkan Perpres 65 tahun 2007 yaitu sebagai berikut.
– Guru besar: Rp5.500.000,-
– Lektor kepala: Rp5.050.000,-
– Guru besar: Rp4.500.000,-
– Lektor kepala: Rp4.050.000,-
– Guru besar: Rp3.325.000,-
– Lektor kepala: Rp2.875.000,-
– Lektor: Rp2.675.000,-
– Guru besar: Rp1.800.000,-
– Lektor kepala: Rp1.550.000,-
– Lektor: Rp1.350.000,-
Publikasi ilmiah merupakan suatu hal yang wajib dilakukan oleh seorang dosen (selain mengajar, tentunya). Mengapa? Karena publikasi ilmiah inilah yang menjadi bukti eksistensi mereka di dunia akademik.
Publikasi ilmiah bisa berupa paper hasil penelitian yang dilakukan dosen. Sebagian besar universitas di Indonesia telah mewajibkan para dosen untuk melakukan penelitian dan memublikasikannya.
Dosen akan menerima sejumlah kompensasi tertentu atas paper ilmiah yang dibuatnya ketika paper tersebut diterima di dalam atau di luar negeri sebagai bentuk apresiasi atas karya dan usahanya.
Selain itu, apabila paper-nya tersebut menarik dan diminati oleh akademisi-akademisi luar negeri dan dosen memperoleh kesempatan untuk mempresentasikannya, ia akan mendapatkan honor untuk itu dan tentunya ditambah bonus kesempatan jalan-jalan ke luar negeri, ya.
Bagi dosen-dosen yang aktif menulis bisa berkesempatan untuk mendapat tambahan penghasilan dari menulis buku (dari royalti penjualan bukunya). Honor atau royalti ini bisa dikatakan sebagai sumber pendapatan yang cukup menggiurkan dan menjanjikan karena dosen akan terus menerima royalti selama bukunya masih laku terjual di pasar.
Ketika seorang dosen menulis sebuah buku, ia memiliki peluang lebih besar untuk meningkatkan penjualan bukunya, yaitu dengan merekomendasikan buku yang ditulisnya sebagai buku referensi kuliah bagi mahasiswanya.
Mahasiswa biasanya cenderung mematuhi apa yang diperintahkan oleh dosen, terutama terkait buku teks dan referensi akademik. Mereka akhirnya akan membeli buku tersebut dan meningkatkan penjualan buku serta royalti yang diterima dosen.
Dosen-dosen yang kredibilitas dan kemampuannya sudah terkenal akan berpeluang besar untuk diangkat sebagai staf ahli oleh para anggota DPRD, DPD, DPR, Menteri, bahkan Presiden.
Staf ahli yang mereka pilih biasanya dari kalangan akademisi yang berasal dari perguruan-perguruan tinggi di Indonesia. Dosen yang diangkat sebagai staf ahli ini biasanya adalah mereka yang telah bergelar Profesor atau Doktor.
Tidak jarang dosen diundang untuk menjadi pembicara dalam sebuah seminar, workshop, atau event-event akademis lainnya. Seminar atau workshop tersebut tidak hanya di dalam lingkup kampus sendiri, bahkan seringkali dosen diundang untuk berbicara di seminar yang diadakan oleh universitas lain di luar kota atau bahkan oleh suatu badan/ lembaga.
Besarnya honor ini bervariasi, namun terkadang dosen sudah memiliki standar honor tertentu untuk menjadi pembicara. Semakin sering dosen tampil sebagai pembicara, ia akan semakin dikenal oleh banyak orang sehingga peluang mereka akan lebih besar untuk diundang sebagai pembicara di acara-acara berikutnya.
Masih banyak sumber-sumber penghasilan yang mungkin dimiliki seorang dosen karena pada intinya, semakin aktif dan produktif seorang dosen, penghasilannya pun akan semakin bertambah. Well, cukup menarik bukan, profesi sebagai dosen?
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…
View Comments
Meskipun sama-sama berprofesi menjadi Dosen, pada instansi yang sama, penghasilan total/take home pay antar Dosen bisa berbeda signifikan, bahkan bisa berlipat-lipat. Kenaikan pangkat/jabatan Dosen banyak tergantung pada produktivitas, kerajinan dan ketekunan Dosen itu sendiri. Jika aktif dan produktif, akan cepat bisa naik ke Lektor, lektor Kepala dan Guru Besar/Profesor. Jika pasif, kurang produktif bisa jadi sampai pensiun hanya di jabatan rendah (Asisten Ahli atau Lektor). Bagi Dosen yang aktif , produktivitas tinggi, keahlian dan kepakaran diakui secara luas, maka kesempatan memperoleh job tambahan diluar juga semakin tinggi, menjadi tenaga ahli, konsultan, komisaris. Kadangkala jika dipandang layak dan mumpuni diamanahi menduduki jabatan struktural (Ketua Jurusan, Dekan, Pembantu Dekan, Rektor, Pembantu Rektor), dan konsekuensinya akan memperoleh tunjangan jabatan dan menaikkan penghasilan/take home pay nya juga.
Sesuatu yang menarik di sini. Terima kasih sudah berbagi pengalamannya.
Mengapa votenya negatif???
seharusnya semua dosen swasta maupun negeri harus di kelompokkan misalnya golongan 1(a,b,c,d,e), golongan 2 (a,b,c,d,e),golongan 3 (a,b,c,d,e),golongan 4 (a,b,c,d,e) golongan 1 a gaji tinggi,jika golongan 4e ingn naik ke golongan 4d wajib ikut test ujian,test toeffell score min 500,max 750 , buat hrs alat alat terbaru ,buat karyatulis turnitin min 2% kata yang sama ,jika lebih dari 2% otomatis gagal, jika tidak ada aturan kaya gini dosen makin enak dan ilmu tidak berkembang. wajib pengajuan judul terlebih dahulu ke pemerintah , jika untuk membuat karya tulis.
Seharusnya semua dosen swasta maupun negeri harus di kelompokkan misalnya
Golongan 1(a,b,c,d,e)
Golongan 2(a,b,c,d,e)
Golongan 3(a,b,c,d,e)
Golongan 4(a,b,c,d,e)
Golongan 1a Gaji tinggi ,jika Golongan 4e ingin naik ke Golongan 4d hrs ikut ujian, test toefel score min 500,max 750,buat karyatulis +buat alat /penemuan terbaru,
Karyatulis min turnitin 3persen Kata yang Sama, jika makin enak dah jadi dosen.
Waow juga ya tambahannya. :)