Perbedaan TOEFL dan TOEP. Bagi para dosen tentu perlu mengikuti dan kemudian mengetahui apa saja perbedaan TOEFL dan TOEP. Sebab keduanya adalah dua dari sekian jenis tes untuk mengukur kemampuan bahasa Inggris seseorang. Menekuni profesi dosen biasanya disyaratkan pula untuk punya kemampuan bahasa Inggris yang bagus.
Alasannya beragam, salah satunya yang paling jelas adalah berhubungan dengan tugas menulis artikel ilmiah dan menerbitkannya ke dalam jurnal. Jurnal ilmiah ini bisa dalam bentuk jurnal nasional terakreditasi dan juga jurnal internasional bereputasi. Jika ingin menerbitkan ke jurnal internasional, maka bahasa di dalam artikel ilmiah adalah bahasa PBB.
Bisa menggunakan bahasa Rusia, dan bisa juga menggunakan bahasa Inggris yang intinya tidak lagi menggunakan bahasa Indonesia. Meskipun bisa memakai jasa penerjemah, tentu biayanya mahal. Selain itu, dosen juga perlu kemampuan bahasa internasional untuk mengembangkan ilmu entah itu membaca buku berbahasa Inggris atau kuliah keluar negeri.
Memiliki hasil tes TOEFL dan juga TOEP bahkan menjadi wajib karena menjadi syarat untuk mengikuti sertifikasi dosen. Jadi, daripada pusing mengikuti tes di tengah kesibukan dosen yang menggunung. Ada baiknya sudah ikut tes keduanya sejak dini, termasuk juga TKDA meskipun harus menggunakan dana pribadi. Lalu, apa perbedaan TOEFL dan TOEP tersebut?
Sebelum mengetahui detail tentang perbedaan TOEFL dan TOEP maka bisa mengetahui dulu pengertian dari TOEFL maupun TOEP. TOEFL merupakan kependekan dari Test of English as a Foreign Language. Jadi, TOEFL bisa diartikan sebagai tes kemampuan bahasa Inggris bagi siapa saja yang tidak menggunakan bahasa Inggris dalam keseharian.
TOEFL kemudian diterapkan tidak hanya di Indonesia akan tetapi juga di sejumlah negara yang bahasa kesehariannya bukan bahasa Inggris. Tujuan mengikuti tes TOEFL sendiri sangat beragam, karena hasil nilai tesnya sendiri bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Mulai dari keperluan kuliah atau meraih beasiswa kuliah di luar negeri.
Kemudian bisa juga untuk masuk ke suatu perusahaan multinasional, termasuk juga di sejumlah BUMN di Indonesia. Jadi, saat menemukan lowongan pekerjaan di sejumlah BUMN maka akan ada tahap seleksi tes TOEFL. Jika sudah pernah mengikuti tes TOEFL maka hasil nilainya bisa digunakan tanpa perlu ikut tes lagi.
Hasil tes TOEFL juga bisa digunakan pemiliknya untuk meniti karir di luar negeri dengan bahasa ibu bahasa Inggris. Paling umum adalah bekerja di perusahaan bidang apapun yang bertempat di negara Amerika Serikat atau negara lainnya. Jadi, saat mengikuti tes peserta bisa menyampaikan tujuannya atau alasan mengikuti tes tersebut.
Sebab bahasa Inggris yang digunakan akan disesuaikan, karena dilansir dari beberapa sumber menyebutkan bahwa bahasa yang digunakan bisa berbeda. Misalnya saja ingin berkarir di Amerika Serikat maka bahasa Inggris untuk TOEFL menggunakan Bahasa Inggris Amerika. Sedangkan jika ingin berkarir atau kuliah di Inggris akan menggunakan Bahasa Inggris yang sesuai.
Lalu, apa perbedaan TOEFL dan TOEP? Sebelum mengetahuinya, pahami juga definisi atau pengertian dari TOEP. TOEP memiliki kepanjangan Test of English Proficiency dan dilansir dari situs plti.co.id dijelaskan bahwa TOEP merupakan tes kemahiran bahasa Inggris dalam konteks akademik.
TOEP secara umum diikuti oleh kalangan dosen sebagai upaya untuk memenuhi persyaratan administrasi mengikuti sertifikasi dosen. Jadi, dosen yang ingin meningkatkan jenjang karirnya dan memperoleh tunjangan khusus setiap bulan. Maka perlu berusaha untuk lolos sertifikasi dosen tersebut.
Memiliki sertifikasi dosen bahkan menjadi salah satu sumber gengsi tersendiri bagi dosen. Sebab ada sejumlah tes atau ujian yang harus diikuti dosen, beberapa berhasil lolos dan beberapa lagi sebaliknya. Sehingga bisa dikatakan bahwa hanya dosen pilihan yang bisa mendapatkan sertifikasi atau serdos tersebut.
Adanya sertifikasi dosen yang diterapkan oleh pemerintah memang bertujuan untuk terus meningkatkan kualitas dosen di Indonesia. Jika selama ini dosen lebih sering memberikan soal tes atau soal ujian ke mahasiswa. Maka pada beberapa kesempatan, dosen juga akan mengikuti tes salah satunya untuk sertifikasi dosen.
Bagi dosen yang ingin mengikuti sertifikasi dan membutuhkan nilai dari tes TOEP maka diwajibkan untuk melakukan tes di PLTI (Pusat Layanan Tes Indonesia). Sebab hasil tesnya sudah diakui sesuai dengan standar sehingga bisa diajukan untuk memenuhi persyaratan sertifikasi dosen.
Meskipun antara TOEFL dengan TOEP sama-sama mengetes atau menguji kemampuan bahasa Inggris seseorang. Namun keduanya memiliki sejumlah perbedaan, apa saja perbedaan TOEFL dan TOEP tersebut? Simak informasinya di bawah ini:
Perbedaan pertama terletak dari tahapan atau jenis tes yang akan dijalani. Jadi, tahapan di dalam TOEFL berbeda dengan tahapan ketika mengikuti tes TOEP. Banyak yang mengatakan bahwa tes TOEP lebih mudah dibandingkan dengan TOEFL, apalagi tahapan tesnya juga lebih ringkas.
Pada TOEP, hanya ada dua jenis tes yang akan dijalani pertama adalah Listening dan yang kedua adalah Reading. Penyelenggara tes dari PLTI menyediakan layanan tes TOEP secara daring yang durasi tesnya antara 105 sampai 110 menit. Total waktu ini dibagi untuk dua jenis tes tadi.
Yakni 45-50 menit untuk tes Listening dan kemudian selama 60 menit digunakan untuk Reading. Listening sendiri bertujuan untuk mengukur keterampilan peserta tes memahami isi dari teks yang disampaikan secara lisan dan menggunakan bahasa Inggris. Sehingga selain harus pandai bahasa Inggris juga harus bisa mendengarkan dengan baik.
Sedangkan pada Reading bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta tes dalam memahami isi teks bahasa Inggris dalam bentuk tertulis. Sehingga peserta tes akan diberi soal berupa paragraf atau cerita. Kemudian tersedia beberapa soal pertanyaan terkait cerita tersebut, semakin paham isi paragraf maka semakin mudah menjawab soal dengan benar.
Sedangkan pada TOEFL, memiliki 4 tahapan ujian di semua format ujian yang diikuti. Jadi, format ujian untuk TOEFL sendiri saat ini ada tiga jenis dan berikut detailnya:
Pada format tes TOEFL yang pertama ada iBT atau internet based Test yang dibagi menjadi empat sesi. Dimulai dari Reading, Listening, Speaking, dan terakhir adalah Writing. Nilai tertinggi di format iBT adalah 120 poin dan saat ini ujian baru bisa dilakukan di Jakarta dan Bandung dengan biaya sekitar Rp 2.4 jutaan.
Format kedua adalah CBT atau Computer Based Test yang soal ujiannya bisa dikerjakan langsung dari perangkat komputer. Tahapan di dalam format ini ada Listening, Reading, Structure, dan juga Writing. NIlai atau skor untuk CBT dimulai dari 30 dan tertinggi adalah 300.
Format terakhir dalam mengikuti tes TOEFL sekaligus menjelaskan perbedaan TOEFL dan TOEP adalah PBT atau Paper Based Test. Sesuai dengan namanya, format ini dilakukan secara tertulis dengan soal-soal yang tercetak di media kertas.
Sama seperti format lainnya, PBT untuk TOEFL juga dibagi menjadi 4 sesi. Yaitu listening, structure and written expression, reading comprehension, dan writing. Skor untuk PBT ada di kisaran 310-667.
Dilihat dari jenis atau tahapan ujian yang akan dilalui, dari penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa tahapan di TOEP lebih ringkas. Sebab hanya ada dua tahapan atau dua jenis tes saja. Sementara di TOEFL ada empat tahapan tes, sehingga tidak keliru rasanya jika banyak yang menyampaikan bahwa TOEP lebih mudah dibanding TOEFL.
Meskipun begitu tetap tidak bisa disepelekan, sebelum mengikuti tes sebaiknya tetap belajar dan menguasai lebih banyak kosakata. Semakin banyak kosakata dikuasai maka setiap sesi tes dijamin akan lebih mudah memberikan jawaban yang benar. Nilainya akan tinggi dan bisa mendukung tujuan dari mengikuti tes tersebut.
Sedangkan jika dilihat dari bentuk penilaian, ternyata ditemukan juga perbedaan TOEFL dan TOEP. Penilaian pada TOEP sama sederhananya seperti tahapan tes di dalamnya. Jadi, TOEP memiliki nilai antara 0 yang paling rendah dan yang paling tinggi adalah 100.
Sedangkan pada TOEFL, nilai yang digunakan ada di kisaran lebih tinggi yakni antara 220 sebagai nilai terendah sampai 677 sebagai nilai tertinggi. Inilah yang membuat sejumlah BUMN dan penyedia program beasiswa mensyaratkan calon peserta atau karyawan memiliki nilai TOEFL minimal 500.
Jika kemampuan bahasa Inggris yang dimiliki terbilang bagus, atau setidaknya sangat beruntung saat mengikuti TOEFL maupun TOEP. Maka bisa mendapatkan nilai yang tinggi. Nilai ini bisa menjadi bekal untuk lolos seleksi beasiswa, seleksi penerimaan karyawan, sertifikasi dosen, dan lain-lain.
Perbedaan selanjutnya adalah dari fungsi yang bisa juga dikatakan sebagai kegunaan atau manfaat hasil tes. Jadi perbedaan TOEFL dan TOEP terletak pada aspek ini, dimana TOEP identik untuk para dosen yang akan mengikuti sertifikasi dosen. Ada batas minimal nilai TOEP yang harus dicapai setiap dosen untuk bisa lolos.
Sementara untuk TOEFL kegunaannya lebih beragam, seperti yang dijelaskan di awal nilainya bisa digunakan untuk keperluan meraih beasiswa maupun kuliah keluar negeri. Selain itu bisa juga untuk memenuhi syarat saat melamar pekerjaan di berbagai perusahaan, baik di dalam maupun luar negeri.
Saat ini, nilai tes TOEFL berlaku selama 2 tahun. Artinya setelah melewati masa 2 tahun pasca tes maka sudah tidak berlaku lagi. Jika membutuhkan tes TOEFL maka harus mengikuti ujian lagi. Oleh sebab itu, pastikan memang membutuhkannya baru diikuti atau setidaknya sudah dipersiapkan sejak 1 tahun sebelumnya.
Setelah mengetahui perbedaan TOEFL dan TOEP mungkin ada pertanyaan, sebaiknya mengikuti tes bahasa Inggris yang mana? Jadi, jawabannya adalah disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Sebab keduanya memiliki fungsi yang berbeda meskipun sama-sama digunakan untuk mengukur kemampuan bahasa Inggris seseorang.
Jika menekuni profesi dosen, maka keduanya perlu diikuti baik itu TOEFL maupun TOEP. Sebab TOEFL diperlukan saat ingin meraih beasiswa kuliah keluar negeri, dan bisa disiapkan setahun sebelum berburu beasiswa. Kemudian juga perlu mengikuti TOEP sebagai persiapan untuk mengikuti sertifikasi dosen.
Namun, jika kamu membutuhkan tes bahasa Inggris untuk kuliah keluar negeri atau berkarir di luar negeri maupun di BUMN. Maka cukup mengikuti tes TOEFL saja, karena memang persyaratannya adalah hasil tes TOEFL tersebut. Tidak perlu ikut keduanya, karena semua berbayar dan memiliki masa berlaku jadi ikuti jika memang membutuhkannya.
Mengikuti baik TOEFL maupun TOEP atau bahkan keduanya tentu memberikan banyak sekali manfaat. Terutama bagi yang memang membutuhkannya untuk alasan atau tujuan lebih spesifik. Namun, berikut detail manfaat yang bisa didapatkan:
Manfaat pertama mengikuti tes kemampuan bahasa Inggris seperti TOEFL dan juga TOEP adalah mengukur kemampuan diri. Jadi, hal ini bisa menjadi bahan evaluasi apakah kemampuan bahasa Inggris yang dimiliki sudah terbilang bagus atau belum. Jika belum, maka bisa mengecek di bagian mana kekurangan yang perlu diperbaiki.
Misalnya masih lemah di Reading maka bisa belajar untuk membaca tulisan bahasa Inggris dengan lebih giat lagi. Sehingga saat mengikuti tes lagi bisa mendapatkan nilai yang memuaskan. Hal ini bagi sebagian orang penting, terutama yang memang butuh kemampuan bahasa Inggris yang baik.
Jika membaca ulang penjelasan tentang perbedaan TOEFL dan TOEP di atas maka bisa dipahami bahwa keduanya memiliki manfaat untuk mengasah kemampuan bahasa Inggris. Selain itu, juga bisa menjadi media untuk memudahkan impian kuliah di negeri orang alias di luar negeri.
Dikatakan demikian, karena saat kuliah di luar negeri kemampuan bahasa Inggris diperlukan. Jika mengikuti program beasiswa, baik itu LPDP maupun beasiswa jenis lain maka hasil tes TOEFL menjadi syarat administrasi. Sehingga tidak keliru jika dokumen hasil tes ini menjadi pengantar untuk bisa kuliah sampai ke negara lain.
Jika membahas masalah karir, TOEFL dan TOEP tentu memberikan pengaruh yang cukup signifikan. Jadi, memang pada dasarnya tanpa TOEFL maupun TOEP siapa saja bisa tetap mendapat pekerjaan termasuk di perusahaan bergengsi. Hanya saja jika memiliki hasil tes TOEFL maka jangkauan karir bisa lebih luas.
Dari yang sebelumnya tidak bisa menjadi dosen menjadi bisa, dari yang hanya bisa bekerja di perusahaan swasta kini bisa ke BUMN dan perusahaan multinasional. Selain itu, juga bisa berkarir sampai ke luar negeri sehingga dengan mengikuti tes TOEFL dan TOEP bisa memperluas jangkauan karir.
Manfaat berikutnya adalah terhadap jenjang karir, sebab pada beberapa profesi hasil tes TOEFL maupun TOEP bisa meningkatkan jenjang karir. Misalnya pada profesi dosen, dengan adanya kedua hasil tes bahasa Inggris tersebut maka bisa mengikuti sertifikasi dosen.
Selanjutnya bisa mengajukan kenaikan jabatan akademik karena sudah punya sertifikasi dosen tadi. Jadi, mengikuti tes kemampuan bahasa Inggris tidak akan pernah rugi. Sebab bisa mengasah kemampuan bahasa Inggris sekaligus membantu meningkatkan jenjang karir.
Dosen yang fokus mengejar karirnya tentu tak hanya menguntungkan diri sendiri akan tetapi juga menguntungkan institusi tempatnya mengajar. Sebab dengan menjadi Guru Besar maka dosen sudah membantu proses akreditasi institusi pendidikan tersebut. Oleh sebab itu, mengejar karir sangat penting bagi para dosen bahkan sampai ke puncak.
Mengikuti TOEFL dan TOEP bagi beberapa orang bisa sebagai ajang untuk mengukur kemampuan bahasa internasional, yakni bahasa Inggris. Bagi sebagian orang justru manfaatnya sangat luas karena bisa memperluas jangkauan karir dan menunjang kenaikan jabatan di tempat kerja.
Supaya sesuai kebutuhan, dan juga bisa mempersiapkan diri dengan baik saat mengikuti tes kemampuan bahasa Inggris. Maka kenali betul perbedaan TOEFL dan TOEP sesuai penjelasan di atas, sehingga bisa mengikuti tes sesuai kebutuhan.
Baca Juga:
7 Tips Sertifikasi Dosen agar Lulus Tanpa Banyak Kendala
Jenjang Karir Dosen Swasta, Bedakah dengan Dosen PNS?
Dalam Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 dijelaskan mengenai karakter dosen untuk pengembangan indikator kinerja dosen.…
Bagi mahasiswa dan dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut pascasarjana gratis di Qatar, Anda…
Bagi siapa saja yang ingin studi S2 maupun S3 di luar negeri, silakan mempertimbangkan program…
Kabar gembira bagi para dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut jenjang S3 di luar…
Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 Tentang Standar Minimum Indikator Kinerja Dosen dan Kriteria Publikasi Ilmiah…
Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 menjelaskan dan mengatur perihal standar minimum pelaksanaan hibah penelitian dalam…