Saat menulis karya tulis, baik ilmiah maupun non ilmiah pastikan sudah tahu dulu perbedaan bodynote dan footnote. Sebab keduanya memang menjadi hal penting untuk diperhatikan oleh penulis. Supaya bisa mencantumkan sitasi atau kutipan dengan baik dan benar, untuk menghindari unsur plagiarisme.
Penulisan kutipan memang diketahui memiliki banyak teknik, setiap penulis bebas menggunakan teknik yang mana. Teknik yang dipilih diharapkan yang paling dirasa mudah untuk dipraktekan dan dipahami. Sehingga meminimalkan kesalahan pada saat menulis kutipan.
Selain itu juga perlu konsisten, jangan sampai di bab awal memakai teknik kutipan A dan di bab seterusnya sudah lain. Sebab hal ini akan membuat karya ilmiah tampak aneh sekaligus susah untuk dipahami. Meskipun secara aturan, memakai kutipan dalam bentuk apapun sah saja dilakukan termasuk mencantum beberapa teknik mengutip.
Salah satu bentuk kutipan adalah bodynote dan footnote yang tentu akrab sekali di kalangan para penulis. Meskipun keduanya termasuk pada jenis kutipan, namun teknik dan beberapa detail lain berbeda. Lalu, apa saja perbedaan bodynote dan footnote tersebut? Simak penjelasannya disini.
Baca Juga: 5 Cara Menulis Kutipan dari Berbagai Jenis Referensi
Sebelum mengetahui detail mengenai perbedaan bodynote dan footnote maka perlu memahami dulu pengertian keduanya. Footnote disebut juga dengan istilah catatan kaki. Jadi, catatan kaki (footnote) merupakan keterangan yang ditambahkan penulis suatu karya tulis di bagian margin bawah.
Sehingga sesuai dengan namanya, catatan ini ditulis atau diletakan di bagian bawah naskah karya tulis yang disusun. Tidak hanya asal ditulis namun memiliki sejumlah aturan atau ketentuan. Selain posisi di margin bawah juga ada aturan mengenai ukuran huruf yang dibuat lebih kecil dibanding ukuran teks dari isi naskah.
Fungsi dari catatan kaki sendiri adalah untuk menambah rujukan dari uraian naskah pokok. Catatan kaki akan berisi referensi atau sumber dimana kutipan yang dicantumkan dalam naskah diambil atau didapatkan oleh penulis. Sehingga bentuk dan fungsinya sendiri memang mirip dengan daftar pustaka, namun tetap terdapat perbedaan.
Jika daftar pustaka dibuat daftar dan disusun di halaman khusus dan terpisah dari naskah karya tulis. Maka catatan kaki ditulis di halaman yang sama dengan adanya kutipan yang diambil penulis. Hanya saja ditulis atau diletakan di bagian bawah, dan akan langsung membantu pembaca mengetahui sumber kutipan tersebut.
Jenis kutipan di dalam naskah, baik itu kutipan langsung maupun tidak langsung akan dibuat catatan kaki di bagian bawahnya. Namun, selain dengan catatan kaki juga bisa dibuat dengan teknik catatan tubuh atau bodynote. Oleh sebab itu setiap penulis wajib memahami perbedaan bodynote dan footnote.
Baca Juga: 4 Strategi Mengubah Tesis Menjadi Buku, Langsung Terbit!
Sehingga bisa menulis dengan teknik yang benar dan menempatkannya dengan benar juga. Berikut adalah tata cara penulisan footnote yang baik:
Untuk lebih memahami bagaimana penulis footnote, terikut adalah contoh penulisan dari footnote yang bisa Anda ikuti:
1 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok Agraria, (Jakarta : Djambatan, 2003), hlm. 24.
1 Ni’matul Huda, 2014, Perkembangan Hukum Tata Negara (Perdebatan dan gagasan penyempurnaan), UII Press, Yogyakarta, Hlm. 299
1 Mochtar Naim, ’’Mengapa Orang Minang Merantau?’’ Tempo, 31 Januari 1975, hlm. 36.
1 Suara Merdeka, 29 Agustus 2005, hlm. 4.
1 Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, Pasal 1 angka 3
1 Machmoed Effendhie, Arsip Sebagai Sumber Informasi dalam Pengambilan Keputusan, Makalah seminar Apresiasi Kearsipan Pejabat Eselon III dan IV Kabupaten Sleman, 11 September 2001, hlm. 14
1 Developing and Operating a Records retention Programme, ARMA, 1986, hlm. 52.
1 Wawancara dengan Mudjono NA, tanggal 13 Oktober 2003 di Kantor Kepatihan kota Yogyakarta.
Baca Juga: 8 Tips untuk Mengubah Skripsi Menjadi Jurnal, Mudah Banget!
Setelah mengetahui pengertian dari footnote maka dalam pembahasan perbedaan bodynote dan footnote juga perlu memahami pengertian bodynote itu sendiri. Bodynote (catatan tubuh) merupakan sumber kutipan, sama seperti footnote.
Hanya saja bodynote ditulis langsung di akhir kutipan, sehingga tidak diletakan di bagian margin bawah naskah. Jadi dengan kata lain bodynote adalah catatan khusus yang diletakan tepat di akhir sebuah kutipan yang akan diberi catatan dan ditempatkan di dalam tanda kurung.
Sedangkan untuk tata cara dari penulisan catatan tubuh sendiri adalah dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
Supaya lebih memahami definisi dari catatan tubuh atau bodynote, berikut adalah contoh-contoh penulisannya dalam karya tulis:
Baca Juga: Mengenal 6 Ketentuan Penting dalam Penulisan Catatan Kaki
Melalui penjelasan dari definisi masing-masing catatan tersebut, tentu sudah bisa diketahui apa saja perbedaan bodynote dan footnote. Supaya lebih mudah dipahami, berikut adalah tiga perbedaan besar antara bodynote dan footnote:
Perbedaan pertama antara catatan kaki (footnote) dengan catatan tubuh (bodynote) adalah pada tempat dimana catatan tersebut ditulis atau diketik. Pada catatan kaki, penulisan ditempatkan di margin bawah. Sehingga penulis yang menjumpai tanda pangkat angka di dalam teks, berlangsung menuju margin bawah.
Sebab disitulah terdapat catatan kaki yang menjelaskan sumber dari kutipan dalam teks tersebut. Catatan kaki tidak hanya digunakan untuk kutipan dalam bentuk kalimat saja, namun juga untuk istilah asing. Sehingga bentuk catatan kaki menjelaskan definisi atau makna istilah asing tersebut.
Catatan kaki jenis ini, tidak mencantumkan nama penulis dan detail lain seperti tahun maupun judul. Melainkan hanya menjelaskan definisinya saja. Sehingga pembaca bisa langsung memahami konteks kalimat yang dibaca meskipun memakai istilah asing.
Hal ini juga memanjakan pembaca untuk menambah perbendaharaan kata asing. Sekaligus membantu memperdalam pemahaman dari teks yang sedang dibaca. Lalu, bagaimana dengan catatan tubuh?
Pada catatan tubuh, tempat penulisan ada di dalam teks atau di dalam kutipan yang diambil penulis dari referensi. Sehingga sesuai dengan namanya, memang catatan ini diselipkan di antara teks yang berisi suatu pembahasan. Namun tidak hanya asal diselipkan, tetap ada aturannya.
Yakni diberi tanda kurung dan dituliskan nama pengarang, judul buku, dan halaman dimana kutipan tersebut berada. Diletakan di akhir kutipan dan bisa juga di awal kutipan. Penambahannya untuk mencegah unsur plagiarisme sebab sudah termasuk tindakan sitasi, yang mencantumkan sumber referensi dengan jelas.
Perbedaan bodynote dan footnote dari segi tempat atau letak ini tentu memudahkan siapa saja untuk memahami dan mempraktekannya. JIka kutipan diambil langsung maka catatan tubuh lebih ideal digunakan. Sedangkan untuk memberi referensi lebih lengkap, maka catatan kaki bisa digunakan.
Perbedaan bodynote dan footnote berikutnya adalah terletak pada cara penulisan. Sebagaimana yang dijelaskan di atas, tata cara penulisan keduanya memang berbeda jauh. Pada catatan tubuh, tidak peduli sumber kutipan seperti apa struktur penulisannya sama.
Yakni diawali dengan tanda kurung dan diikuti dengan nama belakang penulis, tahun terbit, dan halaman dimana kutipan yang diambil berada. Sedangkan pada catatan kaki, jenis sumber referensi akan mempengaruhi cara penulisannya. Sebab judul dari referensi akan dicantumkan. Supaya lebih mudah dipahami, berikut detailnya:
Sesuai dengan penjelasan di point sebelumnya, maka perbedaan bodynote dan footnote juga terletak dari kelengkapan unsur. Berhubung catatan kaki memuat indeks, maka unsur di dalamnya jauh lebih lengkap dibanding catatan tubuh. Bahkan catatan kaki sudah menyerupai dan mewakili daftar pustaka.
Hal ini akan memudahkan pembaca untuk mengetahui sumber referensi langsung dari catatan kaki. Sebab sudah ada informasi mengenai judul, penerbit, tahun terbit, dan seterusnya. Jika ingin menampilkan informasi referensi dengan detail maka penulis bisa menggunakan catatan kaki dibanding catatan tubuh.
Sedangkan pada catatan tubuh memang hanya memuat informasi berupa nama penulis, tahun terbit, dan halaman kutipan. Meskipun tidak lengkap, namun pembaca tentu sudah mengetahui bahwa kutipan yang dibacanya bersumber dari mana. Jika tertarik dengan referensi tersebut, pembaca bisa mencarinya di daftar pustaka.
Baca Juga: Inilah 5 Cara Mengutip dari Jurnal yang Umum Digunakan
Setelah mengetahui beberapa perbedaan bodynote dan footnote tentunya setiap penulis bisa menentukan jenis catatan mana yang akan digunakan. Kira-kira, lebih baik memakai catatan dengan model yang mana? Setiap penulis biasanya memiliki pertimbangan tersendiri, yang kemudian memiliki keputusan yang tersendiri pula.
Namun perlu diakui bahwa dibandingkan dengan catatan tubuh, catatan kaki atau footnote memiliki lebih banyak keunggulan. Seperti:
Sesuai dengan yang dijelaskan sebelumnya, bahwa catatan kaki memiliki isi lebih lengkap. Mampu menyajikan referensi kutipan yang lebih komplit karena berisi detail sumber kutipan. Yakni mencantumkan dimulai dari nama lengkap penulis, disusun judul referensi, penerbit, tahun terbit, dan baru diakhiri halaman kutipan.
Berbeda dengan catatan tubuh yang hanya berisi nama belakang penulis, tahun, dan halaman kutipan. Meskipun menunjukan bahwa suatu kutipan diambil secara langsung dari referensi. Namun pembaca membutuhkan keterangan tambahan dari daftar pustaka untuk tahu detail referensi yang digunakan penulis.
Catatan kaki juga diketahui memiliki peran ganda, yakni tidak hanya menjadi sumber referensi kutipan. Namun juga sebagai catatan penjelas, sehingga menjelaskan suatu kutipan termasuk juga istilah. Baik itu istilah dalam bahasa daerah, bahasa asing, bahasa gaul, dan jenis istilah dari sumber lain.
Catatan kaki memudahkan pembaca untuk mengetahui arti dari apa yang ditulis oleh penulis. Sehingga tidak perlu mencari arti kata dari internet untuk bisa memahami maksud penulis dari teks yang disusunnya. Peran ini tentu membuat catatan kaki disukai oleh pembaca.
Hanya saja dari pihak penulis memang proses penyusunannya membutuhkan usaha lebih. Sebab perbedaan bodynote dan footnote juga terletak pada struktur penulisan. Pada catatan kaki, jenis referensi penentuan strukturnya. Sehingga penulis wajib paham bagaimana aturan penulisan catatan kaki sesuai jenis sumber.
Catatan kaki juga bisa berfungsi sebagai referensi dan catatan penjelas, sehingga catatan kaki menyajikan informasi lebih lengkap bagi pembaca. Catatan kaki akan membantu pembaca lebih mudah mencerna apa yang dibacanya. Sekaligus membantu meningkatkan kenyamanan dalam membaca.
Sebab ketika bingung dengan istilah asing maka tinggal menggeser pandangan mata ke margin bawah. Tidak perlu lagi lari ke halaman daftar pustaka maupun ke halaman glosarium. Waktu membaca semakin efisien dan pemahaman pembaca juga lebih baik dibanding dengan memakai catatan tubuh.
Meskipun catatan kaki memiliki lebih banyak kelebihan, bukan berarti catatan tubuh menjadi pilihan yang buruk. Jenis catatan ini tentu tetap tepat untuk digunakan sebagai dukungan terhadap tindakan anti plagiarisme.
Jadi, silahkan memilih jenis catatan sesuai dengan kebutuhan dan selera. Selain itu penting untuk selalu memahami perbedaan bodynote dan footnote agar penulisan catatannya selalu tepat.
Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…
Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…
Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…
Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…
Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…
Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…