Inspirasi

Pendidikan Indonesia Sudahkah Tut Wuri Handayani?

Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. (Ki Hajar Dewantara)

Sudah pasti kita tidak asing lagi dengan kalimat di atas. Wejangan atau quote dari tokoh pendidikan bangsa, Ki Hajar Dewantara ini telah menjadi semboyan bagi pendidikan di Indonesia. Kalimat yang diambil dari Bahasa jawa ini memiliki nilai filosofis yang tinggi, tidak hanya diterapkan untuk dunia pendidikan, tetapi juga untuk bidang-bidang lainnya.

Ing ngarsa sung tuladha artinya adalah di depan menjadi contoh. Siapa saja yang berada di depan diharapkan dapat memberi contoh bagi orang lain. Di depan dapat diartikan sebagai seorang yang menjadi pemimpin, bisa karena dipilih atau karena kedudukan. Misalkan seorang bupati yang memimpin masyarakat di kabupaten. Atau seorang ibu sebagai pemimpin atas anak-anaknya ketika ayah tidak berada di rumah. Siapapun yang menjadi pemimpin sudah selayaknya dapat menjadi tauladan untuk orang-orang yang dipimpinnya. Pun termasuk seorang guru yang menjadi pemimpin atas muridnya.

Ing madya mangun karsa artinya adalah di tengah menjadi penyemangat. Seorang pemimpin tidak hanya bertugas untuk berada di depan dan memberi arahan. Seorang pemimpin seyogyanya juga mampu berada di tengah dan memberi dorongan serta motivasi pada orang-orang yang dipimpinnya. Tidak hanya memberi materi, seorang guru yang baik juga harus bisa memberikan motivasi bagi muridmuridnya dalam menuntut ilmu.

Tut Wuri Handayani artinya adalah di belakang memberi dukungan. Tidak selalu seorang pemimpin berada di depan. Terkadang ia juga bisa berada di belakang orang-orang yang dipimpinnya. Dalam posisi inilah peran pemimpin dalam memberi dukungan sangat dibutuhkan. Dalam dunia pendidikan, dukungan dari guru memiliki peran yang sangat besar untuk kesuksesan murid-muridnya.

Pembahasan tentang makna filosofis dari semboyan pendidikan ini akan sangat panjang dan tidak mungkin dijabarkan dalam artikel singkat ini. Kini kita kembali ke tema, apakah pendidikan di Indonesia ini sudah tut wuri handayani? Maksudnya apakah pendidikan di Indonesia ini sudah sesuai dengan semboyannya?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut terlebih dulu kita tentukan sudut pandang dalam penilaiannya. Karena sangat sulit untuk merumuskan keberhasilan pendidikan Indonesia jika dilihat secara global. Permasalahan-permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan di bangsa ini sudah sangat kompleks. Banyak anak bangsa yang mampu berprestasi dan bersaing dengan negara-negara lain. Walaupun juga tidak sedikit berita-berita tentang kejadian yang kurang mendidik dan merusak citra pendidikan Indonesia.

Ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Semboyan tersebut sebenarnya tidak hanya diperuntukkan bagi para guru, tetapi juga diperuntukkan bagi siapa saja. Bisa murid, komite sekolah, orang tua, dan lain-lain. Karena fokus pembahasan kita kali ini adalah guru maka kita sorot lebih dalam lagi tentang guru-guru yang ada di Indonesia.

Di beberapa bagian bumi Indonesia, masih banyak sekali sekolah-sekolah yang memiliki keterbatasan fasilitas, baik fisik maupun non-fisik. Kondisi bangunan yang kurang layak, ditambah jumlah guru yang masih kurang, dapat kita jumpai di daerah-daerah pelosok negeri. Walau demikian tidak jarang sekolah-sekolah seperti ini melahirkan murid-murid yang berprestasi. Dari sini kita dapat melihat lebih jelas bagaimana guru memiliki peran yang sangat besar. Walaupun gaji yang diterima setiap bulannya tidak banyak tetapi mereka tetap tulus dalam mengajar murid-muridnya. Potret kecil ini saya rasa sudah memenuhi apa yang diharapkan dari semboyan tut wuri handayani. Namun kondisi ini tidak dapat langsung men-generalisasi keadaan pendidikan di Indonesia.

Di beberapa daerah lain banyak media yang mengabarkan tentang adanya tindak kekerasan hingga pelecehan seksual di dalam lingkungan sekolah. Kejadian-kejadian ini selain merusak citra pendidikan juga dapat menjadi indikator kegagalan bagi pendidikan di Indonesia. Bagaimana mungkin seorang guru yang seharusnya menjadi contoh malah melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak pantas dilakukan seorang guru. Jika kita melihat dari sudut pandang berita-berita ini tentu saja semboyan tut wuri handayani dapat dikatakan belum tercapai.

Memang kebaikan dan keburukan selalu berdampingan, seperti halnya prestasi dan aib pendidikan Indonesia. Belum lagi masalah pro kontra penerapan kurikulum, gaji guru, ujian nasional, dan lain-lain. Yang bisa dilakukan adalah terus memperbaiki kualitas pendidikan sambil melakukan pencegahanpencegahan atas kejadian-kejadian negatif yang mungkin terjadi agar bisa mewujudkan pendidikan yang tut wuri handayani.

Posting Artikel ini di tulis oleh : Niki Hidayati

Admin Dunia Dosen

Admin Website Dunia Dosen Indonesia.

Recent Posts

3 Karakter Dosen untuk Pengembangan Indikator Kinerja Dosen

Dalam Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 dijelaskan mengenai karakter dosen untuk pengembangan indikator kinerja dosen.…

1 day ago

Pendaftaran Doha Institute Scholarship Jenjang S3 Tahun 2025 Dibuka!

Bagi mahasiswa dan dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut pascasarjana gratis di Qatar, Anda…

1 day ago

Royal Thai Government Scholarship 2025 untuk Jenjang S2 dan S3

Bagi siapa saja yang ingin studi S2 maupun S3 di luar negeri, silakan mempertimbangkan program…

1 day ago

Program IASP 2025 untuk Dosen Kuliah S3 Gratis di Austria Resmi Dibuka!

Kabar gembira bagi para dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut jenjang S3 di luar…

6 days ago

Indikator Kinerja Dosen Sesuai Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024

Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 Tentang Standar Minimum Indikator Kinerja Dosen dan Kriteria Publikasi Ilmiah…

6 days ago

Standar Minimum Pelaksanaan Hibah Penelitian dalam Indikator Kinerja Dosen

Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 menjelaskan dan mengatur perihal standar minimum pelaksanaan hibah penelitian dalam…

6 days ago