Saat menulis suatu karya tulis dalam rangka memenuhi tugas kuliah atau urusan lain, mungkin akan sedikit bingung mengenai penulisan ke- yang benar. Pernahkah mengalaminya? Kata ke- sendiri merupakan salah satu jenis dari preposisi atau kata depan. Dalam bahasa Indonesia penulisannya memang sering membingungkan.
Tak hanya kata ke- saja namun juga kata depan lain, misalnya kata dari, di, dan juga kata pun. Apa yang membuat bingung? Muara kebingungan tersebut adalah pada penentuan apakah penulisannya dipisah atau digabung. Menurut kalian, penulisan kata ke- ini sebenarnya dipisah atau digabung?
Beberapa mungkin menjawab dipisah dan beberapa lagi menjawab sebaliknya, yakni digabung. Beberapa lagi sisanya mungkin masih bingung dalam memberi jawaban. Ada baiknya tidak asal mengekor pada orang lain yang sudah lebih dulu menjawab. Melainkan memilih mempelajarinya, sebab penulisan ke- yang benar dipengaruhi beberapa hal.
Sebelum membahas lebih dalam mengenai penulisan ke- yang benar dalam bahasa Indonesia, dimana acuannya adalah EYD (Ejaan yang Disempurnakan). Maka bisa berkenalan dulu dengan kata ke- tersebut. Seperti yang dijelaskan di atas secara sekilas, kata ke- masuk ke dalam kategori preposisi atau kata depan.
Kata depan merupakan sebuah kata yang diletakan di bagian depan dari kata lain. Biasanya ditulis atau dicantumkan sebelum menuliskan kata kerja, kata benda, maupun kata keterangan lainnya. Penambahan kata depan tentu tidak biasa asal, penambahannya dilakukan untuk setiap kata yang memiliki makna sama.
Atau dengan kata lain, kata depan ditambahkan untuk memperjelas makna dari suatu kata yang kemudian memperjelas makna dari suatu kalimat. Sehingga tidak semua kata benda, kata kerja, dan keterangan lain bisa atau cocok ditambahkan dengan kata depan. Menariknya, kata depan bisa berfungsi sebagai imbuhan dan bisa sebagai penunjuk.
Jenis kata depan ini sangat beragam, penambahannya kemudian sangat kompleks untuk menyempurnakan bentuk suatu kata dan kalimat. Secara garis besar, jenis kata depan ini terbagi menjadi tiga. Yaitu:
Baca Juga: Mengenal Tata Aturan Penggunaan Kata di dan ke dalam Tulisan
Jenis pertama dari kata depan atau preposisi adalah kata dasar, yakni jenis kata depan yang bentuknya sangat mendasar atau bisa berdiri sendiri. Tanpa perlu dijadikan imbuhan yang menyatu dengan kata lain. Adapun yang termasuk kata dasar ini meliputi
Jenis kedua dari kata depan adalah kata depan berafiks atau yang fungsinya sebagai imbuhan dari kata jenis lainnya. Bisa imbuhan untuk kata kerja yang membentuk kalimat menjadi kalimat aktif dan kalimat pasif. Kata depan yang berperan sebagai imbuhan kemudian menjadi satu kesatuan dengan kata di depannya.
Penulisannya kemudian selalu disatukan, sehingga makna dari kata tersebut menjadi jelas yang kemudian mudah dipahami oleh siapa saja.
Adapun bentuk kata depan yang masuk kategori kata depan berafiks adalah
Jenis ketiga dari kata depan adalah kata gabungan yang juga dikenal dengan istilah preposisi gabungan, yakni jenis kata depan yang penulisannya digabungkan dengan kata depan lainnya. Kata depan pertama akan dipisahkan oleh klausa kemudian baru kata depan berikutnya dituliskan.
Sehingga dalam satu kalimat akan dijumpai dua kata depan sekaligus, dan menariknya kedua kata depan ini memiliki makna yang sama atau saling menguatkan. Adapun contoh kata depan yang masuk ke dalam kategori ini adalah
Jenis kata depan yang kemudian terbagi menjadi tiga di atas, maka membuat aturan penulisannya menjadi bervariasi. Variasi aturan ini meliputi penulisan yang disatukan atau digandeng dengan kata di depannya. Kemudian, penulisan yang perlu atau wajib dipisah dengan kata di depannya.
Hal ini memang cenderung membingungkan, terutama untuk siapa saja yang mudah lupa atau jarang melakukan aktivitas menulis. Sehingga mudah sekali lupa dengan aturan penulisan ke- yang benar maupun penulisan kata depan jenis lainnya.
Baca Juga: Masih Bingung dengan Penggunaan Kata di? Simak Penjelasan Berikut
Diantara sekian jenis kata depan di atas, terdapat tiga jenis kata depan yang dianggap paling memusingkan sata ditulis. Yakni kata di, ke, pada, dan kata kepada. Pernahkah merasa bingung juga dengan penulisan empat bentuk kata depan tersebut? Dijamin pernah, bisa sesekali atau mungkin bahkan setiap saat.
Jadi, untuk mempermudah pemahaman bagaimana penulisan keempat kata depan tersebut adalah dengan memperhatikan dua hal pokok berikut ini:
Sampai disini, apakah masih bingung mengenai penulisan ke- yang benar sesuai dengan EYD atau aturan yang ada? Jika iya, pada dasarnya penulisan ke- apakah dipisah atau disambung disesuaikan dengan fungsinya pada suatu kata atau kalimat. Dilihat dari segi fungsi, kata depan ke- ini sendiri memiliki setidaknya 3 (tiga) fungsi. Yaitu:
Fungsi kata ke- yang pertama adalah sebagai awalan, bisa juga disebut sebagai imbuhan. Hal ini sesuai dengan jenis kata depan berafiks, yang bentuknya memang menjadi imbuhan dari kata lain sehingga penulisannya disambung. Jadi, kata ke- yang berfungsi sebagai awalan maka penulisannya adalah disambung.
Beberapa bentuk kata tidak hanya memakai imbuhan berupa awalan kata ke- namun juga ditambahkan akhiran, seperti kata -an. Sehingga bentuknya menjadi ke-an, dan terdapat banyak kata yang memakai imbuhan dan akhiran tersebut. Tentu saja penulisannya disambung, baik untuk awalan dan akhiran.
Contoh kata dengan awalan ke- dan akhiran -an sendiri beragam, bisa mengambil contoh kata kebersamaan, kemampuan, keindahan, kecantikan, dan lain sebagainya. Penulisannya sekali lagi disambung, dan berikut contoh dalam kalimat:
Kata ke- selain berfungsi sebagai imbuhan juga berfungsi sebagai kata depan atau preposisi. Ketika kata ke- ini berfungsi sebagai kata depan maka otomatis penulisannya adalah dipisah. Kata depan seperti ini masuk ke dalam kategori kata dasar, sehingga penulisannya dipisah dengan kata di depannya.
Selain kata ke-, kata dasar dalam preposisi jenisnya ada banyak dan beberapa sudah disebutkan di awal tadi. Jadi, untuk kata depan sendiri biasanya ditulis di depan kata keterangan tempat. Setiap kali kata ke- diikuti oleh keterangan tempat maka penulisannya perlu dipisah.
Misalnya kata ke depan, ke belakang, ke Jakarta, ke Bandung, ke Singapura, dan lain sebagainya. Sehingga cukup mengingat satu fungsi ini maka penulisan ke- yang benar dijamin akan selalu bisa dilakukan. Sebab selain dengan fungsi sebagai penunjuk keterangan tempat, maka penulisannya disambung.
Mengingat satu fungsi saja penting, supaya tidak saling tertukar. Khususnya untuk siapa saja yang jarang menulis, sehingga mudah lupa dengan aturan baku satu ini. Adapun contoh penulisan kata ke- yang dipisah dalam kalimat adalah sebagai berikut:
Selain punya dua fungsi di atas, kata ke- juga memiliki fungsi lain yakni sebagai penunjuk angka atau urutan. Sehingga akan sering dijumpai kata ke- yang diikuti oleh angka dan bisa juga diikuti oleh urutan penomoran. Teknik atau aturan penulisannya untuk fungsi ini kemudian dibagi menjadi dua. Berikut detailnya:
Namun, jika kata ke- diikuti oleh angka dengan huruf yang menjelaskan dua hal, tiga hal, tiga tempat, dan sebagainya. Artinya angka yang ada di depan kata ke- tersebut bukan urutan melainkan punya makna angka sesungguhnya. Maka penulisanya adalah dipisah. Misalnya:
Jadi, dari contoh tersebut bisa dipahami bahwa untuk kata ke- yang diikuti angka yang ditulis huruf dan tidak menyatakan urutan. Maka penulisannya akan dipisah.
Baca Juga: 15 Jenis Kata Hubung Lengkap dengan Contohnya yang Baik dan Benar
Semoga dengan penjelasan yang mendetail di atas, kini tidak lagi merasa bingung atau kesulitan dalam penulisan ke- yang benar. Penulisan kata depan satu ini memang harus teliti untuk memastikan sudah ditulis sesuai dengan aturan yang ada, yakni aturan yang tercantum di dalam EYD.
Mengapa hal ini penting? Mungkin pertanyaan ini sempat terlintas di dalam pikiran. Wajar memang, karena penulisan kata ke- memang masih sering terjadi kekeliruan, bisa karena lupa dan bisa juga karena belum tahu. Semua ini perlu dijadikan perhatian, karena sekali lagi penulisan yang benar akan mempengaruhi makna suatu kalimat.
Bagi siapa saja yang menjadi penulis atau berprofesi menjadi penulis profesional djamin paham betul pentingnya memahami tata cara penulisan setiap bentuk kata dengan baik dan benar. Tujuannya adalah agar setiap kata di dalam kalimat yang ditulis memiliki makna yang jelas, sebab setiap kata dalam kalimat memiliki fungsinya sendiri-sendiri.
Ada kata yang berfungsi sebagai objek, subjek, predikat, keterangan, kata depan, dan lain sebagainya. Pemilihan bentuk kata perlu disesuaikan dengan fungsi tersebut. Supaya setiap kalimat mampu memberikan makna yang jelas, tanpa ada resiko ambigu dan membuat pembaca bingung.
Dalam penulisan karya fiksi, mungkin memakai kata yang tidak biasa bisa menambah estetika penulisan. Namun penulis profesional dijamin memilih bermain dengan kiasan atau majas dibanding harus sengaja memakai kata yang bentuk dan fungsinya salah.
Penulisan kata yang tepat dalam setiap kalimat kemudian juga akan menjaga atau meningkatkan kualitas tulisan. Sehingga setiap penulis perlu mematuhi dan memahami aturan penulisan setiap bentuk kata dalam kalimat. Supaya kalimat dalam karya tulisnya selalu benar dan sempurna, yang kemudian menyempurnakan karya tulis itu sendiri.
Baca Juga: Begini Aturan Terkait Penulisan Kata Ulang pada Judul Buku
Pemahaman mengenai penulisan ke- yang benar sesuai aturan pada dasarnya tidak hanya perlu diketahui oleh penulis, namun juga masyarakat umum. Sebab dijamin masyarakat apapun profesi yang dimiliki tentu akan rutin membaca. Baik itu kalimat pendek dalam poster iklan maupun membaca surat kabar, artikel di website, dan buku.
Kegiatan membaca menjadi rutinitas yang bisa tanda disadari sudah dilakukan. Artinya, ketika membaca sesuatu maka diharapkan bisa langsung memahami apa yang dibaca. Susunan kalimat yang benar adalah menggunakan susunan kata yang tepat dan penulisannya juga tepat, supaya maknanya jelas.
Artinya, setiap orang memiliki kebutuhan untuk memahami penulisan setiap jenis kata yang baik dan benar. Seorang penulis kemudian memiliki tuntutan lebih karena hasil tulisannya akan dibaca oleh masyarakat luas. Sehingga wajib menuliskan kata demi kata dengan baik dan benar.
Saking banyaknya aturan penulisan di dalam bahasa Indonesia, mungkin membuat para penulis sering bingung dan kemudian melakukan kesalahan. Solusi untuk mengatasinya adalah tidak hanya dengan mempelajarinya saja. Namun juga mempraktekkannya secara langsung.
Artinya, seorang penulis perlu terus disiplin menulis untuk bisa terus mengingat aturan penulisan ke- yang benar maupun jenis kata lain di dalam bahasa Indonesia. Semakin sering menulis maka semakin mudah mengingat dan hafal di luar kepala. Perlahan setiap tulisan yang sudah disusun akan bebas dari kesalahan teknis penulisan.
Hal ini tentu berdampak baik bagi kualitas tulisan yang dimiliki, dimana terus meningkat seiring berjalannya waktu. Oleh sebab itu, setiap calon penulis profesional misalnya seperti dosen muda. Dianjurkan sekali untuk disiplin atau giat dalam menulis, perlahan kualitas tulisan akan semakin meningkat.
Tidak hanya karena kosa kata yang terus berkembang dan bertambah banyak. Sehingga apa yang disampaikan dalam tulisan memiliki makna yang kaya dan semakin menarik untuk dibaca. Melainkan juga semakin paham aturan dalam menulis setiap bentuk kata, termasuk kata depan seperti kata ke- yang dipaparkan di atas.
Hal serupa juga berlaku untuk para pembaca, dimana semakin sering membaca akan semakin tahu bentuk kata yang tepat di dalam kalimat seperti apa. Hal ini akan mendorong pembaca untuk ikut menjadi penulis, karena juga paham aturan kepenulisan yang baik dan benar.
Jadi, menulis bukanlah bakat sejak lahir dan tidak ada penulis yang di awal karirnya bebas kesalahan. Baik kesalahan dalam pemilihan kata sampai penulisan kata tertentu dalam karyanya. Semuanya butuh proses, dan dengan berlatih maka kualitas tulisan terus meningkat dan kemudian meningkatkan kualitas literasi di Indonesia dan dunia.
Penulis: duniadosen.com/Pujiati
Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…
Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…
Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…
Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…
Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…
Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…