Pada saat menyusun artikel ilmiah, Anda perlu memahami apa perbedaan abstrak dan pendahuluan. Sebab kedua unsur ini sekilas terlihat sama persis di dalam artikel ilmiah, baik untuk dipublikasikan ke prosiding maupun jurnal ilmiah.
Peneliti muda atau dosen pemula biasanya akan kesulitan membedakan antara abstrak dan pendahuluan. Jika diperhatikan dengan seksama, keduanya memiliki unsur pokok bahasan yang berbeda dan begitu pula dengan tujuannya.
Jadi, jangan buru-buru menyusun kedua bagian ini jika belum mengenal perbedaanya. Sebab tanpa memahami perbedaan keduanya bisa meningkatkan kemungkinan apa yang disusun bisa saja keliru. Berikut penjelasan detailnya.
Dikutip melalui website Elsevier, abstrak adalah ringkasan sangat singkat dari semua bagian makalah penelitian yang mencakup ringkasan dari pendahuluan, tujuan, bahan dan metode, hasil, dan kesimpulan.
Melalui definisi abstrak ini, mungkin beberapa dari Anda sudah memiliki gambaran mengenai perbedaan abstrak dan pendahuluan. Abstrak dibuat lebih ringkas dan padat, tapi isinya memuat seluruh isi dari artikel ilmiah tersebut.
Secara umum, penyusunan abstrak dibatasi oleh jumlah kata. Rata-rata antara 150-250 kata saja per abstrak sehingga isinya harus ringkas, padat, tetapi jelas tetapi mencerminkan seluruh isi artikel ilmiah tersebut.
Abstrak disusun untuk membantu pembaca memahami isi artikel ilmiah dengan cepat sehingga membantu mereka menentukan apakah artikel ilmiah tersebut sesuai kebutuhan mereka atau sebaliknya. Sekaligus menentukan, apakah menarik atau tidak.
Analogi paling sederhana untuk memahami apa itu abstrak di artikel ilmiah adalah dengan restoran. Sebuah restoran akan menyediakan buku menu sehingga pengunjung tahu betul menu apa saja yang tersedia dan menilai apakah sesuai dengan selera mereka.
Jika menu-menu ini sesuai, maka mereka akan masuk dan melakukan pemesanan. Begitu pula sebaliknya. Jadi, abstrak dalam artikel ilmiah ibarat buku menu di sebuah restoran. Abstrak lantas menjadi penting karena menentukan minat pembaca dan menjadi bagian kedua yang dilihat pembaca setelah judul.
Mengenal perbedaan abstrak dan pendahuluan, tentu tak lengkap jika hanya memahami definisi abstrak. Sudah tentu, Anda perlu memahami juga definisi dan detail lain berkaitan dengan pendahuluan.
Secara umum, pendahuluan adalah bagian pertama dalam makalah penelitian setelah abstrak, yang menjelaskan secara rinci informasi latar belakang yang diperlukan pembaca untuk memahami topik dan tujuan penelitian.
Isi dari pendahuluan lebih spesifik dan fokus pada aspek tertentu sehingga tidak selengkap isi di dalam abstrak. Pendahuluan akan diawali dengan menjelaskan suatu fenomena yang menjadi latar belakang dilakukan penelitian.
Disusul dengan penjelasan sejumlah teori, hasil penelitian terdahulu, dan memberi penjelasan rinci mengenai perbedaan atau novelty dari penelitian yang sekarang. Informasi yang disajikan di bagian pendahuluan akan fokus pada hal-hal mendasar. Inilah yang membuat jumlah kata di dalam pendahuluan lebih banyak dibanding pada abstrak.
Sebagian isi dari pendahuluan kemudian akan masuk ke abstrak artikel ilmiah. Sehingga, abstrak disusun paling akhir oleh peneliti setelah semua bagian dari artikel ilmiah selesai disusun.
Jika dilihat dari segi isi, tentu akan dijumpai persamaan antara abstrak dengan pendahuluan. Namun, jika diperhatikan lebih seksama lagi, Anda akan menjumpai lebih banyak perbedaan abstrak dan pendahuluan. Sebab sejatinya memang kedua unsur artikel ilmiah ini berbeda.
Tidak mungkin seorang peneliti mengabaikan abstrak, pendahuluan, atau keduanya baik abstrak maupun pendahuluan wajib ada dalam struktur artikel ilmiah agar sesuai dengan standar umum.
Setelah memahami definisi masing-masing, ternyata perbedaan abstrak dan pendahuluan tidak sebatas pada pengertiannya. Ada lebih banyak aspek yang menunjukan dua unsur dalam artikel ilmiah ini berbeda. Berikut perbedaan abstrak dan pendahuluan pada artikel ilmiah:
Perbedaan yang pertama antara abstrak dengan pendahuluan adalah dari jumlah kata. Secara sekilas dan sekali lirik pembaca sudah tahu perbedaan paling mencolok ini.
Abstrak memiliki jumlah kata lebih terbatas, yakni antara 150 sampai maksimal 250 kata saja. Batas jumlah kata pada abstrak juga disesuaikan dengan kebijakan internal pengelola jurnal.
Lalu, berapa jumlah kata pada pendahuluan? Secara umum, jumlah kata pada pendahuluan sekitar 500 kata. Namun, peneliti memiliki kebebasan untuk menulis dalam jumlah kata lebih banyak jika memang dibutuhkan.
Batasan jumlah kata pada pendahuluan lebih tinggi karena memang unsur yang dijelaskan lebih kompleks. Selain itu, abstrak berisi ringkasan sementara pendahuluan tidak sehingga jumlah kata lebih fleksibel pada pendahuluan.
Perbedaan abstrak dan pendahuluan juga terdapat pada kebutuhan penambahan kata kunci atau keyword. Secara umum, peneliti diharapkan mencantumkan kata kunci pada abstrak.
Salah satu tujuannya adalah untuk memudahkan artikel ilmiah tersebut ditemukan pembaca saat melakukan pencarian sehingga bisa disebut penambahan kata kunci di dalam abstrak adalah wajib.
Sementara pada pendahuluan berbeda, peneliti tidak memiliki kewajiban mencantumkan kata kunci dan sifatnya menjadi fleksibel. Hal ini terjadi karena pendahuluan fokus pada pembahasan latar belakang dan hal lain.
Misalnya juga membahas mengenai berbagai teori yang mendasari penelitian, dan penjelasan penelitian terdahulu dan novelty pada penelitian yang dilakukan peneliti di masa sekarang.
Kebutuhan untuk menjelaskan semua hal penting ini diharapkan bisa detail, runtut, dan disusun dengan baik agar mudah dibaca. Jika terikat dengan kewajiban menambah kata kunci maka akan merusak keruntutan susunannya.
Tak hanya pendahuluan, abstrak juga sering disalah artikan dengan kesimpulan. Pahami 4 Perbedaan Abstrak dan Kesimpulan pada Jurnal
Hal ketiga yang menjadi perbedaan abstrak dan pendahuluan di dalam artikel ilmiah adalah pada isi. Seperti penjelasan di awal, abstrak berisi rangkuman dan ringkasan dari semua unsur dalam artikel ilmiah.
Mencakup ringkasan dari pendahuluan, tujuan, bahan dan metode, hasil, dan kesimpulan sehingga semua isi artikel ilmiah akan tertuang di dalam abstrak. Namun dalam versi lebih ringkas, padat, sekaligus jelas.
Hal ini berbeda dengan pendahuluan yang isinya bukan ringkasan. Pendahuluan berdiri sendiri dan isinya adalah seputar pendahuluan itu sendiri sesuai ketentuan umum.
Mulai dari latar belakang, seluruh teori yang menjadi dasar penelitian, penelitian sebelumnya, dan menjelaskan novelty atau kebaruan dari penelitian sekarang sehingga isinya lebih spesifik pada isi umum pendahuluan saja.
Dari hal ini, Anda bisa memahami bahwa tanpa pendahuluan maka abstrak tidak dapat disusun. Sebab pendahuluan adalah bagian dari isi abstrak itu sendiri. Namun, tidak sebaliknya karena isi pendahuluan adalah khusus di pendahuluan saja.
Poin keempat yang menunjukan perbedaan abstrak dan pendahuluan di dalam artikel ilmiah adalah kedalaman tinjauan pustaka. Menurut Creswell (2005), abstrak adalah ringkasan yang tertulis mengenai suatu jurnal, buku dan juga dokumen yang mendeskripsikan teori serta suatu.
Baik pada abstrak maupun pendahuluan akan berisi penjelasan dari hasil tinjauan pustaka. Hanya saja tingkat kedalaman pembahasan berbeda, dimana abstrak lebih ringkas dan hanya sekilas. Dimana akan fokus pada poin kunci dan dipandang paling penting.
Misalnya pada penulisan penelitian terdahulu dan apa yang membuatnya cenderung “belum sempurna” sehingga mendorong terjadinya penelitian lanjutan yang akan dilakukan peneliti masa kini.
Sementara pada pendahuluan, penjelasan dari tinjauan pustaka memiliki kedalaman yang lebih tinggi karena mencakup proses menjelaskan sejumlah teori dan definisi yang dikemukakan para ahli.
Kemudian juga menjelaskan mengenai suatu teknologi yang berkaitan dengan topik penelitian dari hasil penelitian sebelumnya. Menjelaskan pula kelemahan atau gap dari penelitian sebelumnya sehingga itu mengungkap novelty penelitian saat ini.
Perbedaan abstrak dan pendahuluan juga terletak dari hasil penjelasan atau pemaparan penelitian terdahulu. Baik abstrak maupun pendahuluan akan berisi penjelasan mengenai penelitian sebelumnya.
Khususnya untuk penelitian yang dilakukan karena menemukan research gap dengan penelitian terdahulu. Artinya, pada penelitian untuk topik yang benar-benar baru, pembahasan mengenai hal ini tidak akan ditemukan.
Pada abstrak, penjelasan mengenai adanya penelitian sebelumnya pada topik yang sama akan dijelaskan sekilas. Sementara pada pendahuluan akan dijelaskan lebih rinci dan mendalam.
Salah satu hal yang menunjukan hal ini adalah pada keberadaan kutipan. Kutipan dan pencantuman sumber kutipan tidak akan ditemukan pada abstrak. Namun, tidak begitu pada pendahuluan.
Pendahuluan sering dijumpai kutipan, baik kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung. Sehingga menjelaskan berbagai teori dan berbagai temuan yang mendasari pemilihan topik. Serta menjelaskan secara rinci bagaimana penelitian terdahulu mendorong terjadinya penelitian ulang di masa sekarang.
Baca Juga:
Poin keenam yang menjadi perbedaan abstrak dan pendahuluan adalah pada posisi atau penempatan. Secara alur atau urutan penyusunan, abstrak ditulis lebih dulu dibandingkan pendahuluan.
Abstrak akan disusun penulis atau peneliti di bawah judul sehingga menjadi bagian kedua yang akan dibaca pembaca dalam membaca artikel ilmiah setelah judul. Inilah alasan abstrak perlu dibuat ringkas tapi mampu menarik minat baca pembacanya.
Sementara itu, pendahuluan akan ditulis tepat di bawah atau setelah abstrak tersebut sehingga penempatannya sudah tentu berbeda. Meskipun begitu, dalam alur penulisan justru abstrak ditulis paling akhir karena berupa ringkasan.
Bagaimana sebuah ringkasan bisa disusun jika bagian yang diringkas belum selesai? Hal ini yang membuat abstrak selalu disarankan disusun paling akhir agar bisa merangkum semua poin penting dari semua unsur artikel ilmiah.
Membantu memberikan gambaran lebih jelas mengenai perbedaan abstrak dan pendahuluan. Berikut contoh abstrak dan pendahuluan pada artikel ilmiah:
ABSTRAK
Pendahuluan:Penyakit Diabetes Melitus merupakan ranking keenam penyebab kematian di Dunia. Di Indonesia Prevalensi DM sekitar 4.8%. Faktor risiko terjadinya DM tipe II terdiri dari dua yaitu faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. Berdasarkan survei yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo masih ditemukan masyarakatnya mengalami kejadian diabetes mellitus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor resiko terjadinya diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo. Metodologi: Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan studi case control. jumlah sampel secara keseluruhan 46 orang 23 kelompok kasus (penderita diabetes) dan 23 kelompok kontrol (ulang penderita diabetes). Pengambilan data dengan menggunakan kuesioner dengan indikator usia responden, berat badan, tinggi badan, jenis kelamin, riwayat keluarga, riwayat hipertensi dan aktivitas fisik. Analisis data yang digunakan adalah uji chi-square. Hasil:.Penelitian menunjukkan hasil bahwa faktor risiko diabetes mellitus tipe 2 adalah umur (p=0,032, OR= 5,6, 95%CI=1,038-30,204), riwayat keluarga (p=0,032, OR= 5,6 95%CI=11,038-30,204) dan aktivitas fisik (p=0,003, OR= 7,38 95%CI=1,887-28,939) sedangkan jenis kelamin, riwayat hipertensi dan obesitas tidak berhubungan dengan kejadian Diabetes Melitus.Diskusi: Faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi kejadiaan diabetes adalah aktivitas fisik, dimana seseorang yang kurang melakukan aktivitas fisik akan 5 kali lebih berisiko mengalami diabetes.
PENDAHULUAN
Diabetes merupakan penyakit tidak menular yang cukup serius dimana insulin tidak dapat diproduksi secara maksimal oleh pankreas (Safitri & Nurhayati, 2019). Insulin merupakan hormone yang mengatur glukosa.Insulin yang tidak bekerja dengan adekuat akan membuat kadar glukosa dalam darah tinggi. Kadar glukosa darah normal adalah 70-110 mg/dL pada saat berpuasa (Fatimah, 2015). Diabetes banyak dialami oleh masyarakat dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang global, sehingga pada saat ini menjadi prioritas dalam memecahkan masalah kesehatan oleh para pemimpin dunia (Global, 2016).
Penyakit Diabetes Mellitus merupakan ranking keenam penyebab kematian di Dunia, hal ini diungkapkan oleh dunia World Health Organization (WHO) (Wicaksono, 2015). Data yang didapatkan bahwa kematian yang disebabkan karena diabetes ada sekitar 1,3 juta dan yang meninggal sebelum usia 70 tahun sebanyak 4 persen. Mayoritas kematian diabetes pada usia 45-54 tahun terjadi pada penduduk kota dibandingkan pada penduduk yang tinggal di pedesaan (Kistianita, Yunus, & Gayatri, 2018). IDF memprediksikan DM akan menempati urutan ketujuh kematian dunia pada tahun 2030. Sejak Tahun 1980 terjadi peningkatan dua kali lipat penderita diabetes di dunia yatu dari 4,7% menjadi 8,5% pada populasi orang dewasa, hal ini juga merupakan indikator peningkatan obesitas pada beberapa dekade ini (Ogurtsova et al., 2017).
WHO juga menyebutkan bahwa sekitar 150 juta orang di dunia telah menderita diabetes mellitus (Saputri, Setiani, & Dewanti, 2018). Penderita yang semakin meningkat jumlahnya setiap tahun sebagian besar berasal dari negara berkembang. Penduduk Amerika yang menderita diabetes sebanyak 29,1 juta jiwa dimana sebanyak 21 juta jiwa kategori diabetes yang terdiagnosis, sedangkan sebanyak 8,1 juta jiwa termasuk kategori diabetes tidak terdiagnosis (Andreas Pradipta et al., 2020)
Baca artikel “cara membuat abstrak jurnal” selengkapnya:
Melalui penjelasan di atas, maka Anda bisa dengan mudah mengetahui perbedaan abstrak dan pendahuluan. Sehingga tidak memiliki kesulitan untuk menyusun kedua unsur pada artikel ilmiah ini dan dijamin sudah baik serta benar.
Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk membagikan artikel ini ke orang terdekat Anda. Semoga bermanfaat.
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…