Yogyakarta – Dinas Pengembangan Wawasan Intelektual (DPWI) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali menggelar PKSP 2019 (Pekan Keilmuan Sosial dan Politik). Kegiatan yang merupakan agenda tahunan ini, digelar di kampus UMY, 6 hingga 25 April 2019, dan diselenggarakan dalam 3 rangkaian acara. Yaitu, Bookfair, Kompetisi Debat Intelektual Mahasiswa, dan puncaknya Seminar Nasional.
Vingki Indah Rahmawati Sekretaris DPWI BEM UMY mengatakan, PKSP 2019 merupakan penyelenggaraan yang kali kelima setelah diselenggarakan pada tahun 2015, 2016, 2017, dan 2018. Adapun maksud dan tujuan PKSP ini adalah merealisasikan program kerja DPWI BEM Fisipol UMY periode 2018-2019, mengembangkan wawasan mahasiswa untuk terciptanya mahasiswa yang kritis dan berintelektualitas tinggi. Menjadi ajang silaturahmi seluruh mahasiswa se-DI Yogyakarta dan Jawa Tengah demi memupuk persatuan dan kesatuan dalam upaya integritas penerus bangsa.
”PKSP ini juga sebagai pemberi akses terhadap mahasiswa untuk berekspresi dan menyampaikan aspirasi intelektualnya secara kritis terkait isu-isu nasional maupun internasional. Juga untuk mengasah serta meningkatkan kemampuan menganalisis terhadap situasi dan kondisi sosial politik dalam skala nasional maupun internasional. Sekaligus memberikan pemahaman mengenai satu topik masalah dari berbagai sudut pandang,” ungkapnya saat ditemui tim duniadosen.com di UMY, usai Seminar Nasional kemarin (25/4/2019).
Kemudia, untuk mendorong mahasiswa terbuka wawasannya salah satunya adalah dengan membaca buku. Sehingga panitia memilih Bookfair menjadi bagian serangkaian PKSP 2019. Bekerjasama dengan beberapa penerbit di Yogyakarta, panitia sukses melaksanakan bookfair selama hampir sepekan.
”Bookfair kami adakan sejak pembukaan PKSP 2019, yaitu 6 hingga 12 April. Bookfair ini bertujuan untuk memfasilitasi mahasiswa untuk memperoleh buku bacaan sebagai landasan berfikir dan memperluas wawasan demi mewujudkan mahasiswa yang berintegritas,” jelas Vingki.
Selain itu, rangkaian acara kedua yaitu Debay yang diadakan pada 13-14 April 2019. Kompetisi debat yang dihadiri sekitar 16 tim se-DI Yogyakarta dan Jawa Tengah dari berbagai universitas ini bertujuan meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk berpikir kritis sekaligus merespon sebuah isu permasalahan dengan melampirkan fakta-fakta agar data yang disajikan terpercaya.
”Adapun dari hasil lomba debat tersebut dimenangkan oleh UAD sebagai juara 1, Juara 2 oleh UGM, dan juara 3 oleh UMY,” katanya.
Vingki mengungkapkan Seminar Nasional yang mengundang pembicara taraf nasional merupakan sebagai acara puncak dari serangkaian PKSP 2019. Seminar Nasional dihadirkan bertujuan untuk menyadarkan pentingnya integritas mahasiswa melalui pembahasan ataupun pemaparan pandangan yang berkaitan dengan tema PKSP 2019 yaitu “Pemuda Berintegritas sebagai Pilar Fundamental Demokrasi Indonesia”.
”Tema seminar berangkat dari background mengangkat history of Indonesia. Kami mengundang beberapa pembicara bertaraf nasional, yaitu Haris Azhar (Pegiat HAM) sebagai pembicara dari perspektif Ilmu Pemerintahan, Bambang Wahyu Nugroho pembicara perspektif Hubungan Internasional, Huda Albana (salah satu alumni UMY) yang sukses karirnya dibidang pemerintahan, pembicara peran pemuda, dan sebagai keynotenya kami mengundang Sesmenpora Gatot Sulistianto namun beliau berhalangan hadir sehingga diwakilkan Hamka Hendra Noer sebagai Asisten Deputi Pengelolaan Olahraga pembicara perspektif umum,” paparnya.
Vingki mewakili segenap panitia PKSP 2019 berharap dengan adanya kegiatan tersebut tradisi keilmuan di Fisipol UMY tetap terjaga agar mahasiswa tidak kehilangan ruhnya sebagai pemuda penerus bangsa. Disamping itu, agar PKSP 2019 menjadi pelopor kegiatan mahasiswa berintegritas untuk memajukan Negara Kesatuan RI.
”Kami optimistis tahun depan PKSP lebih sukses lagi, melihat antusias jumlah peserta hingga 250 orang baik dari kalangan mahasiswa, dosen, umum dari Jateng dan DIY. Semoga tahun depan debatnya bisa tingkat nasional dan dapat piala dari Presiden. Karena kali ini Juara 1 lomba debat piala dari Kemenristekdikti, juara 2 Gubernur, dan Juara 3 Bupati,” imbuh Vingki. (duniadosen.com/ta)
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…