Perbedaan Buku Ajar, Buku Monograf, dan Buku Referensi
Sebelum mulai menulis naskah, tentunya penting untuk memahami detail perbedaan buku ajar, buku monograf, dan buku referensi. Sebab, ketiganya sama-sama buku ilmiah dan sama-sama wajib ditulis oleh dosen di Indonesia.
Jika dari aspek nama bukunya saja sudah berbeda. Maka tentu dari aspek lainnya juga akan dijumpai perbedaan. Memahami hal ini penting agar naskah buku yang disusun tepat, tidak keliru, dan tidak saling tertukar. Pelaporannya di BKD menjadi lebih mudah dan tepat. Berikut informasinya.
Membahas mengenai apa saja perbedaan buku ajar, buku monograf, dan buku referensi. Tentu akan dimulai dari memahami pengertian masing-masing buku ilmiah tersebut. Sebab dari definisi inilah, bisa didapatkan gambaran mengenai perbedaannya.
Dikutip melalui LPPM Universitas Tanjungpura, buku ajar (buku teks) adalah buku pegangan untuk suatu mata kuliah yang ditulis dan disusun oleh pakar di bidangnya dan memenuhi kaidah buku teks serta diterbitkan secara resmi dan disebarluaskan.
Buku ajar ditulis oleh dosen dan mengacu pada RPS. Sehingga buku ilmiah ini bisa dijadikan pegangan mahasiswa untuk mengikuti perkuliahan. Sekaligus membantu mahasiswa memahami materi perkuliahan secara mendalam.
Oleh sebab itu, buku ajar wajib disusun dosen yang merupakan ahli di suatu bidang keilmuan. Sekaligus mengampu mata kuliah yang relevan dengan isi dari buku ajar yang disusun.
Buku monograf adalah suatu tulisan ilmiah dalam bentuk buku yang isi atau substansi pembahasannya hanya pada satu topik dalam suatu bidang ilmu kompetensi penulis. Buku monograf disusun dosen berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan.
Melalui definisi ini, mungkin sudah memberi gambaran perbedaan buku ajar, buku monograf, dan buku referensi. Buku ajar menjadi bentuk pelaksanaan tugas pendidikan. Sementara buku monograf merupakan bentuk pelaksanaan tugas penelitian. Sehingga sumber utamanya adalah hasil penelitian yang dijalankan dosen.
Buku referensi adalah suatu tulisan ilmiah dalam bentuk buku yang substansi pembahasannya pada satu bidang ilmu kompetensi penulis. Melalui definisi ini, maka bisa dipahami bahwa topik di dalam buku referensi lebih beragam.
Berbeda dengan buku monograf, yang hanya fokus membahas satu topik saja di suatu bidang keilmuan yang menjadi kepakaran dosen. Buku referensi juga disusun berdasarkan hasil penelitian. Sehingga menjadi bentuk pelaksanaan tugas penelitian.
Dalam definisi di atas, mungkin sudah memberikan sedikit informasi mengenai perbedaan buku ajar, buku monograf, dan buku referensi. Namun, jika masih bingung maka berikut penjelasannya dari beberapa aspek:
Aspek pertama yang membedakan antara buku ajar dengan buku monograf dan buku referensi adalah tujuan penulisan. Buku ajar disusun oleh dosen dengan tujuan menyediakan bahan ajar bagi mahasiswa.
Sehingga mahasiswa memiliki pegangan tambahan untuk mendampingi proses belajar dan lebih memahami materi. Tujuan lainnya, adalah untuk melaksanakan tugas pengembangan bahan ajar dalam tri dharma. Sehingga buku monograf masuk dalam pelaksanaan tugas pendidikan di dalam BKD (Beban Kerja Dosen).
Sementara tujuan dari penyusunan buku monograf dan referensi yang pertama adalah untuk menyebarluaskan hasil penelitian. Kedua, dua jenis buku ilmiah ini bisa dijadikan referensi oleh dosen dan peneliti lain dalam melaksanakan penelitian. Tujuan lainnya, untuk melaksanakan tugas penelitian dalam BKD.
Aspek kedua yang menjadi perbedaan buku ajar, buku monograf, dan buku referensi adalah sumber penulisan naskah. Naskah buku ajar disusun dosen berdasarkan RPS.
Dimana RPS sendiri disusun dosen di awal semester sebagai pedoman struktur materi perkuliahan yang akan disampaikan kepada mahasiswa. Inilah alasan, kenapa buku ajar tidak cukup hanya ditulis oleh dosen.
Namun juga, penulisnya mengajar mata kuliah yang relevan. Jika dosen di suatu perguruan tinggi mengajar mata kuliah manajemen informatika. Maka tidak bisa menulis buku ajar berisi materi di mata kuliah perancangan sistem informasi.
Sementara untuk sumber penyusunan naskah buku monograf dan referensi adalah dari hasil penelitian. Jadi, kedua buku ini baru bisa disusun dosen setelah menyelesaikan kegiatan penelitian. Sementara buku ajar, baru bisa disusun dosen setelah selesai menyusun RPS.
Perbedaan buku ajar, buku monograf, dan buku referensi juga terkait substansi pembahasan. Pada buku ajar, substansi pembahasan adalah materi yang akan disampaikan dosen dalam kurun waktu satu semester ke depan.
Seluruh materi di satu mata kuliah menjadi isi dari buku ajar tersebut. Sehingga membantu mahasiswa mengikuti perkuliahan dengan baik. Sekaligus lebih mudah memahami materi di mata kuliah yang bersangkutan.
Substansi pada buku monograf adalah satu topik di suatu bidang keilmuan yang menjadi kepakaran dosen. Sementara pada buku referensi, berisi beberapa topik di bidang keilmuan yang menjadi kepakaran dosen penyusunnya.
Berikutnya dalam daftar perbedaan buku ajar, buku monograf, dan buku referensi adalah fitur di dalam isi atau substansi buku. Buku ajar menambahkan beberapa fitur untuk memudahkan pemahaman materi kuliah di dalamnya.
Sehingga isinya mencakup juga ilustrasi yang memberi penjelasan tambahan pada suatu materi, kemudian studi kasus atau contoh nyata di lapangan sebagai pembanding maupun pemahaman penerapan di lapangan, dan latihan soal.
Sementara fitur di dalam naskah buku monograf dan referensi adalah visualisasi data. Misalnya tabel berisi data penelitian, grafik yang menjelaskan perubahan data, diagram alir yang menjelaskan proses di dalam kegiatan penelitian, dll.
Jika dilihat dari sisi target pembaca. Maka akan dijumpai juga perbedaan buku ajar, buku monograf, dan buku referensi. Buku ajar sesuai definisinya, ditujukan untuk kalangan mahasiswa. Sehingga menjadi pegangan dalam mengikuti perkuliahan.
Sedangkan target pembaca di buku monograf dan buku referensi adalah masyarakat umum. Termasuk juga masyarakat ilmiah seperti dosen, mahasiswa, dan kalangan peneliti di berbagai lembaga penelitian.
Buku monograf dan referensi bisa dibaca untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan. Bagi masyarakat ilmiah, kedua buku ini bisa dijadikan referensi. Baik saat menyusun proposal penelitian, laporan penelitian, dan karya tulis ilmiah lainnya (artikel ilmiah, makalah, dll).
Salah satu aspek yang membedakan antara buku ajar dengan buku monograf dan buku referensi adalah gaya bahasa. Bisa juga disebut sebagai gaya penulisan. Pada buku ajar, gaya bahasa cenderung semi formal. Namun tetap menggunakan ragam kata baku sesuai EYD.
Hal ini sejalan dengan target pembacanya yang merupakan kalangan mahasiswa. Sehingga menghindari kesan objektif yang terlalu kental. Kemudian meminimalkan istilah asing dan istilah ilmiah. Melainkan ke istilah-istilah umum yang lebih mudah dipahami. Jika ada istilah asing dan ilmiah, maka ditambahkan penjelasan.
Sedangkan gaya bahasa dalam penulisan naskah buku monograf dan buku referensi adalah formal. Setiap kalimat dan paragraf menunjukan penulis objektif. Sehingga memakai istilah “penulis”, “penelitian”, “hasil kajian”, dan sejenisnya. Sehingga kesan ilmiah dan objektifnya lebih menonjol.
Perbedaan buku ajar, buku monograf, dan buku referensi juga bisa dilihat dari aspek penulis. Artinya, adalah dari aspek jumlah penulis naskah. Ketiga buku ilmiah ini pada dasarnya bisa ditulis oleh dosen secara mandiri tanpa melibatkan penulis lain atau dosen lain.
Namun, pada buku ajar dan buku referensi bisa disusun dengan berkolaborasi. Jadi, tidak hanya bisa ditulis oleh penulis tunggal. Namun bisa disusun oleh beberapa penulis sekaligus yang memiliki kepakaran di bidang dan topik yang sama. Pada buku ajar, tentunya wajib sama-sama mengajar mata kuliah yang sama.
Sementara pada buku monograf, wajib ditulis oleh satu orang penulis. Sehingga tidak bisa ditulis beberapa orang dosen. Sebab fokus di satu topik pembahasan dan harus selesai dalam satu kali terbit, bukan berjilid.
Berikutnya yang menunjukan bahwa buku ajar, buku monograf, dan buku referensi berbeda adalah dari aspek bentuk terbitan. Buku ajar bisa berbentuk terbitan tunggal. Sehingga materi kuliah di satu mata kuliah dalam satu semester habis dibahas tuntas di satu buku saja.
Namun, pada mata kuliah tertentu dan setelah memasuki materi tertentu kadang ada banyak penjelasannya. Maka dosen bisa menyusun buku ajar dan menerbitkannya dalam bentuk terbitan berjilid. Sehingga ada jilid 1, jilid 2, dan seterusnya sampai materi bisa dibahas tuntas.
Pada buku referensi juga berlaku hal serupa. Meski ada banyak topik dibahas di dalamnya. Namun jika bisa dibahas tuntas dalam satu kali terbit. Maka bentuk terbitan tunggal lebih ideal. Sebaliknya, jika harus dibahas dalam dua buku atau lebih. Maka bisa diterbitkan dalam bentuk terbitan berjilid.
Lain halnya dengan buku monograf. Selain hanya bisa ditulis oleh satu orang dosen. Buku ilmiah jenis ini juga berbentuk terbitan tunggal. Jadi, tidak bisa terbit dalam bentuk berjilid. Topik tunggal yang dibahas harus tuntas dalam satu naskah.
Poin berikutnya yang menjadi perbedaan buku ajar, buku monograf, dan buku referensi adalah nilai BKD. Buku yang ditulis dan diterbitkan oleh dosen pada dasarnya bentuk kewajiban. Yakni dari pelaksanaan tri dharma (pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat).
Semua dosen, wajib melaksanakan tri dharma tersebut. Sehingga ditetapkan target kinerja dalam bentuk BKD. Setiap menjelang akhir semester, para dosen wajib menyusun laporan BKD tersebut. Kemudian wajib memenuhi kinerja paling tidak 12 SKS per semester.
Pada saat dosen menerbitkan buku ilmiah, masing-masing buku memiliki beban BKD berbeda. Pada buku ajar, bernilai 5 SKS baik yang terbit dalam versi cetak maupun terbit dalam versi elektronik (ebook).
Pada buku monograf, beban kerjanya 5 SKS juga. Semetara pada buku referensi, beban kerjanya sampai 10 SKS. Jika buku referensi ditulis lebih dari dua orang dosen. Maka ketentuan pembagian SKS adalah 60% untuk penulis utama dan 40% untuk penulis pendamping.
Aspek yang menentukan siapa penulis utama dan pendamping adalah seberapa besar kontribusi keilmuannya di dalam naskah. Kontribusi terbesar wajib dari penulis utama atau penulis pertama.
Terakhir yang membedakan antara buku ajar dengan buku monograf dan buku referensi adalah nilai angka kredit. Dosen yang melaksanakan tri dharma, maka setiap pelaksanaan tugas diberi apresiasi penambahan poin angka kredit.
Sesuai dengan PO PAK terbaru, menerbitkan buku ajar bernilai 20 poin angka kredit. Sementara untuk buku monograf bernilai 20 poin angka kredit juga. Pada buku referensi bernilai sampai 40 poin angka kredit.
Jika buku ilmiah ditulis bersama-sama (berkolaborasi), misalnya dua orang dosen atau lebih. Maka nilai angka kredit dibagi sesuai dengan ketentuan di dalam pembagian SKS di BKD. Jadi, jika buku ditulis 2 orang dosen. Maka 60% angka kredit diberikan ke penulis pertama, sisa 40% diberikan ke penulis pendamping.
Adanya 10 hal yang menunjukan perbedaan buku ajar, buku monograf, dan buku referensi. Tentu semakin memudahkan dalam membedakan ketiganya. Kemudian bisa menyusun naskah masing-masing buku dengan benar tanpa resiko saling tertukar.
Baca juga artikel berikut yang berkaitan:
Ikuti juga Kelas Ekslusif: Roadmap Riset Efektif bersama profesor untuk permudah Anda di setiap pengajuan jabatan fungsional!
Setelah memahami detail perbedaan antara buku ajar, buku monograf, dan juga buku referensi. Jangan lupa untuk produktif menulis dan menerbitkan ketiganya. Sebab menjadi agenda rutin seorang dosen.
Namun, menulis naskah buku bahkan sampai ratusan halaman tentu bukan hal mudah. Sebab dosen berhadapan dengan agenda akademik yang padat. Jika kesulitan membagi waktu untuk bisa menulis, maka kiat-kiat berikut bisa diterapkan:
Menjadi dosen yang berprinsip mengikuti arus dan mengalir apa adanya. Memang sah saja dilakukan. Hanya saja, dengan adanya tujuan dalam profesi dosen yang ditekuni. Maka tentunya akan sangat mempengaruhi kinerja dan pencapaian akademik.
Dalam meningkatkan pencapaian akademik, salah satunya dengan produktif menulis dan menerbitkan buku ilmiah. Supaya bisa produktif, maka kuncinya adalah punya tujuan yang jelas dan spesifik.
Misalnya, menulis buku ajar dengan tujuan menyediakan buku yang mudah dipahami oleh mahasiswa. Maka dengan tujuan ini, dosen memiliki motivasi untuk terus menulis buku ajar. Tujuan dalam menulis bisa apa saja. Baik untuk kenaikan jabatan fungsional, mendapat royalti tinggi, dll.
Kiat kedua, usahakan untuk selalu membuat kerangka tulisan. Sebab dengan kerangka ini, maka memudahkan dosen menyusun naskah buku ilmiah. Setiap bab sudah diketahui akan membahas apa, sehingga sudah menyiapkan data maupun mental dan fisik untuk menyusunnya.
Kiat ketiga, dosen harus cermat dalam melakukan manajemen waktu. Agenda akademik yang padat sering membuat menulis naskah buku ilmiah dikesampingkan. Namun, jika dosen sudah punya tujuan jelas dan melakukan manajemen waktu.
Maka dosen akan lebih disiplin dan memiliki waktu cukup untuk menyusun naskah buku. Jadi, silahkan mulai melakukan manajemen waktu dengan teknik tertentu yang dirasa mudah dan efektif.
Kiat keempat, pertimbangkan untuk melakukan konversi KTI. Misalnya dalam menyusun buku monograf dan referensi. Maka supaya prosesnya cepat bisa mengkonversi artikel jurnal ilmiah yang disusun menjadi monograf atau referensi.
Konversi KTI membantu mengubah satu jenis karya ilmiah menjadi jenis karya ilmiah lain. Secara substansi atau isi akan sama. Namun dari segi teknik pembahasan dan gaya penulisan akan dilakukan penyesuaian.
Terakhir, adalah terus mengembangkan keterampilan menulis. Sebab, semakin terampil dalam menulis. Maka semakin memotivasi untuk terus menulis dan menghasilkan karya. Jadi, silahkan mulai aktif mengikuti pelatihan maupun workshop menulis karya ilmiah.
Melakukan beberapa kiat tersebut, tentu akan memudahkan dalam menulis naskah buku. Sehingga bisa rutin menerbitkan buku ajar, buku monograf, maupun buku referensi. Sebagai imbalannya, dosen lebih mudah memenuhi BKD dan karir akademik berkembang pesat.
Cek juga kelas online dari Duniadosen disini! Kumpulan E-Course.
Membaca buku berisi pedoman penulisan buku ajar dan buku monograf tentu hal penting bagi dosen.…
Mengenal luaran dan struktur buku hasil penelitian tentu penting bagi seorang dosen. Sebab, luaran dalam…
Pernahkah bertanya-tanya, mengapa dosen perlu mengikuti pelatihan menulis? Pertanyaan ini tentu lumrah dimiliki oleh calon…
Ada banyak sekali arti penting atau urgensi penerbitan buku monograf sebagai luaran hasil penelitian. Sebab…
Penyebarluasan hasil penelitian dosen bisa dilakukan dengan menerbitkan book chapter atau bunga rampai. Namun, tentunya…
Tahukah Anda, faktor apa saja yang mempengaruhi BKD atau pencapaian BKD? Dosen di Indonesia tentu…
View Comments
Artikel menarik dan bermanfaat.
Terima kasih atas sharingnya min. Sangat bermanfaat bagi dosen muda.
Ada contoh monograf dan buku referensi yang ada dipasarankah?
terima kasih telah mengunjungi website duniadosen.com
untuk contoh buku monograf bapak Tyo bisa melihatnya di link:
https://www.google.com/search?tbm=bks&q=monograf+deepublish
contoh buku referensi:
https://www.google.com/search?q=referensi+deepublish&sxsrf=ALeKk03mgBXguBgOl775NHRlePrdK27evA:1587606049874&source=lnms&tbm=bks&sa=X&ved=2ahUKEwiNiJW1tf3oAhX57XMBHf1kD9sQ_AUoAXoECAwQCQ&biw=1366&bih=576
semoga jawaban yang kami berikan bermanfaat.
salam,
tim duniadosen.com
Assalamualaikum. Kami dosen di pulau Sumbawa sebenarnya banyak yang ingin menulis buku monograf atau referensi. Hanya saja kami membutuhkan program pelatihan atau worshop penulisan buku. Jujur saja kami masih belum memiliki cukup pengetahuan tentang bagaimana menulis buku, dari mana harus memulai dan seterusnya. Selain itu juga kami ingin berkolaborasi. Ada baiknya pada awal penulisan buku karena masih dalam tahap belajar buku ditulis secara bersama. Setelah itu baru dapat ditulis secara mandiri. Terima Tim dunia dosen tulisan seperti ini sangat bermanfaat bagi kami.
Wa'alaikumsalam wr.wb.
terima kasih atas respon yang bapak/ibu sampaikan.
kami tim duniadosen sangat senang sekali jika bisa berkolaborasi
dengan para dosen di pulau Sumbawa.
Jika bapak ibu dosen di Sumbawa berkenan diberikan pelatihan penulisan buku
bisa mengajukan proposal pada kami.
untuk pengajuan permintaan pelatihan,
bisa dikirim melalui email kami
di: duniadosenindonesia@gmail.com
selanjutnya akan kami sampaikan kepada pimpinan kami.
salam,
tim duniadosen.com