Memahami bagaimana penerapan kurikulum OBE di perguruan tinggi tentu sangat penting. Pasalnya, kurikulum ini di Indonesia masih tergolong baru dan sukses mengatasi kesenjangan lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja di beberapa negara.
Kurikulum OBE sendiri sudah mulai diterapkan di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia sehingga fokus kegiatan pembelajaran adalah pada outcomes atau luaran para mahasiswa. Namun, belum semua perguruan tinggi memahami bagaimana penerapannya. Berikut informasinya.
Dikutip melalui Universitas Labuhan Batu, peneraan kurikulum OBE di perguruan tinggi di Indonesia setidaknya melalui 3 tahapan utama, yakni dari perancangan kurikulum, perancangan pembelajaran, dan evaluasi dan penilaian. Berikut penjelasannya:
Tahap pertama dalam penerapan OBE (Outcome Based Education) adalah tahap perancangan kurikulum. Tahap awal ini sendiri terdiri dari 3 tahapan lagi, dimulai dari penetapan Profil Lulusan, CPL, dan disusul penentuan CPMK. Berikut detailnya:
Tahap pertama di dalam tahap perancangan kurikulum OBE adalah penetapan profil lulusan. Profil lulusan sendiri adalah deskripsi komprehensif mengenai karakter, sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh lulusan program studi.
Secara sederhana, profil lulusan menjelaskan hasil akhir dari lulusan perguruan tinggi. Misalnya, dosen mengajar atau mengampu mahasiswa di program studi Pendidikan Bahasa Inggris.
Di tahap ini, dosen bisa menetapkan bahwa mahasiswa di bawah bimbingannya akan menjadi pendidik mata pelajaran bahasa Inggris yang profesional di sekolah (jenjang SD, SMP, maupun SMA).
Tahap kedua di dalam perancangan kurikulum OBE adalah penetapan CPL. CPL sendiri bisa dipahami sebagai pernyataan standar kompetensi lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan jenjang program studi.
Secara sederhana, CPL adalah kemampuan akhir yang harus dimiliki mahasiswa setelah menyelesaikan studinya. Kemampuan di sini bisa mencakup kemampuan dalam sikap, pengetahuan, keterampilan umum, dan keterampilan khusus.
Jadi, pada tahap ini para dosen perlu menentukan CPL yang akan dikuasai oleh mahasiswa di suatu program studi apa saja sehingga bisa menjadi Profil Lulusan yang sudah ditetapkan di tahap sebelumnya.
Misalnya hika profil lulusan adalah pendidik profesional, maka mahasiswa perlu menguasai keterampilan bahasa Inggris yang baik, komunikasi yang baik, dan sebagainya. Sehingga keterampilan ini relevan dengan profesi yang akan dicapai setelah lulus studi.
Tahap ketiga di dalam proses perancangan kurikulum OBE adalah penetapan CPMK. CPMK secara umum adalah kompetensi spesifik yang harus dikuasai mahasiswa setelah menyelesaikan mata kuliah tertentu.
Jadi, secara sederhana CPMK bisa dipahami sebagai kemampuan spesifik yang harus dicapai mahasiswa setelah menyelesaikan suatu mata kuliah. CPMK ini bisa dipahami juga sebagai turunan dari CPL yang sudah ditetapkan di tahap sebelumnya.
Jadi, jika CPL memastikan mahasiswa menguasai suatu pengetahuan dan keterampilan setelah lulus suatu program studi, maka CPML berisi ketentuan pengetahuan dan keterampilan apa saja yang harus dikuasai mahasiswa setelah mempelajari suatu mata kuliah.
Sebagai contoh, mahasiswa di program studi Pendidikan Bahasa Inggris mendapat mata kuliah Methodology of Teaching English. Jika CPL yang ditetapkan misalnya “mahasiswa bisa merancang dan melaksanakan pembelajaran bahasa Inggris setelah lulus”.
Maka isi di dalam CPMK bisa berbagai pengetahuan dan keterampilan yang diraih usai mendapat mata kuliah Methodology of Teaching English dan tetap berkaitan dengan CPL tersebut. Contohnya:
Tahap kedua dalam penerapan kurikulum OBE di perguruan tinggi adalah tahap perancangan pembelajaran. Secara sederhana, tahap ini diisi oleh dosen untuk menyusun RPS (Rencana Pembelajaran Semester).
RPS sendiri adalah dokumen perencanaan pembelajaran yang disusun sebagai panduan bagi mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan perkuliahan selama satu semester untuk mencapai capaian pembelajaran yang telah ditetapkan.
RPS disusun untuk membantu dosen dalam melaksanakan kegiatan perkuliahan. Sehingga memiliki panduan untuk menentukan materi apa yang harus diajarkan, metode pembelajarannya, latihan soalnya, dan detail lainnya.
Dalam menyusun rancangan pembelajaran untuk menerapkan kurikulum OBE, maka dianjurkan untuk memilih metode pembelajaran yang fokus pada mahasiswa. Misalnya:
Metode pembelajaran yang berfokus pada mahasiswa akan mendorong keterlibatan mereka sepanjang perkuliahan. Sekaligus mendorong terasahnya sejumlah kemampuan atau keterampilan yang relevan dengan abad ke-21.
Misalnya terasahnya keterampilan atau kemampuan berpikir kritis, bisa berpikir secara lebih kreatif, mampu memecahkan masalah (problem solving), bekerjasama dalam tim, dan lain sebagainya. Dimana semua keterampilan ini juga akan sangat berguna setelah mahasiswa lulus kuliah dan masuk dunia kerja.
Tahap ketiga dalam penerapan kurikulum OBE di perguruan tinggi adalah tahap evaluasi dan tahap penilaian. Kurikulum OBE mendukung pemberian atau penanaman ilmu pengetahuan sekaligus keterampilan praktis pada mahasiswa.
Harapannya, mahasiswa tidak lagi hanya memiliki ilmu teori selama perkuliahan, tetapi juga memiliki keterampilan praktis yang meningkatkan daya saing ketika masuk ke dalam dunia kerja.
Sehingga, tahap evaluasi mencakup proses penilaian terhadap pencapaian mahasiswa, mulai dari evaluasi pada pencapaian Profil Lulusan, CPL, dan juga CPMK. Kemudian, hasilnya disusun dalam bentuk laporan.
Laporan ini nantinya akan dibaca dan dinilai serta dievaluasi bersama oleh setiap pemangku kepentingan di perguruan tinggi. Sehingga mendorong proses evaluasi mendalam dan perbaikan yang terus berkelanjutan. Hal ini diharapkan mampu mendorong perbaikan dalam penerapan kurikulum OBE.
Penerapan kurikulum OBE di perguruan tinggi yang ada di Indonesia memang belum menyeluruh. Artinya, beberapa sudah menerapkan dan beberapa lagi masih sebaliknya. Hal ini terjadi tentu karena banyak faktor.
Mulai dari fasilitas yang belum memadai sampai faktor lainnya. Namun, kenapa perguruan tinggi di Indonesia didorong untuk menerapkan kurikulum OBE? Berikut beberapa alasannya:
OBE yang membuat kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi fokus pada outcomes atau hasil pembelajaran nyata. Artinya, mahasiswa di perguruan tinggi tidak hanya mendapat ilmu teori akan tetapi juga praktek.
Sebab, kurikulum OBE tidak hanya menilai kemampuan akademik mahasiswa. Akan tetapi juga kinerjanya dalam mempraktikkan langsung ilmu tersebut. Hal ini terjadi karena OBE akan fokus pada outcome seperti proyek, portofolio, dan sejenisnya yang bisa dibuat oleh mahasiswa.
Jika dulunya nilai mahasiswa sangat dipengaruhi oleh nilai hasil ujian, baik ujian tengah semester maupun akhir semester sehingga lebih pada penilaian ilmu teori. Ketika OBE diterapkan, fokus penilaian pada hasil penerapan ilmu teori tersebut oleh mahasiswa sehingga mahasiswa menguasai keterampilan nyata.
Dulunya, lulusan perguruan tinggi yang masuk ke universitas dan perguruan tinggi jenis lain selain perguruan tinggi vokasi. Dinilai lebih banyak menguasai ilmu teori dan dipandang belum punya keterampilan memadai untuk masuk dunia kerja.
Sehingga, ada kesenjangan yang cukup jauh antara kemampuan lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja. Hal ini tentu menjadi PR bag pemerintah, karena jika bertahan otomatis akan lebih banyak lulusan yang menganggur lama.
Penerapan OBE menjadi penting sebagai salah satu langkah mengatasi kesenjangan tersebut. Penerapan OBE juga mendorong mahasiswa menguasai berbagai keterampilan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja sehingga menjadi lulusan yang siap sudah kerja.
Memahami 3 tahapan dalam penerapan kurikulum OBE di perguruan tinggi yang sudah dijelaskan. Anda perlu membentuk struktur yang ringkas dan terfokus, yakni membentuk Profil Lulusan.
Jika Profil Lulusan sudah ditentukan sejak awal, maka isi kegiatan perkuliahan akan fokus mencapai profil tersebut. Misalnya, mahasiswa di program studi Akuntansi. Maka perguruan tinggi akan memastikan mahasiswa siap menjadi akuntan profesional.
Semua mata kuliah dan kegiatan pembelajaran yang disusun dan diselenggarakan akan mencapai profil lulusan tersebut. Sehingga OBE penting untuk diterapkan agar mata kuliah lebih efektif dan efisien. Tanpa ada resiko mata kuliah yang hanya menjadi pemanis tanpa bermanfaat membentuk profil lulusan.
Alasan yang keempat kenapa penerapan kurikulum OBE di perguruan tinggi penting adalah karena bisa mempengaruhi akuntabilitas perguruan tinggi. Kualitas lulusan akan langsung dinilai masyarakat, khususnya yang mengelola perusahaan.
Jika kualitas lulusannya bisa terampil dan punya banyak keterampilan yang dibutuhkan perusahaan, hal tersebut akan mendapat penilaian positif, bukan hanya lulusan tersebut, melainkan juga perguruan tinggi tempat lulusan ini menempuh pendidikan tinggi.
OBE juga membantu perguruan tinggi dalam memenuhi salah satu kriteria penilaian dalam proses akreditasi institusi, yakni dilihat dari indikator mahasiswa yang tidak hanya memperhatikan IPK, masa tunggu (jarak lulus sampai mendapat pekerjaan) dan kesesuaian bidang pekerjaan.
OBE bisa membantu memastikan mahasiswa punya daya saing lebih dan fokus mencapai profil lulusan sehingga berdampak positif pada penilaian akreditasi institusi.
Alasan berikutnya adalah dengan penerapan OBE maka lulusan perguruan tinggi menguasai lebih banyak keterampilan. Keterampilan yang ditanamkan berfokus pada pencapaian profil lulusan dan sudah disesuaikan dengan kebutuhan industri atau dunia kerja di masa sekarang. Dengan demikian, para alumni nantinya berpeluang besar segera mendapat pekerjaan setelah lulus karena memiliki berbagai keterampilan yang relevan dengan kebutuhan perusahaan yang dilamar.
Alasan lain kenapa penerapan OBE perlu untuk dilakukan perguruan tinggi adalah sifatnya yang cenderung fleksibel dan adaptif. OBE mendorong perguruan tinggi untuk rutin melakukan riset pada dunia kerja.
Sehingga, menyediakan layanan pendidikan yang mampu memberi bekal pengetahuan dan keterampilan yang relevan. Harapannya setiap tahunna, perguruan tinggi bisa mencetak lulusan yang sudah siap kerja. Sebab, semua keterampilannya sudah disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja saat ini (terkini).
Dengan beberapa alasan tersebut, maka penerapan kurikulum OBE di perguruan tinggi yang ada di Indonesia sangatlah penting. Sehingga mahasiswa bisa menguasai ilmu pengetahuan secara teori sekaligus keterampilan praktis yang relevan dengan dunia kerja. Hal ini akan berdampak pada peningkatan daya saing saat masuk dunia kerja.
Mencari informasi terkait regulasi AI untuk penelitian ilmiah tentu penting. Sebab dalam kegiatan penelitian tentu…
Sudahkah mulai mengecek atau mencari tahu tren publikasi akademik atau publikasi ilmiah? Termasuk juga prediksi…
Salah satu strategi meraih hibah penelitian Kemdiktisaintek adalah menghindari kesalahan dalam menulis proposal usulan. Tahap…
Mencari informasi dan mempelajari tata cara menulis kerangka proposal yang berpeluang lolos hibah, tentu menjadi…
Meraih hibah penelitian bisa dimulai dengan mencari dan mempelajari contoh proposal hibah penelitian. Yakni proposal…
Sejalan dengan pengumuman hasil klasterisasi perguruan tinggi pada Oktober 2025 lalu, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains,…