Perjalanan Kirana Agustina meraih beasiswa Chevening, salah satu beasiswa ternama dari pemerintah Inggris. Beasiswa ini membantu calon pemimpin masa depan dari seluruh dunia yang ingin melanjutkan studi S2 di universitas Inggris.
Dilansir ehef.id, mulanya ia ingin langsung melanjutkan kuliah dari tahun 2012. Ia tertarik dengan beasiswa Chevening karena reputasinya dan ber niat untuk mendaftar. Namun siapa sangka, ia harus mempersiapkan diri dahulu selama satu tahun. Hal ini tidak sia-sia karena pada tahun 2017, ia menjadi salah satu dari 67 orang penerima beasiswa Chevening. Ia terpilih di antara 4000 pendaftar di Indonesia.
Usaha Meraih Beasiswa Chevening
Saat mendaftar beasiswa Chevening ini, Kirana mempersiapkan motivation letter sebagai bagian penting dari seleksi beasiswa ini. Ia mencoba untuk menulis secara jujur. Menurutnya penting untuk menunjukkan prestasi tanpa terkesan sombong.
“Saat menulis motivation letter, kamu harus lihat secara teliti karakteristik pelamar beasiswa yang dicari oleh Chevening Awards. Berikan juga contoh di area hidup yang mana kamu menunjukan karakteristik tersebut. Cari sudut pandang yang bisa membuatmu pilihan yang menonjol. Misalnya, sebagai seorang pemimpin. Untuk menunjukkan sosok kepemimpinan kamu tidak perlu jadi pemimpin. Kamu bisa menjadi inisiator pengaruh positif (atau influencer) sebagai bentuk kepemimpinan,” terang Kirana.
Selain prestasi akademis, ia mengingatkan untuk harus aktif di organisasi diminati dan mulai ikut serta membuat kontribusi. Selanjutnya, menghubungkan tujuan untuk melanjutkan studi dengan apa yang akan kontribusikan untuk menjadi solusi di Indonesia.
“Untuk mendaftar beasiswa Chevening, kamu tidak perlu punya pengalaman 2 tahun secara konsekutif atau berturut-turut. Pengalaman kerja yang pernah kamu lakukan baik itu part-time, full time, atau volunteer bisa digabungkan,” lanjut Kirana.
Kirana memilih beasiswa ini dengan mempertimbangkan beberapa alasan dan kelebihan. Menurutnya, kelebihan kuliah di Inggris yaitu untuk kuliah S2 hanya memakan waktu satu tahun. Inggris juga memiliki lima universitas dengan ranking teratas di dunia. Tiga universitas bahkan dianggap sebagai bagian dari Golden Triangle, yaitu universitas terbaik dan ternama di Inggris. Diantaranya, Imperial College London, University of Cambridge dan University of Oxford.
Jika lolos beasiswa ini, ia mendapatkan kelebihan khusus dengan menjadi bagian Chevening Awardee global network. Dari network ini ia bisa membuat koneksi dengan awardees lain dari berbagai penjuru dunia dengan latar belakang yang berbeda.
“Selain itu, Chevening sering mengadakan acara-acara gathering yang mengajak seluruh awardee untuk berpartisipasi. Acaranya beragam, seperti keliling kota London untuk menikmati arsitektur atau networking event. Dengan ini kamu bisa berkenalan dengan awardee-awardee lain dan memperluas koneksi,” tutur Kirana.
Tunjangan yang diberikan oleh beasiswa Chevening dibagi menjadi dua tipe, yaitu untuk penerima yang akan berkuliah di kota London dan di luar kota London. Jika penerima beasiswa masuk ke universitas di dalam kota London tunjangannya akan lebih banyak karena biaya hidup di ibukota lebih tinggi. Chevening juga memberikan kebebasan untuk awardee bekerja part-time maksimum 20 jam/minggu.
Menekuni Isu Lingkungan
Usai mentas dari Universitas Padjajaran Bandung tahun 2012, Kirana bekerja di organisasi Friends of the National Parks Foundation (FNPF) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai Consultant Assistant di Coastal Community Development Project. Sembari menunggu pengumuman beasiswa Chevening di tahun 2018, ia pernah mengikuti fellowship program yang diselenggarakan di New York, Amerika Serikat oleh United Nations.
Kirana memang menyukai studi lingkungan dan telah menekuni iu ini. Untuk itu, pilihan pekerjaan yang ia pilih pun sejalan dengan bidang ia geluti selama ini. Ia diknela pula sebagai tipe pemberani karena tidak takut untuk belajar sambil menerapkan ilmunya.
Untuk melatih bahasa Inggris, ia aktif dalam organisasi kampus, hingga menjadi sukarelawan untuk mahasiswa studi banding dari luar negeri yang berkunjung ke Universitas Padjajaran.
Kepada ehef.id, Kirana mengatakan sejak kecil dirinya ingin berkeliling dunia. Sebagai upaya mewujudkan impiannya, ia aktif mengikuti dan mewakili universitasnya di World Student Environmental Summit yang diadakan Swedia.
Agar bisa dapat sponsor untuk berkunjung ke negara-negara Uni Eropa lainnya, ia membuat projek penggalangan dana untuk kepedulian laut Indonesia sebagai pemimpin isu lingkungan di dunia. Inisiatif ini direspon positif oleh kedutaan dan universitas yang ia jangkau sampai akhirnya ia sukses berkeliling total enam negara di Eropa setelah berkunjung ke Swedia.
Memilih Jurusan Environment, Politics, and Society di University College London
Usai berhasil dengan proyek keliling Eropa, Kirana mendapatkan inspirasi untuk membentuk organisasi untuk konservasi terumbu karang dan lingkungan. Ia ingin mengatasi isu lingkungan dan laut di Indonesia yang sudah dalam kondisi kritis. Untuk itu, ia memilih jurusan kuliah Environment, Politics, and Society di University College London.
Ia juga tidak asal memilih tempat kuliah. Alasannya memilih University College London (UCL) bukan hanya karena reputasi masuk Russel Square universities, tapi karena UCL berlokasi di London, di sana banyak kesempatan dan wawasan yang bisa ia dapatkan.
Sedangkan ia memilih jurusan Environment, Politics and Society karena dianggap multidisciplinary, atau mengaitkan beberapa bidang akademis untuk memberikan pemandangan yang luas sehingga dapat memecahkan masalah yang besar seperti isu lingkungan.
Ia pikir program yang multidisciplinary menjadi pertimbangan yang besar karena isu laut dan lingkungan adalah isu yang rumit dan tidak bisa hanya dilihat dari satu akademik disiplin saja.
Kirana: Remember your bigger purpose. Don’t be afraid to reach out.
Di akhir wawancara dengan ehef.id, Kirana berpesan beasiswa adalah sebuah separuh keberuntungan dan kerja keras. Ia mengakui proses pendaftaran beasiswa memakan banyak waktu dan rumit.
Menurutnya proses seperti ini harus dimaklumi karena orang-orang yang pantas mendapatkannya bukanlah orang-orang biasa dari segi kecerdasan, individualitas, dan keuletannya. Untuk itu, ia pikir akan sulit bagi kalian untuk menikmati prosesnya jika tidak benar-benar menginginkannya dan punya tekad untuk mencapainya. Jadi, harus dipertimbangkan baik-baik dari awal.
Ia menambahkan, mimpi besar bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri, namun juga untuk keluarga, dan bahkan untuk Indonesia. Ia percaya alam semesta akan mendukung asal konsisten dan stay on track. “Jangan menyerah! Remember your bigger purpose. Don’t be afraid to reach out, banyak orang yang ingin melihat kamu sukses. Jika mau religius, jangan lupa berdoa. Surrender to God and give your best”.
Menurut Kirana, kegagalan itu adalah bagian dari proses. Ketika gagal, kita akan menjadi lebih kuat ke depannya. “Wajar kalau kita sedih tapi jangan lama-lama. Ketika kita gagal atau ada masalah harus langsung di hadapi karena it’s always not as bad as we think. Reach out! Jangan memendam perasaan kamu. Kita harus bisa jadi sahabat untuk diri sendiri. Self-love itu penting,” pungkasnya.
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…