Dosen di tanah air tentu memiliki motivasi tersendiri untuk menekuni profesi mulia satu ini. Namun sangat penting bagi para dosen untuk fokus mengejar jabatan fungsional, yakni sampai ke Guru Besar.
Alasannya banyak, selain untuk manfaat kepada diri sendiri juga untuk institusi tempat dosen tersebut mengajar. Perjuangan meraih jabatan fungsional tentu terjal, sosok dosen Sistem Informasi Manajemen sekaligus Wakil Rektor di Institut Shanti Bhuana berbagi pengalaman meraih jabatan fungsional tersebut.
Adalah Ibu Priska Vasantan yang saat ini mengejar target menjadi Lektor 300 di Institut Shanti Bhuana, Bengkayang, Kalimantan Barat. Bu Priska merupakan sosok inspiratif yang menekuni profesi dosen sejak tahun 2016.
Selama menekuni profesi dosen, Bu Priska mengaku merasa senang karena berkesempatan untuk bisa mengajar mahasiswa. Yakni menjadi orang yang beriman, berkarakter, berintegritas, dan juga berbudaya amare (cinta kasih).
Setelah lulus dari S1 Farmasi dan mengambil Profesi Apoteker, Bu Priska berkesempatan mendapatkan beasiswa melanjutkan studi Magister di Binus University. Saat itu, dirinya memutuskan untuk mengambil program studi Sistem Informasi Manajemen.
Alasan kenapa Bu Priska mengambil jurusan ini adalah karena memang mendapatkan amanat untuk mengikuti program beasiswa di jurusan tersebut. Melalui beasiswa ini pula dirinya ikut berkontribusi dalam merintis Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen yang saat ini lebih dikenal dengan nama Institut Shanti Bhuana.
Melalui beasiswa dan keterlibatannya sebagai jamaah yang taat kepada kehendak Tuhan. Mampu mengantarkan Bu Priska menjadi dosen inspiratif, terhitung sejak tahun 2016 sampai sekarang.
Baca Juga: Dr. Erika Setyanti: Hasil Penelitian Dosen Harus Dipublikasikan dan Bisa Diimplementasikan
Bu Priska mengaku proses menjadi dosen adalah kehendak Tuhan, dan dirinya mencoba mengikuti kehendak tersebut sebaik mungkin. Jauh sebelum menjadi dosen Bu Priska mengaku tidak pernah terpikirkan untuk menekuni profesi yang sangat mulia ini.
Sebab setelah menyelesaikan studi S1 jurusan Farmasi di Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya. Dirinya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan Profesi Apoteker di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Setelah menyelesaikan pendidikan profesi tersebut, praktis Bu Priska kemudian berkarir sebagai apoteker. Yakni menjadi Supervisor untuk proses produksi kapsul di PT. Jamu Ibu di Surabaya.
Setelah berkarir sebagai Supervisor di pabrik obat modern tersebut selama 7 tahun, Bu Priska memutuskan untuk masuk ke Biara Kongregasi Putri Karmel yang terletak di Ngadireso, Tumpang, Kota Malang, Jawa Timur.
Memasuki bulan Maret 2004 dirinya mengikuti program beasiswa S2 jurusan Sistem Informasi Manajemen di Binus University, Jakarta. Program beasiswa ini diikuti oleh Bu Priska dari penugasan Kongregasi Putri Karmel.
Bertepatan dengan proses untuk merintis perguruan tinggi seperti yang disampaikan sebelumnya, dan dari sinilah cikal bakal perguruan tinggi Institut Shanti Bhuana terbentuk. Setelah menyelesaikan S2 di Juli 2015 dirinya bertugas sebagai staff administrasi di Sekolah Tinggi Santo Yohanes Salib (STIKAS), Bandol, Kalimantan Barat.
September 2016 dirinya kemudian diangkat menjadi dosen di Institut Shanta Bhuana sekaligus menjadi Warek (Wakil Rektor) III Bidang Kemahasiswaan. Satu profesi yang memberi dua bentuk tanggung jawab, selain menjadi dosen juga menjadi Warek.
Saat ini Bu Priska memegang jabatan akademik sebagai Asisten Ahli dan sedang dalam proses mengajukan diri sebagai Lektor. Harapannya proses pengajuan ini bisa lancar dan menjadi momentum untuk dirinya bisa lebih baik dan memberi kontribusi lebih besar ke Institut Shinta Bhuana.
Sebagai perintis dari Institut Shinta Bhuana, Bu Priska semakin semangat untuk menjadi dosen setelah melihat alumni angkatan pertama. Banyak dari mereka sudah sukses mendapatkan pekerjaan yang baik dan juga menjadi pribadi yang beriman dan berintegritas.
Bu Priska juga menuturkan bahwa dalam menjalankan Tri Dharma dirinya memiliki semangat untuk “melayani”. Lewat semangat ini pula dirinya bisa fokus menjalankan Tri Dharma, tugas lain, dan juga memberikan diri kepada Tuhan melalui masyarakat dan juga sesama.
Alasan lain yang membuat dirinya tetap semangat mengajar sebagai dosen di Institut Shinta Bhuana adalah dari berbagai pengalaman menarik yang didapatkan selama perjalanan karir tersebut.
Baca Juga: Prof Erma Suryani: Produktif Menulis untuk Ikut Berkontribusi Mencetak Lulusan Mumpuni
Pengalaman menarik sepanjang karir menjadi dosen tentu sangat banyak, namun yang paling berkesan adalah upaya Bu Priska Vasantan dalam menanamkan kedisiplinan dan juga nilai-nilai moral kepada seluruh mahasiswanya.
Bu Priska Vasantan bercerita bahwa untuk proses menanamkan kedisiplinan tersebut dirinya memutuskan untuk tegas dalam hal deadline pengumpulan tugas. Setiap mahasiswa diwajibkan untuk mengumpulkan tugas tepat waktu.
Bentuk resiko jika sampai terlambat adalah mendapatkan nilai nol. Meskipun di masa awal menerapkan hal ini terasa sulit, apalagi tidak sedikit mahasiswa yang mengajukan protes.
Namun lambat laun mahasiswa ini sendiri yang justru terbiasa, karena memang Bu Priska tegas dalam hal kedisiplinan tersebut. Kepuasan datang ketika para alumni mengaku kedisiplinan yang ditanamkan dirinya bermanfaat di dunia kerja.
Inilah momen yang sangat mengharukan dan membahagiakan bagi Bu Priska, sebab dengan memberi bekal sederhana yakni kedisiplinan. Mahasiswa yang lulus dari Institut Shinta Bhuana bisa merasakan manfaatnya untuk jangka waktu yang lama.
Baca Juga: Sosok Selamat Muliadi: Menulis Buku untuk Mewariskan Ilmu bagi Generasi Mendatang
Ketika membahas mengenai target dalam waktu dekat, Bu Priska Vasantan mengaku untuk saat ini fokus mengejar publikasi jurnal ilmiah agar terindeks ke Scopus. Selain itu, dirinya juga mengaku sedang berupaya untuk mengajukan kenaikan jabatan fungsional.
Yakni dari Asisten Ahli ke Lektor dengan mengejar angka kredit dosen sampai 300. Harapannya dengan menaikan jabatan fungsional hingga Lektor bisa mengangkat poin akreditasi dari Institut Shinta Bhuana.
Kenaikan akreditasi ini akan mendorong lebih banyak anak Kalimantan yang tinggal di area perbatasan melanjutkan studi ke perguruan tinggi salah satunya di Institut Shinta Bhuana. Sebab sudah menjadi institusi pendidikan yang mumpuni dan dibuktikan dengan nilai akreditasi yang membaik dari sebelumnya.
Peningkatan poin akreditasi ini juga bermanfaat untuk para alumni, agar bisa dikenal luas oleh masyarakat sebagai lulusan dari perguruan tinggi berkualitas. Hal ini tentunya bisa menunjang perjalanan karir mereka menjadi lebih panjang dan lebih baik lagi.
Proses ini tentunya tetap memerlukan dukungan dari dosen lain, yang juga sama-sama mengejar kenaikan jabatan fungsional. Bukan semata-mata untuk mendapatkan pengakuan secara nasional dan memperoleh tunjangan.
Melainkan juga memberikan manfaat lebih kepada institusi tempat mengajar agar mendapatkan peningkatan nilai akreditasi. Sebab salah satu standar penilaian akreditasi adalah dari SDM.
Semakin banyak dosen yang menjabat jabatan fungsional yang tinggi, maka akan mampu mendongkrak nilai akreditasi tersebut. Sebagai salah satu sosok yang terlibat dalam merintis Institut Shinta Bhuana, proses ini tentu sangat penting untuk dilalui.
Melihat pertumbuhan Institut Shinta Bhuana yang mulai dari penerimaan mahasiswa dalam jumlah sedikit. Selanjutnya terus bertambah sampai seperti sekarang, tentu memberikan rasa bangga tersendiri.
Perjuangan ini juga menjadi bagian bagi Bu Priska dan dosen lainnya untuk mengikuti kehendak Tuhan. Tidak hanya pasif menjadi dosen namun juga aktif mendorong perkembangan perguruan tinggi tempatnya mengabdi.
Dalam Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 dijelaskan mengenai karakter dosen untuk pengembangan indikator kinerja dosen.…
Bagi mahasiswa dan dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut pascasarjana gratis di Qatar, Anda…
Bagi siapa saja yang ingin studi S2 maupun S3 di luar negeri, silakan mempertimbangkan program…
Kabar gembira bagi para dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut jenjang S3 di luar…
Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 Tentang Standar Minimum Indikator Kinerja Dosen dan Kriteria Publikasi Ilmiah…
Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 menjelaskan dan mengatur perihal standar minimum pelaksanaan hibah penelitian dalam…