Penulisan daftar pustaka menjadi hal penting untuk diketahui oleh siapa saja, khususnya yang sedang menyusun sebuah buku, laporan penelitian, dan karya tulis ilmiah jenis apapun.
Daftar pustaka bisa dikatakan sebagai bagian penutup dari rangkaian bab yang sudah disusun oleh penulis. Peran dari daftar pustaka sangat vital, bahkan menjadi komponen penting untuk menentukan kualitas dan kredibilitas dari sebuah karya tulis.
Selain harus tersedia, penulisan daftar pustaka harus disesuaikan dengan ketentuan yang ada. Sehingga tidak asal mencantumkan judul buku dan nama penulisnya di dalam daftar pustaka tersebut.
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai penulisan daftar pustaka dan fungsinya, kenali dulu apa itu daftar pustaka. Berdasarkan definisi yang tercantum di dalam KBBI, daftar pustaka diartikan sebagai daftar yang mencantumkan judul buku, pengarang, penerbit, dan sebagainya yang kemudian diletakan di bagian akhir sebuah tulisan (buku, novel, jurnal, dan lain-lain).
Menyusun daftar pustaka di akhir penulisan sebuah karya tulis mutlak menjadi kewajiban setiap penulis. Sebab keberadaannya akan menjamin kualitas sekaligus kredibilitas dari karya tulis itu sendiri, seperti yang disampaikan sekilas sebelumnya.
Penulisannya bisa menentukan kualitas karena mampu menggambarkan kualitas penulisnya, apakah menghargai tulisan orang lain atau tidak. Sekaligus mengetahui isi di dalam tulisan tersebut diambil atau dipengaruhi oleh karya tulis mana saja.
Sebab semakin banyak buku atau tulisan yang menjadi referensi penulis, maka kualitas tulisannya akan cenderung lebih baik. Sedangkan untuk kredibilitas, bisa memastikan hasil tulisannya bebas dari unsur plagiat model apapun.
Sehingga setiap orang yang ingin dan akan setia melakukan kegiatan menulis. Sebaiknya memahami betul fungsi dan juga tata cara dari penulisan daftar pustaka tersebut. Sebab menjadi salah satu syarat wajib dari sebuah tulisan.
Baca juga : Alasan Perlu Memperhatikan Sistematika Penulisan Karya Ilmiah
Baca juga : Cara Mengetahui Format Jurnal Ilmiah Yang Baik Dan Benar
Adapun tujuan dari penulisan daftar pustaka sendiri ternyata sangat kompleks. Berikut detail penjelasannya:
Tujuan dan juga manfaat pertama dari penyusunan daftar pustaka adalah untuk menghindari tindakan plagiat atau menjiplak. Sebab ada kalanya penulis akan mengutip opini, hasil penelitian, dan sebagainya dari buku atau tulisan lain.
Jika masih utuh struktur kalimatnya, maka ketika dicek dengan tools plagiat nantinya akan terdeteksi plagiat. Inilah yang kemudian menurunkan kualitas dari tulisan yang disusun.
Akan berbahaya jika tetap dilakukan saat menyusun buku, jurnal ilmiah, dan tulisan apapun. Sebab bisa menyebabkan pelakunya tersandung kasus hukum, oleh sebab itu perlu memahami penulisan daftar pustaka untuk menghindari resiko tersebut.
Menulis secara lengkap kutipan dan opini dari penulis di dalam buku lain ke dalam buku yang sedang disusun. Pada dasarnya kamu sedang menghargai opini dan kutipan dari penulis sebelumnya tersebut.
Apalagi jika mencantumkan kredit atau sumber pada akhir penulisan kutipan dan opini yang diambil tadi. Sehingga pembaca bisa mengetahui asal kutipan dan opini. Jika salah satu pembacanya adalah penulis opini dan kutipan, maka dirinya akan merasa sangat dihargai.
Hal ini juga akan berlaku ketika hasil tulisan yang dibuat kemudian dijadikan referensi penulis lain. Ketika nama dan judul buku yang kamu tulis dicantumkan sebagai kredit, dijamin kamu juga akan merasa sangat dihargai.
Membudayakan sikap saling menghargai sesama penulis adalah akhlak mulia. Sehingga memahami penulisan daftar pustaka sesuai ketentuan menjadi bagian untuk melestarikan budaya baik tersebut.
Daftar pustaka adalah rincian judul, pengarang, penerbit, dan lain-lain yang kutipannya dimasukan ke dalam isi tulisan. Saat kutipan ini ditambahkan maka penulis akan menuliskan pula kredit (sumber tulisan).
Penulisan kredit ini singkat, biasanya hanya nama depan penulis dan tahun terbit. Ketika pembaca tulisan tersebut mengecek kreditnya maka bisa langsung mengecek detailnya di daftar pustaka yang sudah disusun.
Kemungkinan, ketika pembaca membutuhkan informasi lebih dari kutipan tersebut maka akan mencari buku yang tercantum dalam daftar pustaka. Sehingga penulisan daftar pustaka bertujuan membantu pembaca mendapat informasi kredit tadi dengan lebih lengkap.
Selain dalam bentuk kutipan, buku yang menjadi referensi penulis dan kemudian dicantumkan dalam daftar pustaka. Juga menjadi informasi tambahan mengenai referensi mana saja yang sudah dibaca penulis sebelum menyelesaikan tulisannya.
Hal ini tentunya akan melibatkan judul dan nama penulis lain yang tentu akan memberi manfaat bagi pembaca. Sekaligus bagi penulis itu sendiri, dimana buku yang dicantumkan pada saat penulisan daftar pustaka dilakukan adalah bacaan yang berkualitas dan cocok dijadikan referensi.
Penyusunan dari daftar pustaka juga bisa membantu pembaca untuk mendapatkan referensi bacaan berkualitas lain. Sehingga penulis yang mencantumkan referensi sumber bacaan dalam penulisan sebuah karya, sama artinya ikut memperkenalkan dan mempromosikan karya tersebut.
Bisa jadi nantinya akan dibutuhkan pula oleh pembaca, misalnya saat berencana menyusun tulisan yang masih berhubungan dengan isi dari referensi tersebut. Atau ketika melakukan penelitian lanjutan dari referensi yang dicantumkan saat penulisan daftar pustaka.
Baca juga : Cara Menulis Jurnal Internasional Dengan Baik
Baca juga : Definisi Dan Syarat Dalam Menulis Buku Monograf
Lalu, bagaimana cara penulisan daftar pustaka yang baik dan benar? Pada dasarnya urusan dalam daftar pustaka dimulai dari nama penulis, tahun terbit, judul tulisan, lokasi penerbitan, dan terakhir adalah nama penerbit. Detailnya sebagai berikut:
Dalam menulis nama di daftar pustaka tidak memakai atau menambahkan gelar. Jika ada keterlibatan editor maka diberi keterangan ed dan ditaruh di dalam kurung. Sedangkan jika disusun dari dua atau lebih penulis, maka hanya mencantumkan penulis pertama dan dilanjut keterangan dkk (dan kawan-kawan).
Selanjutnya adalah tahun terbit, ditulis apa adanya. Ketika buku yang menjadi referensi merupakan cetakan ke berapa dan edisi ke berapa, maka bisa dicantumkan juga dalam penulisan daftar pustaka tersebut.
Poin selanjutnya adalah menulis judul buku yang menjadi referensi, penulisannya lengkap sesuai judul yang tertulis di bagian sampul atau cover. Kemudian ditulis dengan huruf miring atau Italic.
Terakhir adalah mencantumkan nama kota dimana penerbitan buku tersebut dilakukan, diikuti oleh nama penerbit. Setelah nama kota ditulis maka diberi pemisah titik dua dan baru menuliskan kota asal penerbitan.
Apabila referensi berasal dari skripsi maka ditambahkan keterangan “Skripsi” setelah judul dan diikuti nama fakultas, universitas, dan kota universitas asal skripsi tersebut. Sedangkan referensi yang berasal dari internet.
Maka susunannya menjadi nama penulis, tahun penulisan, judul artikel (diberi tanda petik dua), link artikel, dan keterangan waktu akses dari hari, tanggal, sampai jam. Sumber yang berbeda maka membuat aturan penulisan daftar pustaka menjadi berbeda pula. Sehingga harus dipahami dengan baik oleh semua penulis.
Penulis :duniadosen.com/Pujiati
Editor : Wahyudha Wibisono
Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…
Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…
Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…
Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…
Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…
Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…