Berbicara tentang dunia pendidikan yang sering kita kaitkan adalah guru, kurikulum pendidikan, pelajaran, biaya sekolah, uang kuliah, dan lain-lain. Dalam tulisan ini saya tidak akan membahas tentang semuanya karena saya juga bukan pakar dunia pendidikan. Saya juga tidak paham tentang dunia pedidikan yang terbaru seperti apa. Karena saya juga saudah lama meninggalkan bangku dunia pendidikan. Kalaupun mengingat dunia pendidikan dari SD – Kuliah yang ada jelas memori baik suka dan duka.
Pernah tidak kita flashback jaman sekola dulu baik SD – SMA tentang pelajaran yang diajarkan? Disaat itu kita akan menyadari tentang sebuah perulangan tentang pelajaran Sejarah dan Geografi. Ya, Saat SD kita akan mempelajari tentang bagaimana bentuk pemerintahan di lingkungan terkecil di sekitar kita, mulai Desa, Kecamatan, Kota, Provinsi, dan Negara. Di SMP & SMA juga sama yang dipelajarinya. Seperti tentang materi Kota dan Provinsi di Indonesia, Negara Asean, Asia , Eropa, Amerika. Yang membedakan tentu jika membahas tentang Nama Presiden, Menteri, dan Kepala daerah, karena saat Pemilu terjadi pergantian.
Di pelajaran Sejarah juga sama saja yang dipelajari itu – itu saja. Mulai dari jaman manusia Prasejarah, Peradaban besar dunia, kerjaan Hindu – Budha di Inonesia, Masuknya Islam di Indonesia, Masuknya Belanda & Portugis dengan semangat 3G, dan seingat saya paling mentok sampai lengsernya Pak Harto. Entah kalau sekarang sampai mana pelajaran sejarah.
Bagaimana dengan pelajaran lain? Seingatnya saya sih juga hampir sama hanya sedikit perbedaan seperti di pelajaran Biologi dengan istilah nama latin & adanya materi sistem reproduksi manusia saat SMA. Selebihnya hampir sama mempelajari Manusia, Organ dalam, Hewan baik bertulang belakang dan tidak bertulang belakang, tumbuhan. Serius hal diatas pernah terjadi di kehidupan saat sekolah. Bicara kasarnya jika saat SMP kita buat contekan buat Ujian tentang sejarah Kerajaan Hindu – Budha di Indonsia. Simpanlah contekan itu, karena saat SMA hal diatas mungkin akan keluar lagi saat ujian.
Apasih pelajaran paling dibenci saat sekolah? Saya berani menebak inilah pelajaran yang paling dibenci anak sekolah secara umum : Matematika. Tentu kita bertanya mengapa hal itu dibenci? Ada yang mengatakan karena Gurunya, Cara mengajarnya, Pelajaranya, dll. Dalam kasus ini jika ditnyakan kepada saya Saya akan menjawab “PELAJARANYA TERLALU LEBAY”. Mengapa saya bisa menjawab demikian? Karena Saya mengetahui implikasi pelajaran Matematika level dewa dalam kehidupan saya. Untuk matematika level dasar seperti jumlah, kali, bagi, tambah, adalah WAJIB DIKUASAI, selebihnya ya logika kita dalam pemakaian dari matematika basic itu. Bagaimana matematika level dewa seperti menghitung percepatan gerak berubah beraturan, menghitung sin cos tan? Bagi saya itu Sunnah, toh dalam prateknya matematika tidak sesuai hitungan. Mau bukti? Noh saat macet di jalan, hitung – hitungan matematika ga jalan. Dari hitung hitungan matematika Salatiga – Semarang bisa ditempuh hanya 1 jam dengan kecepatan 55km/jam. Jarak Salatiga – Semarang sekitar 50 KM.
Beberapa waktu lalu saya iseng – iseng membaca tentang sebuah tugas kuliah. Kalau tidak salah tentang marketing komunikasi. Sumpah sangat lucu dan saya terlihat dungu, dan mengapa dosen memberikan nilai 8. Jadi siapa yang lebih dungu dalam pelajaran itu? Dalam tugas itu adalah membahas tentang sebuah pembahasan materi produk FMCG dari perusahaan besar di Indoensia. Disitu saya membahas tentang 4 P (product, price, promotion, dan place)
Berbicara Product saya membahas tentang packaging, positioning, dan lain – lain. Disini saya terlihat konyol dan hanya menampilkan asumsi – asumsi tanpa dasar. Seharusnya hal ini saya menanyakan kepada Brand Manajer product tersebut, dan belum tentu brand manajer tersebut mau menjawabnya. Sedangkan jawaban saya berasal asumsi dari baca – baca internet dan kira – kira. Dan dosennya pun tidak menyalahkan. Haduh betapa malunya jika hal tersebut dibaca brand manajer produk tersebut.
Price berkaitan dengan harga produk itu dan image yang akan ditampilkan. Dan saya disini mejelaskan jika barang ini adalah segementasi kelas untuk menengah ke bawah karena harganya murah sehingga bisa dijangkau masyarakat luas. Hal ini sangat konyol karena jawaban sesuai asumsi. Tanpa croscheck dengan produk kompetitor, segmentasi harga, perhitungan daya beli masyarakat, dsb hal yang palin sederhana seperti survey ke tingkat pembeinya, dari segemen mana pengguna mayoritas produk tersebut tidak saya lakukan. Dan seperti sebelumnya dosen saya saya tidak memberikan masukan terhadap pembahasan ini
Promotion atau promosi produk ini saya menjelaskan jika produk ini beriklan di media massa dan iklan di toko untuk menarik pembeli. Dosen saya hanya menambahkan promosi BTL & ATL dari pembahasan saya tersebut. Dalam kenyataan promosi product ga sesimple itu, ada perhitungan tentang Return Of Investment. Dimana akan berimbas terhadap penjualan secara langsung dan awarness terhadap produk itu dalam jangka waktu tertentu. Misalnya jika saya mengeluarkan dana promosi katakan 1 juta rupiah sedangkan penjualan produk saya ini sekitar 2juta produk. Sedangkan tanpa promosi penjualan produk saya juga sama 2 juta produk tanpa ada penigkatan. Dalam dunia kerja, siap – siap saja untuk dimaki – maka oleh bos. Karena tidak efisien keputusan yang salah.
Yang terakhir tentang place atau ketersedian produk itu sendiri di pasar. Saya membahas tentang produk ini tersedia dimana – mana sehingga dapat dibeli masyarakat. Analisa ini juga sama saja ngawurnya. Dengan hal sebelumnya, karena saya tidak melampirkan data berapa jumlah ketersedian produk ini dibanding jumlah keseluruhan retail universe. Mungkin bisa saja di luar jawa produk ini tidak ada, hanya tersedia di Modern trade dan Key account.
Dari hal diatas itu masih sederhana, belum menyangkut hal detail tentang Weighted District Attractive Index, Analasisa data penjualan, tingkat OOS product di ritel, industry size, volume grouth, Share market dan perhitunganya, dan banyak hal yang saya tidak dapatkan semasa kuliah yang hanya didapat setelah kerja. Setelah mengetahui itu saya jadi berfikir betapa polos & dungunya mengerjakan tugas kuliah tersebut.
Suka artikel ini? Ayo lihat lebih banyak lagi di beranda dosen!
Posting Artikel ini di tulis oleh : Julfa Dwi Ariyanto
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…