Penulisan gambar dalam karya ilmiah. Menambahkan gambar pada karya ilmiah ternyata perlu memperhatikan teknik penulisan gambar dalam karya ilmiah tersebut. Penambahan gambar memang tidak selalu dilakukan oleh penulis karya ilmiah. Sebab gambar sendiri termasuk dokumen tambahan, yang memberi penjelasan lebih.
Sehingga sifatnya tidak wajib, dan kemudian masih banyak pro dan kontra mengenai penambahan gambar tersebut. Beberapa beranggapan penambahan foto maupun gambar justru berpotensi mengurangi “kesakralan” dari karya ilmiah. Namun ada juga yang menilai penambahannya justru meningkatkan kualitas karya yang disusun.
Meskipun begitu, penambahan gambar dan foto tetap lumrah dan pada jenis karya ilmiah justru menjadi wajib. Yakni untuk mendukung pembahasan hasil penelitian atau di bab-bab sebelumnya. Jika merasa penambahan gambar ini perlu atau bahkan wajib, maka perlu memahami teknik penulisan gambar dalam karya ilmiah.
Gambar pada dasarnya merupakan unsur tambahan dalam sebuah karya, dan bisa dijumpai atau ditambahkan penulis baik dalam karya ilmiah maupun non ilmiah. Teknik penambahan dan penulisan gambar sendiri tidak berbeda jauh dengan teknik penulisan tabel dan grafik pada karya ilmiah.
Penambahan gambar atau foto sesuai yang disampaikan sekilas diatas, memang masih dianggap tidak diperlukan. Hanya saja penambahannya bukan berarti “haram” untuk dilakukan, justru sangat diperbolehkan. Namun dengan beberapa catatan khusus yang perlu diperhatikan oleh penulis.
Misalnya perlu memperhatikan struktur dan kaidah penulisan karya ilmiah yang baik dan benar seperti apa. Selain itu, aturan khusus penambahan gambar adalah ditambahkan seperlunya. Jadi, jangan sampai karya ilmiah ini tampak seperti komik dimana deskripsi justru lebih sedikit dibanding gambar atau foto.
Penambahan atau teknik penulisan gambar dalam karya ilmiah juga perlu diatur dengan baik penempatannya. Sehingga penulis harus tahu di bagian mana penambahan gambar dan foto ini perlu dilakukan. Supaya tidak terkesan “memaksa” si foto dan gambar ini untuk masuk.
Jika dipaksakan, maka akan terlihat bahwa gambar dan foto ini justru menjadi unsur tidak penting yang akan mempengaruhi “kesakralan” dan kualitas dari karya ilmiah. Oleh sebab itu penulis karya ilmiah memang perlu memahami dulu teknik yang tepat untuk menambahkannya, dan nantinya akan dibahas di bawah.
Baca Juga:
Bentuk Kerangka Penulisan Karya Ilmiah
Meskipun bukan unsur utama, dan merupakan unsur tambahan atau pendukung namun penambahan gambar adalah sangat diperbolehkan. Selama memenuhi aturan yang sudah disampaikan sedikit di atas, sehingga tidak membuat persentase deskripsi karya ilmiah berkurang banyak.
Sebab karya ilmiah penting untuk menyajikan deskripsi isi, yakni hasil penelitian dengan lengkap dan detail. Oleh sebab itu jangan sampai harus dipangkas karena bisa membuat deskripsi tidak maksimal. Namun sekali lagi penulisan gambar dalam karya ilmiah memang pada beberapa kondisi diperlukan.
Penambahannya juga diketahui memberi sejumlah manfaat yang tentu menguntungkan bagi penulis sebuah karya ilmiah. Manfaat tersebut antara lain:
Karya ilmiah tentu akan berisi hasil penelitian yang disampaikan dan dibahas secara tuntas lengkap dengan landasan teori yang digunakan. Menambahkan gambar pada tahap pembahasan akan membantu memvisualisasikan data yang dipaparkan. Sehingga bisa menjadi alat bantu bagi pembaca untuk memahami data tersebut.
Visualisasi data tentu penting untuk memperjelas semua informasi yang dibahas di dalam karya ilmiah. Sekaligus menunjukan bukti dari hasil suatu penelitian. Hal ini akan menguatkan hasil penelitian, karena dibuktikan dengan dokumentasi berbentuk gambar atau foto.
Manfaat atau fungsi penambahan gambar dan foto juga untuk memperjelas informasi yang disampaikan dalam karya ilmiah. Kebanyakan karya ilmiah yang menambahkan gambar dan foto adalah makalah, namun bisa juga dari jenis artikel ilmiah yang diterbitkan dalam bentuk jurnal ilmiah.
Gambar dan foto ini akan menjadi sumber penjelasan yang lebih jelas. Sebab mewakili deskripsi, yang membantu pembaca menangkap informasi yang disajikan. Jika tidak bisa ditangkap dari teks deskripsi, maka dengan bantuan gambar dan foto pemahaman menjadi lebih mudah untuk dilakukan.
Jika dirasa deskripsi karya ilmiah yang disusun memang rumit dan cukup sulit untuk dijelaskan dan nantinya untuk dipahami pembaca. Maka penambahan gambar dan foto termasuk juga tabel maupun bagan menjadi wajib untuk dilakukan.
Sehingga bisa memperjelas isi karya ilmiah tersebut yang tadinya rumit menjadi lebih mudah dipahami karena tampil lebih sederhana. Penambahan gambar tentu juga membantu penulis untuk menjelaskan lebih detail dari pembahasan yang terbilang rumit tadi, sehingga sangat tepat untuk dilakukan.
Dibanding mengingat isi karya ilmiah dalam bentuk teks, memang mengingat dalam bentuk gambar jauh lebih mudah. Sehingga untuk penulis yang ingin membantu pembacanya agar lebih mudah mengingat apa yang dipaparkan di karya ilmiahnya. Bisa menambahkan foto dan gambar.
Hal ini akan memudahkan pembaca untuk mengingat setiap detail informasi di dalam karya ilmiah. Sehingga bisa menerapkan dan mengaplikasikannya kapan saja ketika memang dibutuhkan. Sebagai penulis, dijamin merasa lebih puas dan bangga ketika karya tulisnya bisa bermanfaat besar bagi pembaca.
Perlu diakui bahwa menambahkan foto dan gambar akan membuat karya ilmiah yang tadinya tidak menarik menjadi lebih menarik. Karya ilmiah yang kaku akan berpadu dengan baik lewat gambar dan foto yang ditambahkan. Sebab foto dan gambar ini sifatnya fleksibel, mudah dipahami.
Supaya lebih mendukung tampilan karya ilmiah maka teknik penulisan gambar dalam karya ilmiah perlu diterapkan. Sehingga tidak asal dimasukan yang kemudian malah membuat tampilan karya ilmiah menjadi tidak menarik sama sekali.
Sebab keliru dalam menambahkan gambar dan foto justru akan merusak isi dari karya ilmiah tersebut. Oleh sebab itu, tetap perhatikan aturan dalam penulisan karya ilmiah. Sebab salah satu ciri khasnya memang teknik penulisan diatur sedemikian rupa, tidak hanya teks namun juga tabel, gambar, bagan, dan grafik.
Penulisan karya ilmiah tentu memiliki banyak tujuan, selain untuk tujuan pribadi juga untuk tujuan menyediakan referensi. Karya ilmiah yang disusun tentu diharapkan mampu memberi manfaat kepada semua pembaca. Sehingga penulis perlu mematuhi aturan atau kaidah dalam penyusunannya seperti apa.
Supaya karya ilmiah yang disusun menjadi lebih enak untuk dibaca dan dinikmati semua penjelasannya. Maka menambahkan gambar dan foto bisa dilakukan, karena bisa menjadi media untuk memperjelas maksud dari deskripsi. Selain itu juga bisa menjadi pendukung, yang menunjukan bukti hasil penelitian.
Misalnya saja meneliti pertumbuhan biji kecambah, selain data hasil penelitian ditunjukan dalam tabel. Juga bisa disertakan foto perkembangan biji kecambah tersebut selama masa penelitian. Sehingga bukti dari hasil pembahasan disertakan, yang kemudian membuat hasil penelitian lebih kuat dan akurat.
Tidak hanya itu, penambahan gambar dan foto yang memang sifatnya penting akan membantu membuat karya ilmiah lebih menarik. Pembaca akan lebih menyukai karya ilmiah yang mampu menampilkan informasi lebih detail, jelas, dan juga menarik. Jadi, tidak akan rugi menyisipkan foto dan gambar di dalam deskripsi karya ilmiah.
Baca Juga:
Sistematika Penulisan Karya Ilmiah
Lalu, bagaimana teknik penulisan gambar dalam karya ilmiah? Penambahan gambar memiliki aturan tertentu sebagaimana aturan dalam penambahan grafik, tabel, maupun bagan dalam karya ilmiah. Adapun aturan dan teknik dalam penulisan gambar adalah sebagai berikut:
Teknik penulisan gambar yang pertama di dalam karya ilmiah adalah diberi nama atau judul. Sehingga setiap gambar dan foto yang ditambahkan wajib ditambahkan nama atau judul yang berfungsi sebagai keterangan. Judul ditulis dengan huruf kapital di huruf pertama awal kalimat.
Judul atau nama juga ditulis dengan huruf biasa, maksudnya adalah tidak dicetak miring atau dibuat Italic maupun dicetak tebal Bold. Tujuannya untuk memperjelas posisi atau fungsi dari gambar dan foto yang dimasukan. Sehingga penulisannya dibuat sama seperti jenis huruf dalam deskripsi.
Jika memperhatikan karya ilmiah yang menambahkan gambar di dalam deskripsi. Maka akan diketahui bahwa gambar dimasukan ke dalam teks, atau disisipkan di tengah teks deskripsi. Sehingga gambar selalu diapit oleh teks di atas maupun bawah.
Namun gambar tidak dibuat format atau text wrapping dalam bentuk through melainkan dalam format in line with text. Pengaturan text wrapping ini akan dijumpai pada saat menyusun naskah karya ilmiah di dalam Microsoft Word. Sehingga posisi gambar tidak menghalangi teks deskripsi.
Teknik penulisan gambar dalam karya ilmiah juga harus dibuat simetris di tengah. Sehingga pengaturannya tidak dibuat rata kanan maupun rata kiri, melainkan di center. Hal ini membantu merapikan posisi gambar atau foto tersebut agar tampak berdampingan dengan baik bersama teks deskripsi.
Teknik berikutnya dalam penulisan gambar dan foto dalam karya ilmiah adalah diberi nomor. Nomor ini dibuat di depan judul atau nama gambar dan foto tersebut. Penulisannya melibatkan bab dimana gambar dan foto tersebut berada. Jadi, misal saat menjumpai nomor gambar: “Gambar 1.1”.
Maka artinya, gambar tersebut adalah gambar pertama yang ada di bab 1, jika ada di bab 2 maka penulisan nama menjadi “Gambar 1.2”. Artinya gambar tersebut merupakan gambar pertama yang berada di bab 2, dan seterusnya. Sehingga tidak hanya berisi nomor urut saja melainkan ditambahkan nomor bab.
Gambar dan foto yang didapat kemungkinan diambil dari sumber atau milik pihak dan orang lain. Sehingga semua gambar dan foto yang dimasukan ke dalam karya ilmiah wajib disertakan sumber. Gambar dan foto yang ditambahkan kemudian bisa bersumber dari beberapa media. Berikut detailnya:
Jika gambar dan foto yang dimasukan ke dalam karya ilmiah adalah milik sendiri. Misal foto hasil jepretan sendiri atau mungkin koleksi foto yang di post di akun media sosial pribadi. Maka penulisan sumber adalah sebagai berikut:
sumber gambar: dokumentasi pribadi
sumber foto: galeri foto pribadi
Gambar dan foto yang ditambahkan dalam tulisan bisa bersumber dari situs foto dan gambar. Seperti Freepik, Pixabay, dan sebagainya. Namun untuk karya ilmiah gambar dari sumber ini sangat jarang digunakan.
Sebab karya ilmiah lebih mengedepankan gambar yang mampu menguatkan deskripsi. Sehingga jika bukan koleksi pribadi maka dari karya ilmiah lain. Namun saat menulis karya non ilmiah mungkin pengambilan gambar ini akan dilakukan.
Maka sumber dicantumkan dengan menuliskan situs dimana gambar tersebut didapatkan. Khusus untuk situs gambar dan foto maka cukup alamat situs di halaman utama.
Sumber gambar dan foto juga bisa berasal dari artikel online, jika bukan artikel ilmiah maka gambar dan foto biasanya tidak akan dimasukan penulis karya ilmiah. Namun secara umum penulisan sumber dari artikel online ini adalah mencantumkan link artikel tersebut.
Teknik penulisan gambar dalam karya ilmiah berikutnya adalah mengenai tata letak. Jarak antara sisi kanan kiri dokumen kerja adalah 3 spasi setelah teks. Sehingga gambar akan tampak lebih menjorok ke dalam dibanding teks deskripsi.
Namun bisa juga disesuaikan dengan ketentuan dari lembaga atau instansi tempat menyusun karya ilmiah. Misalnya dari perguruan tinggi memiliki aturan tersendiri, maka aturan yang dipakai adalah aturan tersebut bukan aturan umum.
Bagaimana jika ukuran gambar cukup besar dan tidak memungkinkan untuk diperkecil? Jika hal ini terjadi maka gambar dan foto bisa ditempatkan di satu halaman khusus atau tersendiri.
Sehingga bisa menjumpai karya ilmiah yang memiliki gambar atau foto dalam satu halaman penuh. Hal ini lumrah dan diperbolehkan, sebab aturannya sendiri memang demikian.
Baca Juga:
Karakteristik Penulisan Karya Ilmiah
Karya Ilmiah untuk Kenaikan Jabatan Dosen
Selain menyesuaikan dengan aturan dan teknik penulisan gambar dalam karya ilmiah yang dipaparkan di atas. Penulis yang hendak menambahkan gambar maupun foto juga perlu mempertimbangkan proses edit atau penyuntingan terlebih dahulu. Tujuannya tentu saja untuk membuatnya lebih tajam dan jelas.
Proses penyuntingan ini beragam dan perlu disesuaikan dengan kebutuhan. Adapun bentuk penyuntingan yang umum dan sebaiknya sekaligus bisa dilakukan antara lain:
Penyuntingan akan membantu meningkatkan kualitas gambar dan foto yang akan ditambahkan. Sehingga terlihat lebih jelas dan mudah dipahami oleh pembaca. Pembaca pun bisa dengan mudah menghubungkan informasi di dalam deskripsi dengan informasi di dalam gambar dan foto tersebut.
Sekaligus menjadikan karya ilmiah terkesan lebih profesional. Sebab karya ilmiah yang menyajikan informasi penting dan aktual, akan tampak dikerjakan sembarangan jika memakai gambar yang blur dan kotor. Inilah alasan kenapa penyutingan perlu dilakukan, apalagi jika memiliki gambar dan foto dari masa lalu yang sudah rusak.
Maka penyuntingan kemudian menjadi agenda wajib dan bahkan bisa memerlukan jasa editing foto profesional untuk mengatasi kerusakan yang cukup parah. Penyuntingan ini selain kembali menyempurnakan foto dan gambar, juga membuatnya lebih layak dimasukan ke karya ilmiah.
Jadi, jangan asal memasukan gambar dan foto ke dalam karya ilmiah. Sebab ada teknik dan aturan tersendiri dalam penulisan gambar dalam karya ilmiah tersebut sesuai yang dijelaskan di atas. Semoga bermanfaat.
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…