Informasi

Begini Aturan Terkait Penulisan Kata Ulang pada Judul Buku


Penulisan kata ulang pada judul buku. Menyempurnakan buku yang sudah disusun maka wajib memahami penulisan kata ulang pada judul buku tersebut. Khususnya untuk kamu yang kebetulan dalam judul yang dibuat ditambahkan kata ulang. Kata ulang sendiri adalah jenis kata yang mengalami pengulangan, artinya disebut dua kali. 

Kata ulang secara khusus bisa ditujukan untuk menyebutkan suatu hal atau benda yang sifatnya jamak atau lebih dari satu. Misalnya kata “buku-buku” dalam kalimat “Rapikan dulu buku-buku ini.”. Maka kata tersebut menunjukan sifat jamak dari buku, yang bisa jadi jumlahnya banyak. 

Selain itu kata ulang juga bisa memiliki bentuk asli, sehingga secara alami suatu hal atau istilah memang disebut dengan bentuk pengulangan. Misalnya “kupu-kupu” yang merupakan nama hewan bersayap yang bermetamorfosis dari seekor ulat. Namun pada dasarnya untuk kata seperti ini tidak lagi dimasukan ke dalam kata ulang. 

Menariknya, kata ulang seperti “buku-buku” tadi ketika ada dalam suatu judul buku maka ada aturan penulisan yang menyertainya. Seperti apa aturannya? Kira-kira apakah penulisan kata ulang pada judul buku yang selama ini kamu buat sudah benar sesuai aturan yang ada? Simak penjelasannya di bawah ini. 

Sekilas Tentang Kata Ulang

Supaya pemahaman mengenai kata ulang dan penulisannya dalam judul lebih mendalam. Maka dalam pembahasan pertama kita perlu mengenal dulu apa itu kata ulang. Jadi, yang disebut dengan kata ulang adalah kata yang mengalami pengulangan. Sehingga sesuai dengan namanya akan ada kata yang diulang dua kali. 

Kata ulang ini kemudian memiliki beberapa jenis, jenis ini mempengaruhi bentuk dan makna dari suatu kata. Baik itu kata untuk menyebut benda, definisi suatu benda, definisi suatu hal, dan lain sebagainya. Jenis kata ulang kemudian dibagi menjadi beberapa dan disesuaikan dengan sejumlah kategori. Berikut detailnya: 

1. Berdasarkan Bentuk

Jenis kata ulang yang pertama adalah berdasarkan bentuk yang kemudian terbagi menjadi lima jenis. Yaitu: 

a. Dwilingga

Dwilingga merupakan kata ulang penuh sehingga satu kata diulang lagi dalam bentuk penuh. Contohnya adalah kata rumah-rumah, bunga-bunga, buku-buku, kursi-kursi, dan lain sebagainya. 

b. Dwipurwa

Dwipurwa merupakan kata ulang sebagian yang kemudian sekilas tampak seperti satu kata dan tidak termasuk kata ulang namun sebenarnya adalah kata ulang. Contohnya adalah kata lelaki, leluhur, tetangga, dan lain sebagainya. 

c. Dwilingga Salin Suara

Dwilingga Salin Suara merupakan jenis kata ulang yang bentuknya berubah bunyi. Contohnya adalah kata bolak-balik, mondar-mandir, corat-coret, dan lain sebagainya.  

d. Dwiwasana

Dwiwasana merupakan kata ulang yang kata keduanya berubah bentuk. Contohnya adalah kata pertama-tama, sekali-kali, berkali-kali, berulang-ulang, dan lain sebagainya. 

e. Trilingga

Trilingga merupakan kata ulang yang terdiri dari tiga kata dan umumnya berubah bentuk atau bunyi. Misalnya kata dag-dig-dug, dar-der-dor, cas-cis-cus, srak-srek-srok, dan lain sebagainya.  

2. Kata Ulang Berimbuhan

Jenis kedua adalah kata ulang berimbuhan yang tentu sesuai dengan namanya merupakan jenis kata ulang yang salah satu diantaranya ditambahkan imbuhan. Jenis ini kemudian terbagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu: 

  1. Kata ulang progresif, seperti kata pukul-pukulan dan kata tarik-tarikan.
  2. Kata ulang regresif, merupakan kebalikan dari kata ulang progresif dan biasanya berimbuhan me-. Misalnya tarik-menarik, pukul-memukul, dan lain sebagainya.
  3. Kata ulang semu, merupakan kata ulang keseluruhan dan tidak dapat dipisahkan sehingga saat ada kata tersebut maka dijamin bentuknya berupa kata ulang. Misalnya kata kupu-kupu, pura-pura, laba-laba, dan lain sebagainya.

3. Kata Ulang yang Merubah Makna

Jenis ketiga adalah kata ulang yang sifatnya bisa mengubah ataupun membentuk suatu makna. Jenis ini kemudian terbagi lagi menjadi beberapa, yaitu: 

  1. Kata ulang mirip atau memiliki makna yang sama, misalnya kata kemerah-merahan dan kekuning-kuningan.
  2. Kata ulang yang memiliki makna saling, misalnya kata tolong-menolong dan tukar-menukar.
  3. Kata ulang yang memiliki makna intensitas, misalnya kata bertahun-tahun, berkali-kali, dan lain sebagainya.
  4. Kata ulang yang memiliki makna jamak atau menyebutkan banyak benda. Misalnya kata mobil–mobil, buah-buahan, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Kata Depan Preposisi: Pengertian, Jenis-Jenis, dan Contoh Lengkapnya

Cara Penulisan Judul Buku yang Baik dan Benar

Melalui penjelasan di atas maka bisa diketahui bahwa kata ulang jenisnya sangat banyak, dan menariknya dalam aturan penulisan kata ulang pada judul buku beda jenis maka beda pula aturannya. Maka saat mempelajari mengenai aturan penulisan kata ulang di dalam sebuah judul maka perlu paham dulu jenis-jenis dari kata ulang itu sendiri. 

Supaya tidak bingung dan lebih paham mengenai aturan penulisan kata ulang dalam sebuah judul buku maupun karya tulis jenis lainnya. Maka wajib pula untuk memahami dulu aturan penulisan judul secara umum. Sehingga bisa paham kenapa ada aturan yang menyertai penulisan kata ulang dalam sebuah judul. Aturan umum tersebut adalah: 

1. Setiap Huruf Awal Ditulis Huruf Kapital

Aturan umum yang pertama dalam penulisan judul adalah menggunakan huruf kapital untuk huruf pertama di setiap kata. Jadi, inilah yang kemudian membuat penulisan judul identik dengan penggunaan huruf kapital. Namun hanya untuk huruf pertama di setiap kata tertentu. 

Sedangkan sisanya menggunakan huruf kecil, sehingga kurang tepat jika menulis judul dengan huruf kapital semua atau dengan huruf kecil semua. Hal ini berlaku untuk semua jenis karya tulis, baik itu ilmiah maupun non ilmiah. Hanya saja, khusus untuk karya ilmiah biasanya disesuaikan ketentuan internal. 

Misalnya untuk penulisan judul naskah skripsi yang dicetak mahasiswa, beberapa perguruan tinggi menetapkan judul skripsi ditulis dengan huruf kapital secara keseluruhan. Maka sebagai mahasiswa sudah tentu harus mengikuti ketentuan internal tersebut. 

Diluar dari ketentuan tersebut, maka penulisan judul perlu disesuaikan dengan aturan yang ada. Yakni didasarkan pada EYD (Ejaan yang Disempurnakan). Sedangkan untuk aturan penulisan kata ulang pada judul buku tentunya sedikit berbeda dengan aturan umum ini, dan nanti akan dijelaskan di bawah. 

2. Huruf Kecil untuk Konjungsi, Preposisi, dan Interjeksi

Aturan berikutnya adalah terkait beberapa jenis kata, dimulai dari konjungsi lalu preposisi dan terakhir interjeksi. Ketiga jenis kata ini ketika masuk ke dalam judul buku maka ditulis dengan huruf kecil. Sehingga baik di huruf pertama maupun seterusnya murni memakai huruf kecil. Berikut detailnya: 

a. Preposisi

Merupakan kata depan, yang ketika digunakan dalam pembuatan judul buku maupun karya tulis jenis lain maka ditulis dengan huruf kecil secara keseluruhan. Contoh preposisi ada dari, kepada, ke, dalam, daripada, dan lain sebagainya. Berikut contohnya: 

  • Surat dari Praha
  • Tips Memasang Daging Lembut ala Chef Renata
  • Cinta Laila kepada Majnun

b. Konjungsi

Konjungsi merupakan kata hubung, sehingga untuk semua kata hubung yang dimasukan ke dalam judul buku perlu ditulis dengan huruf kecil secara keseluruhan. Adapun contoh konjungsi ini ada kata dan, atau, tetapi, supaya, pun, oleh, dan lain sebagainya. Berikut beberapa contohnya: 

  • Tips Merawat Kelinci supaya Sehat
  • Kiat Merebus Ketupat dan Lepet Hemat Gas
  • Strategi Digital Marketing untuk Pemula

c. Interjeksi

Berikutnya adalah interjeksi yakni suatu kata yang digunakan untuk mengungkapkan isi hati penulis. Umumnya interjeksi tidak ditemukan pada buku serius seperti buku ilmiah, namun ke buku-buku non ilmiah yang cocok dengan bentuk judul ekspresif. 

Adapun contoh kata yang masuk ke dalam interjeksi ini ada kata Alhamdulilah, lho, yuk, amboi, duh, ah, ih, dan lain sebagainya. Berikut contoh judul dengan penggunaan interjeksi di dalamnya: 

  • duh! Suka Susah Tidur? Ini Tips Mengatasinya
  • Jalan-Jalan ke Malioboro, yuk!
  • Es Degan Bu Broto Super Enak, Cobain deh! Dijamin Ketagihan
  • Tampilan Casual Alyssa yang Mempesona, Wajib Ditiru lho!

Baca Juga: Penggunaan Kata Namun yang Baik dan Benar

Penulisan Kata Ulang pada Judul Buku

Lalu, bagaimana dengan aturan dalam penulisan kata ulang pada judul buku? Dari aturan umum di atas, sebagian besar orang menganggap bahwa kata ulang pada judul harus dibuat dengan huruf kapital di awal hurufnya. 

Ternyata hal ini tidak selalu benar, maksudnya adalah pada beberapa jenis kata ulang justru ditulis huruf besar pada huruf pertama kata pertama saja. Berikut penjelasan lengkapnya: 

1. Kata Ulang Murni dan Semu

Kata ulang murni dan kata ulang semu merupakan jenis kata ulang yang setiap katanya murni diulang. Sehingga antara kata yang pertama dan kedua memiliki bentuk yang sama. Dalam penulisannya pada judul buku maka setiap huruf pertama kemudian ditulis dengan huruf kapital. 

Jadi, setiap kali menggunakan kata ulang yang tidak mengalami perubahan bentuk maka wajib ditulis dengan huruf kapital pada huruf pertama. Berikut contohnya: 

  • Sayap-Sayap Kenangan Cinta
  • Kehidupan Si Kupu-Kupu Malam
  • Kecil-Kecil Jadi Manten
  • Buku-Buku Sang Idola

2. Kata Ulang Sebagian, Berimbuhan, Dwipurwa, dan Sebagainya

Aturan kedua adalah untuk kata ulang yang mengalami perubahan bentuk. Seperti kata ulang sebagian, berimbuhan, dwipurwa, dan kata ulang lain yang bentuknya mengalami perubahan. Maka aturan penulisan kata ulang pada judul buku adalah ditulis dengan huruf kapital pada kata pertama sedangkan kata kedua tidak. 

Jadi, huruf kapital digunakan untuk huruf pertama di kata pertama sedangkan pada kata kedua tetap ditulis dengan huruf kecil. Contohnya adalah sebagai berikut: 

  • Gerak-gerik Cinta Tak Biasa
  • Tinggal di Negeri Antah-berantah
  • Untaian Mutiara yang Tercerai-berai
  • Cinta Kasih yang Luluh-lantah
  • Berjalan-jalan di Surabaya

Kenapa Penulisan Judul Buku Harus Benar?

Penjelasan di atas sudah tentu memberi kemudahan untuk bisa menulis judul buku dengan baik dan benar, yakni yang sesuai dengan aturan yang ada. Mungkin beberapa diantara kamu kemudian bertanya-tanya kenapa judul suatu buku ada aturan penulisannya? Padahal, judul buku bisa jadi adalah sesuai kreatifitas dari si penulis. 

Jawabannya sendiri sederhana, yakni untuk memastikan setiap judul buku di Indonesia tampil seragam. Hal ini penting untuk membuat setiap karya tampil dengan baik dan enak dilihat, sebab satu sama lain menetapkan struktur dan bentuk yang sama. 

Selain itu, aturan khusus dalam penulisan judul membantu setiap penulis untuk menulis judul buku buatannya. Sebab tidak lagi mengalami kebingungan harus menulis judul dengan struktur dan bentuk seperti apa. Semua sudah ada aturannya, dan aturan ini sudah dibuat semudah mungkin agar aplikatif. 

Setiap penulis pun kemudian tidak menghadapi kendala untuk bisa menuliskan judul karyanya dengan baik. Selain itu juga menjadi lebih cepat karena bisa langsung menulis judul yang diinginkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan penulisan judul buku yang dipaparkan di atas. 

Bayangkan, jika tidak ada aturan terkait penulisan kata ulang pada judul buku maupun penulisan judul secara umum. Maka bisa jadi bentuk judul semua buku di suatu toko buku tidak seragam, tidak rapi, dan tidak menarik. Selain itu tampak tidak ada perhatian dari pihak tertentu terkait sastra di negara Indonesia. 

Tak hanya itu, para penulis pun akan mengalami kendala saat menuliskan judul dari buku yang dibuatnya. Dibuat pusing apakah harus ditulis dengan huruf kecil semua, huruf kapital semua, atau kombinasi keduanya secara acak. 

Baca Juga: 15 Jenis Kata Hubung Lengkap dengan Contohnya yang Baik dan Benar

Tips Menghindari Kesalahan saat Menulis Judul Buku

Memahami betul bahwa di Indonesia diberlakukan aturan khusus dalam penulisan judul buku. Termasuk juga aturan untuk penulisan kata ulang pada judul buku, maka setiap penulis wajib mematuhinya. Sayangnya karena kurang teliti atau karena faktor lain, kesalahan masih bisa dilakukan. 

Bagaimana solusinya? Supaya penulisan judul buku tidak keliru dan memang sudah sesuai dengan aturan yang ada. Maka bisa menyimak beberapa tips berikut ini: 

1. Pahami Dulu Aturan Penulisan Judul

Dibanding harus melakukan revisi, tentu sekecil apapun revisi tersebut perlu dihindari. Hal ini bisa diterapkan saat menyusun judul buku, jadi usahakan pahami dulu aturan penulisannya seperti apa. Sebab tanpa tahu aturan tersebut maka bisa dengan mudah melakukan kesalahan. 

Padahal menyesuaikan dengan aturan yang ada adalah sebuah kewajiban. Sehingga perlu belajar mengenai aturan penulisan buku yang baik sesuai EYD. Setelah paham baru kemudian diterapkan ilmunya, maka penulisan judul dari buku yang ditulis dijamin bebas kesalahan. 

2. Baca Ulang Judul

Tips berikutnya adalah membaca ulang judul, hal ini tak hanya membantu menghindari kesalahan susunan kata dalam judul tersebut. Namun juga untuk memeriksa apakah struktur atau bentuknya sudah memenuhi aturan atau belum. Sebab usai belajar, maka sudah paham secara teori. 

Ketika dipraktekan tentu tidak biasa asal percaya diri, melainkan tetap harus dikoreksi. Minimal dibaca ulang agar benar-benar sesuai dengan aturan penulisan judul yang dipaparkan di atas. Jadi, jangan malas untuk membaca ulang judul buku yang sudah disusun. 

Baca Juga: 145 Kata Baku dan Tidak Baku Beserta Fungsinya

3. Minta Koreksi Orang Sekitar atau dari Ahlinya

Setelah dikoreksi diri sendiri kemudian merasa sudah benar, mungkin bisa meminta koreksi ulang dari orang lain. Mulai dari orang terdekat yang memang paham mengenai aturan penulisan judul secara umum dan aturan penulisan kata ulang pada judul buku

Pemeriksaan silang ini sama pentingnya dengan memeriksa isi naskah buku secara keseluruhan. Apalagi penulisan judul diharapkan tidak hanya menarik namun juga sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan. Begitu juga sebaliknya, tak hanya sesuai aturan namun juga harus menarik. 

Sebab, judul buku memiliki fungsi sama seperti sampul. Perlu dibuat semenarik mungkin agar menjadi magnet bagi siapa saja yang membacanya untuk tertarik membaca isi buku secara keseluruhan. 

4. Membaca Lebih Banyak Buku

Supaya lebih fasih dalam menulis judul buku dan dijamin sesuai dengan aturan yang ada. Maka bagi penulis memang penting untuk selalu rajin membaca, baik itu buku maupun karya tulis jenis lain. Sebab dari apa yang dibaca maka bisa menemukan judul-judul yang menarik dan strukturnya sudah sesuai aturan. 

Melalui langkah ini kamu bisa lebih tahu kata seperti apa yang perlu ditulis dengan huruf kecil dan kata mana saja yang perlu ditulis dengan huruf besar di dalam judul. Sebab sudah sering membaca judul buku dari buku-buku yang sudah diterbitkan oleh penulisnya. 

Baca Juga: Masih Bingung dengan Penggunaan Kata di? Simak Penjelasan Berikut

Salmaa

Long life learner.

Recent Posts

Program IASP 2025 untuk Dosen Kuliah S3 Gratis di Austria Resmi Dibuka!

Kabar gembira bagi para dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut jenjang S3 di luar…

3 days ago

Indikator Kinerja Dosen Sesuai Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024

Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 Tentang Standar Minimum Indikator Kinerja Dosen dan Kriteria Publikasi Ilmiah…

3 days ago

Standar Minimum Pelaksanaan Hibah Penelitian dalam Indikator Kinerja Dosen

Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 menjelaskan dan mengatur perihal standar minimum pelaksanaan hibah penelitian dalam…

3 days ago

Kriteria Publikasi bagi Profesor Sesuai Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024

Mengacu pada Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024, ada aturan terkait kriteria publikasi bagi Profesor (Guru…

3 days ago

Standar Minimum Publikasi dalam Indikator Kinerja Dosen Sesuai Kepmendikbudristek Terbaru

Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 Tentang Standar Minimum Indikator Kinerja Dosen dan Kriteria Publikasi Ilmiah…

4 days ago

Daftar Jurnal Discontinued Scopus Agustus 2024

Memasuki bulan November 2023 kemarin, terdapat daftar jurnal discontinued Scopus terbaru yang tentu perlu diperhatikan.…

2 weeks ago