4 Penyebab Penarikan Artikel Jurnal dan Dampak Bagi Dosen

penarikan artikel di jurnal

Artikel ilmiah yang sudah dipublikasikan di sebuah jurnal tidak melulu akan terpublikasi selamanya, karena ada resiko penarikan artikel atau terjadi retraction. Artikel ilmiah yang sudah terpublikasi memang ada kemungkinan terjadi perubahan atau penyuntingan. 

Sekaligus ada kemungkinan terjadi penarikan, dimana yang dimaksud adalah artikel tersebut batal dipublikasikan. Bisa disebut juga, artikel tersebut dihapus dari jurnal dimana menjadi tempatnya dipublikasikan. 

Resiko ini bisa terjadi, terutama jika memang ada pelanggaran berat. Menjaga etika dan integritas menjadi kunci untuk menghindari resiko ini. Apalagi dampak yang ditimbulkan bagi kalangan dosen cukup luas. Berikut informasi detailnya. 

Apa Itu Retraction atau Penarikan Artikel?

Dikutip melalui Detak Publisher, retraction atau penarikan artikel adalah tindakan menarik kembali sebuah artikel ilmiah yang telah dipublikasikan karena terdapat kesalahan atau pelanggaran etika.

Secara umum, setiap publisher atau pengelola jurnal melakukan pemeriksaan ketat pada setiap artikel yang di submit para peneliti. Tujuannya untuk menghindari adanya penarikan atau penghapusan artikel. Bahkan termasuk untuk menghindari penyuntingan pasca terbit. 

Hal ini dilakukan untuk menjaga kredibilitas dan reputasi jurnal tersebut. Sekaligus menghindari penulis abal-abal atau penulis nakal yang melakukan berbagai pelanggaran etika. Sehingga memberi efek jera karena artikel yang ditulis tanpa integritas tidak bisa dipublikasikan. 

Hanya saja, dalam dunia publikasi ilmiah, khususnya pada jurnal ada resiko penarikan artikel atau retraction. Penyebab dari retraction ini sangat beragam. Mulai dari ada kesalahan data atau informasi, sampai terbukti penulis artikel melanggar etika. 

Jika mengurus publikasi ke jurnal ilmiah sulit bukan main. Maka tentu menjadi kerugian besar bagi penulis jika sampai menerima sanksi ini. Pihak jurnal dan institusi yang menaungi penulis atau peneliti tersebut juga merasakan dampaknya. Oleh sebab itu, menjadi sesuatu yang perlu dihindari. 

Penyebab Artikel Ditarik

Suatu artikel yang sudah terbit di sebuah jurnal, tentunya tidak asal ditarik. Keputusan penarikan artikel oleh pengelola jurnal dilakukan dengan pertimbangan matang. Sekaligus ada proses investigasi atau penelusuran jika dilaporkan ada pelanggaran etika. 

Seperti yang dijelaskan sekilas sebelumnya, retraction bisa disebabkan oleh banyak hal. Berikut beberapa diantaranya: 

1. Pemalsuan dan Manipulasi Data 

Penyebab yang pertama berkaitan dengan data atau informasi yang tercantum di dalam artikel ilmiah. Bisa karena ada kesalahan, misalnya ada kesalahan dalam metodologi yang dipaparkan di dalamnya. 

Namun, bisa juga karena ada manipulasi data. Mulai dari menambahkan data yang sebenarnya tidak ada (fabrikasi). Sampai memalsukan data atau memanipulasi data untuk suatu alasan yang sifatnya subjektif (falsifikasi). 

Pihak jurnal biasanya membutuhkan bukti valid dan tidak bisa didebat untuk melakukan penarikan. Sehingga pihak yang melaporkan, termasuk editor dengan temuannya ada dugaan fabrikasi dan falsifikasi harus bisa membuktikan. Baru kemudian ditentukan apakah dilakukan penarikan atau tidak. 

2. Publikasi Ganda 

Penyebab penarikan artikel pada jurnal ilmiah yang kedua adalah terjadi publikasi ganda. Secara etika dan secara umum, satu artikel ilmiah hanya bisa terbit di satu jurnal. 

Hal serupa berlaku untuk jenis publikasi lain, baik itu prosiding maupun dalam bentuk menerbitkan buku. Jika satu judul artikel ilmiah terbit di jurnal lain, baik secara bersamaan atau tidak. Maka disebut publikasi ganda. 

Publikasi ganda bisa menjadi self plagiarism sekaligus bentuk pelanggaran etika publikasi ilmiah. Sehingga menjadi tindakan yang dilarang keras. Jika sampai terbukti, maka salah satu bahkan semua jurnal akan melakukan penarikan pada artikel tersebut. 

3. Melakukan Plagiarisme 

Dikutip melalui jurnal DIDAKTIKA, salah satu penyebab penarikan artikel adalah terbukti melakukan plagiarisme. Artinya, artikel ilmiah tersebut merupakan hasil menjiplak atau copy paste artikel atau karya tulis ilmiah lain. 

Penjiplakan sebagian maupun seluruh bagian artikel ilmiah adalah tindakan plagiarisme. Dimana menjadi salah satu bentuk pelanggaran etika dan integritas akademik. Sehingga menjadi perbuatan yang dilarang keras. 

Artikel ilmiah yang sudah terbit dan terbukti merupakan hasil plagiarisme maka biasanya akan ditarik. Pihak jurnal juga akan memasukan penulis ke dalam daftar hitam maupun menerima sanksi lain sesuai kebijakan jurnal tersebut. 

4. Melakukan Pelanggaran Etika Penelitian 

Selain ada indikasi pelanggaran etika penulisan artikel ilmiah, penarikan artikel juga bisa disebabkan karena terbukti melakukan pelanggaran etika penelitian. Jika penelitian yang dilakukan memang tidak sesuai prosedur dan etika yang berlaku. 

Sekaligus memang terbukti, maka pihak pengelola jurnal bisa memutuskan untuk menarik artikel yang sudah dipublikasikan. Sebab memang termasuk pelanggaran berat dan penarikan menjadi salah satu bentuk sanksi yang diberikan. 

Pelanggaran etika penelitian sendiri memiliki jenis dan bentuk yang beragam. Mulai dari penelitian tanpa informed consent, data subjek dan objek penelitian fiktif, mencatut nama peneliti atau institusi tanpa izin, konflik kepentingan, dll. 

Dampak Penarikan Artikel bagi Dosen

Adanya penarikan artikel yang sudah terbit di jurnal ilmiah tentunya tidak sekedar terjadi lalu bisa dilupakan. Bagi peneliti, pengalaman dan riwayat semacam ini bisa mencoreng nama baik dan bisa kekal abadi. 

Dampak yang dirasakan jika sampai terjadi di kalangan dosen pun sangat besar dan luas. Berikut beberapa diantaranya: 

1. Reputasi Akademik yang Rusak 

Salah satu dampak dari riwayat retraction adalah rusaknya reputasi akademik dosen. Terjerat kasus pelanggaran etika dalam penelitian maupun publikasi akan mencoreng nama baik dosen tersebut. 

Memulihkan nama baik yang sudah rusak tentunya tidak mudah. Bahkan jauh lebih sulit dibanding membangun reputasi tersebut di awal karir. Inilah alasan banyak dosen tidak bisa lagi berkarir di dunia akademik usai mengalami retraction. 

Hal ini bisa terjadi, karena dosen yang merupakan pelaku akan kehilangan kepercayaan dari orang sekitar. Baik itu rekan sejawat yang sama-sama seorang dosen, maupun komunitas ilmiah atau ilmuwan. 

2. Gagal Baik Jabatan Fungsional 

Sesuai dengan ketentuan di Indonesia, yakni dari Kemendiktisaintek, salah satu syarat naik jenjang jabatan fungsional dosen adalah memenuhi syarat khusus. Syarat khusus ini mencakup riwayat publikasi di jurnal. 

Jika seorang dosen terbukti melakukan pelanggaran etika dan artikel ilmiahnya ditarik satu jurnal atau bahkan lebih. Maka laporan pemenuhan syarat khusus bisa dihapus oleh Tim PAK, karena dianggap tidak sah. 

Hal ini akan berdampak pada kegagalan dalam mengembangkan jenjang karir akademik. Misalnya, dosen awalnya sudah memenuhi syarat naik ke jenjang Guru Besar. Kemudian tersandung retraction, maka gagal menjadi Guru besar. 

3. Kehilangan Jabatan Struktural 

Dosen yang terbukti mengalami penarikan artikel, baik di satu jurnal ilmiah maupun berapa bisa menerima sanksi dari institusi. Bentuk sanksi ini beragam, dan bagi dosen yang memangku jabatan struktural. Bisa jadi akan kehilangan jabatan tersebut. 

Misalnya, dosen sebelumnya menjabat sebagai Dekan Fakultas X di kampus A. Ketika ada kasus retraction, maka pihak perguruan tinggi bisa menghapus nama dosen dari pemangku jabatan Dekan tersebut. 

4. Mendapat Sanksi Teguran Sampai Pemecatan 

Retraction yang dilakukan sebuah jurnal tentu ketika sudah ada investigasi dan terbukti ada pelanggaran. Hal ini kemudian menjadikannya sebagai acuan bagi institusi dalam menentukan sanksi yang diberikan kepada dosen. 

Dosen yang mengalami kasus ini bisa mendapat sanksi ringan sampai berat. Mulai dari diberikan teguran, sampai dilakukan pemecatan oleh institusi. Oleh sebab itu, menjaga integritas sangat penting agar tidak sampai dipecat. Dimana bisa menjadi akhir dari karir akademik. 

5.  Kesulitan Mendapat Hibah 

Penyelenggara hibah penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat biasanya akan mengecek riwayat pendaftar program. Termasuk riwayat publikasi ilmiah dan ada tidaknya kasus penarikan artikel di satu atau beberapa jurnal ilmiah. 

Dosen yang mengalami retraction akan dianggap tidak berintegritas. Sehingga dipandang pihak penyelenggara hibah kurang layak menerima pendanaan. Pada akhirnya, dosen akan kesulitan mendapat hibah dan produktivitas tri dharma akan terus menurun. 

6. Mempengaruhi Mahasiswa Bimbingan Dosen 

Dampak negatif penarikan artikel juga melebar sampai ke pihak mahasiswa. Dosen akan kehilangan kepercayaan mahasiswa dan diragukan integritasnya. Sehingga menyulitkan dosen dalam menjalankan tugas akademik yang berinteraksi langsung dengan mahasiswa. Misalnya mengajar. 

Tak hanya itu, mahasiswa yang dibimbing dosen tersebut dalam menyusun skripsi maupun tesis dan disertasi bisa kehilangan kepercayaan dan terdampak. Penelitian sampai karya tulis sebagai syarat kelulusan yang disusun bisa ikut diragukan kredibilitasnya. 

7. Menerima Konsekuensi Hukum 

Retraction atau penarikan artikel juga bisa berbuntut kasus hukum. Salah satunya jika dosen terbukti melakukan plagiarisme. Kemudian pihak yang karyanya dijiplak dosen tersebut melaporkan ke pihak berwajib. 

Mengacu pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional melalui Pasal 70, sanksi dosen pelaku plagiarisme adalah hukuman penjara maksimal dua tahun dan bisa didenda sampai Rp200 juta. 

Meskipun memiliki dampak negatif yang beragam dan memiliki pengaruh luas. Adanya penarikan artikel pada publikasi jurnal ilmiah juga memberi dampak positif atau manfaat. Diantaranya adalah: 

1. Meningkatkan Kualitas Peer Review 

Adanya konsekuensi retraction yang berdampak pada kredibilitas jurnal ilmiah. Maka akan meningkatkan kesadaran pengelola jurnal untuk meningkatkan kualitas terbitannya. Salah satunya dengan meningkatkan kualitas dan kredibilitas peer review. 

2. Mendorong Kepatuhan pada Etika

Retraction pada publikasi di jurnal ilmiah juga bisa mendorong kepatuhan pada etika. Bak itu etika penelitian, etika publikasi ilmiah, dan kode etik profesi dosen. Sebab reputasi akademik dipertaruhkan, sehingga meningkatkan kesadaran untuk menghindari retraction tersebut. 

3. Meningkatkan Kualitas Publikasi Jurnal Ilmiah 

Kesadaran bahwa resiko retraction bisa dialami, maka akan meningkatkan keputusan dosen dalam menyusun artikel ilmiah. Pihak jurnal pun akan melakukan peer review dengan ketat. Hal ini bisa meningkatkan kualitas publikasi di jurnal ilmiah. 

Tips Menghindari Penarikan Artikel Ilmiah 

Para dosen yang menyadari bahwa dampak dari penarikan artikel adalah mengancam karir akademiknya. Maka tentu perlu meningkatkan kesadaran untuk menghindari segala hal yang menjadi penyebabnya. 

Berikut adalah beberapa tips yang bisa dilakukan para dosen dan peneliti untuk menghindari resiko mengalami retraction jurnal ilmiah: 

1. Patuh pada Etika 

Upaya terbaik dalam menghindari retraction jurnal ilmiah adalah selalu patuh pada etika. Setiap perguruan tinggi akan menerbitkan buku panduan terkait etika penelitian, etika publikasi ilmiah, dan kode etik profesi dosen. 

Demikian halnya dengan jurnal ilmiah, dimana disediakan buku panduan berisi penjelasan mengenai etika publikasi ilmiah. Memahami seluruh etika ini penting sejak meniti karir sebagai dosen dan peneliti. 

Jika sudah paham, maka tinggal menjaga integritas dengan mematuhi etika tersebut. Sehingga tidak ada tindakan plagiarisme, fabrikasi, falsifikasi, konflik kepentingan, dll yang memberi konsekuensi retraction. 

2. Menyusun Artikel Ilmiah Berkualitas 

Tips berikutnya dalam menghindari penarikan artikel adalah menyusun artikel berkualitas. Berkualitas disini tentunya tidak hanya sekedar punya mutu baik sesuai standar struktur karya tulis ilmiah. 

Melainkan juga punya kualitas dari sisi penulis yang menjaga integritas. Menyusun artikel ilmiah dan melewati proses panjang revisi memang melelahkan. Namun, ketika bisa menjaga kualitas artikel dan kualitas diri serta mindset. Maka publikasi akan berhasil dilakukan dan terhindar dari retraction. 

3. Melakukan Verifikasi Data Penelitian

Retraction juga bisa terjadi karena adanya kesalahan data yang dicantumkan di dalam artikel ilmiah. Jika penulis menyadari sebelumnya, maka bisa langsung konfirmasi ke pihak editor jurnal. Hal ini bisa mencegah resiko withdrawal dan retraction. 

Selain itu, verifikasi data penelitian juga wajib dilakukan untuk memastikan data sudah baik dan benar. Hal ini bisa mengantisipasi kemungkinan terjadi retraction. Maka kesadaran untuk memeriksa data dan kesesuaiannya di artikel ilmiah sangat penting di kalangan dosen. 

4. Melakukan Dokumentasi yang Baik 

Tips keempat untuk menghindari kemungkinan penarikan artikel ilmiah adalah melakukan dokumentasi dengan baik. Membuat catatan lapangan dan catatan pribadi selama proses penelitian sampai penyusunan artikel ilmiah perlu dilakukan. 

Hal ini untuk mencegah ada kesalahan data, dan adanya kesalahan lain terhadap isi informasi di artikel ilmiah. Sekaligus bisa menjadi pengingat untuk mencegah lupa pada data tertentu yang perlu dicantumkan. 

5. Memilih Jurnal Kredibel 

Tips selanjutnya agar resiko retraction bisa dihindari sejak dini adalah selalu memilih jurnal kredibel. Utamakan jurnal nasional yang terindeks di SINTA, atau jurnal internasional yang terindeks di database bereputasi. 

Salah dalam memilih jurnal membuat publikasi Anda tidak sesuai dengan standar yang berlaku secara umum. Sehingga publikasi tidak diakui dan jika jurnal tersebut terbukti predator. Maka artikel ilmiah Anda tidak bisa disebut publikasi ilmiah kredibel. Statusnya sama seperti ketika retraction terjadi di jurnal kredibel. 

6. Mengikuti Pelatihan 

Tips berikutnya adalah rutin mengembangkan diri dengan mengikuti pelatihan. Baik itu pelatihan terkait profesi dosen yang ditekuni, pelatihan kepenulisan, mengurus publikasi ilmiah, dan sebagainya. 

Lewat sejumlah pelatihan tersebut, dosen semakin familiar dan paham apa itu penarikan pada artikel di jurnal. Sekaligus lebih paham bagaimana mencegah resiko tersebut terjadi lebih dini. 

Perbedaan Retraction dan Withdrawal Artikel

Jika membahas mengenai penarikan artikel atau retraction pada jurnal ilmiah. Beberapa orang akan mengaitkannya dengan istilah withdrawal artikel jurnal ilmiah. Lalu, apakah keduanya memang sama? Jawabannya adalah tidak. 

Salah satu persamaan antara retraction dengan withdrawal adalah melakukan penarikan pada artikel ilmiah. Sehingga keduanya sama-sama berupa tindakan menghapus artikel ilmiah dan dilakukan pihak pengelola jurnal. 

Namun, keduanya juga punya perbedaan signifikan. Dikutip melalui LPPM Universitas Andalas, retraction merupakan tindakan penarikan terhadap artikel ilmiah yang statusnya sudah terpublikasi. 

Sementara untuk withdrawal adalah tindakan penarikan terhadap artikel ilmiah yang belum dipublikasikan. Jika artikel di submit ke sebuah jurnal maka ada beberapa tahapan yang dilalui. 

Dimulai dari pemeriksaan oleh editor jurnal, pemeriksaan oleh dua reviewer atau lebih, kemudian proses revisi dan di review ulang oleh reviewer, baru kemudian masuk proses publikasi di volume berikutnya. 

Jika artikel tersebut masih dalam tahap pemeriksaan editor maupun tahap lain sebelum terbit. Kemudian dilakukan penarikan artikel, maka artikel tersebut mengalami withdrawal bukan retraction.