Tangerang – Guru Besar Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Mudrajad Kuncoro, M.Soc.Sc adalah peraih penghargaan Best Paper Award dalam Fourth Internatipnal Conference on Advances in Management Economics and Social Science (MES) dari Institute of Research Engineers and Doctors (IRED) tahun 2016 silam. Kamis (2/5), ia mengajak dosen untuk produktif menulis saat mengisi materi dalam Seminar Authorpreneur Universitas Pramita Indonesia.
Dilansir dari liputan6.com, Kuncoro mengungkapkan, jumlah dosen perguruan tinggi berbanding lurus dengan jumlah publikasi yang dihasilkan. Dari seitar 83 Perguruan Tinggi Negeri dan sekitar 3000-an Perguruan Tinggi Swasta, karya ilmiah yang dipublikasikan masih sedikit. Hal ini disebabkan tidak banyak dosen yang produktif menulis, baik menulis jurnal, buku, artikel dan sejenisnya.
Berdasarkan data Scimago Journal and Country Rank (2017), Indonesia masih kalah dari Thailand, Singapura, dan Malaysia terkait publikasi ilmiah internasional. Hal ini menegaskan Indonesia mempunyai Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta yang relatif banyak, namun minat menulis masih minim di kalangan akademisi.
Menurut Kuncoro, sudah sewajarnya dosen menghasilkan karya tulisan dengan produktif menulis hasil riset. Apabila dosen mempunyai kesempatan melakukan riset, bisa disiasati dengan membuat jurnal rangkuman hasil pembelajaran di kelas. “Misalnya seorang dosen mengajar mata kuliah yang sama selama tiga tahun, itu sudah bisa dijadikan buku jurnal,” ujar dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada tersebut di Hotel Golden Tulip.
“Jangan lupa masukkan juga karya bukunya di aplikasi yang menghubungkannya dengan dunia, seperti Google. Sehingga, nama dosen dan buku yang diciptakan, bisa terdaftar dan diakui sebagai salah satu karya,” tekan Kuncoro.
Ia giat mendorong dosen untuk produktif menulis jurnal atau buku, karena menulis bisa sebagai sumber pendapatan. Seperti dirinya sekarang, tidak hanya mengandalkan gaji tetapi juga mendapatkan pemasukan sebagai penulis.
Awalnya, Kuncoro tidak punya bakat menulis dan memulainya saat masih menempuh pendidikan sarjana pada semester 4 dengan menulis artikel untuk surat kabar. “Saya tidak punya bakat menulis. Namun, saya memilih untuk langsung menceburkan diri ke kolam renang tanpa menggunakan teori berenang. Jadi tulis dulu apa yang Anda ketahui, baru pelajari bagaimana teori menulis yang baik.”
Dalam lokakarya Penulisan Buku bertema `Menulis itu Mudah`, di Lembaga Publikasi dan Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya (LPP FE-UB), Selasa (19/1) tahun 2010 silam, Kuncoro membagikan kiat-kiat produktif menulis.
“Talenta tidak akan pernah menghasilkan satu buku pun kalau tidak diasah atau dilatih,” tutur Kuncoro waktu itu, dikutip dari prasetya.ub.ac.id. Ia mengambil contoh beberapa tokoh yang menginspirasi dalam menulis seperti kesuksesan J.K Rawling dengan Harry Potter. Di Indonesia, terdapat Raditya Dika dan Hadiiswa. Ia menegaskan, setiap orang sebenarnya memiliki kemampuan menulis. Hanya saja perlu diasah dan dilatih agar menjadi sebuah karya.
Redaksi
Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…
Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…
Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…
Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…
Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…
Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…