Bandung – Pemerintah memastikan peneliti dan inovator yang menggunakan fasilitas negara akan tetap mendapatkan royalti apabila penelitiannya bisa diproduksi massal dan dipasarkan. Demikian ungkap Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir saat Peluncuran Base Station 4G LTE InfiniTeBe ITB pada Jumat (1/2) di Aula Timur Institut Teknologi Bandung (ITB).
”Saat saya awal menjadi Menteri para Peneliti dan Inovator di pendidikan tinggi tidak bisa mendapat royalti, karena dianggap mereka hanya memanfaatkan fasilitas riset negara. Saya sampaikan, kalau seperti itu tidak akan ada peneliti dan inovator yang mau berkarya,” ungkap Menteri Nasir.
Menteri Nasir mengatakan telah mengkomunikasikan kepada Menkumham, agar royalti dapat diberikan kepada peneliti. ”Akhirnya bertemu satu kesepakatan, semua fasilitas negara yang digunakan oleh peneliti dan inovator yang menghasilkan paten dan royalti yang berasal dari penelitian, pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, maka royaltinya bisa dibayarkan kepada institusi tersebut, serta para peneliti dan inovator,” ungkap Menristekdikti dilansir dari laman ristekdikti.go.id.
Nasir sampaikan kini peneliti, perekayasa, dosen, maupun mahasiswa dapat menggunakan fasilitas negara untuk dukungan risetnya dan tetap mendapatkan royalti. Menteri Nasir menegaskan hal tersebut saat Peluncuran Base Station 4G LTE – ITB, produk dari Pusat Mikroelektronika ITB yang akan diproduksi oleh PT Industri Telekomunikasi Indonesia (PT INTI) untuk digunakan perdana oleh Telkomsel.
”Kami mengucapkan terima kasih untuk dukungan semua pihak, sehingga hari ini dan seterusnya Produk InfiniTeBe dapat segera kita manfaatkan. Saya sangat mengapresiasi PT INTI untuk manufacturingnya. Mudah-mudahan PT Telkomsel dan PT INTI dapat berkolaborasi untuk menggunakan produk ini,” ungkap Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Kadarsyah Suryadi.
InfiniTeBe Base Station 4G LTE adalah alat yang dapat menyalurkan sinyal Forth Generation Long-Term Evolution (4G LTE) dari smartphone kepada satelit dan sebaliknya. InfiniTeBe ini ditargetkan akan menggantikan base transceiver station (BTS) yang berukuran lebih besar dan lebih mahal.
Ukuran InfiniTeBe berdimensi tinggi 40 cm panjang 25 cm dan lebar 16 cm (seukuran tas ransel) dan dapat dibawa secara portable serta dapat diperbanyak sesuai kebutuhan dengan lebih fleksibel, dibandingkan BTS yang berukuran tiang menara.
Selain untuk penggunaan publik, InfiniTeBe dapat diterapkan pada (i) Wilayah Militer untuk penguatan ketahanan nasional, (ii) Daerah yang rentan (rawan) Bencana Alam, dan (iii) Daerah Terpencil, Terdepan, dan Terluar (3T). InfiniTeBe jelas dapat menghemat biaya, menyalurkan sinyal 4G LTE sebesar 22,83 persen, dari sebelumnya 51.900 Rupiah per kilobits per second (Kbps), menjadi 40.050 Rupiah per Kbps.
Selain itu InfiniteBe juga dapat menyalurkan sinyal lebih cepat hingga 10 Mbps/km persegi ketimbang BTS berbasis tiang menara.
Redaksi
Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…
Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…
Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…
Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…
Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…
Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…