News

Pembagian Kemendikbudristek, Solusi Atau Masalah Baru?

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) diketahui resmi dipecah menjadi tiga. Mencakup Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, (Kemendikti Saintek) dan Kementerian Kebudayaan. 

Melalui kebijakan baru tersebut, praktis ditetapkan ada 3 menteri, yakni Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Prof. Abdul Mu’ti, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendikti Saintek) Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro dan Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon. 

Memasuki awal tahun 2025, kebijakan membagi satu kementerian menjadi tiga kementerian tentunya mulai diterapkan. Namun, belum banyak yang mengetahui apakah kebijakan ini menjadi solusi atau justru menimbulkan masalah baru di bidang pendidikan di Indonesia. 

Terkait hal tersebut, Dunia Dosen melalui segmen Podcast SANTAI (SAMBANG ASIK NGRITIK TENTANG AKADEMIK & ISU) melakukan pembahasan. Pada Podcast SANTAI ini mengundang Prof. Dr. rer. soc. Masduki, S.Ag., M.Si., MA, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia, untuk menyampaikan pandangannya dari sudut seorang akademisi. 

Dalam perbincangan tersebut, Prof. Masduki menjelaskan adanya kemungkinan efek positif atas pembagian menjadi tiga kementerian. Berikut dampak positif pembagian Kemdikbudristek menurut Prof. Masduki:

1. Kebijakan Lebih Fokus 

Alasan pertama kenapa kebijakan ini diprediksi berdampak positif adalah karena membantu kementerian lebih fokus. Memecah satu kementerian menjadi tiga, membantu masing-masing fokus di aspek spesifik. 

Misalnya di Kemendiktisaintek yang tentu fokus pada kebijakan di perguruan tinggi dan kegiatan riset dalam upaya pengembangan teknologi sehingga tidak perlu memikirkan kebijakan di bidang pendidikan dasar sampai menengah serta kebudayaan. 

Begitu pula dengan dua kementerian lain hasil pecahan dari Kemendikbidristek. Setiap kementerian akan lebih fokus di bidang masing-masing. Hal ini diprediksi bisa menghasilkan kebijakan yang relevan dan sesuai kebutuhan. 

2. Figur di Kursi Menteri yang Relevan 

Alasan yang kedua kenapa kebijakan ini diprediksi berdampak positif adalah dari figur yang duduk di kursi menteri. Para menteri dan wakil menteri di tiga kementerian hasil pemecahan Kemendikbudristek kini berasal dari kalangan akademisi. 

Dimana masing-masing memiliki rekam jejak yang relevan dengan dunia pendidikan di Indonesia. Hal ini tentu berbeda dengan tahun sebelumnya, dimana menteri pendidikan diisi oleh Nadiem Makarim yang diketahui punya latar belakang seorang pelaku bisnis digital. 

Latar belakang para menteri dan wakil menteri yang dilantik Presiden Prabowo yang cukup relevan dengan dunia pendidikan. Tentunya memunculkan harapan kebijakan dari semua menteri ini solutif dan relevan dengan kondisi pendidikan di Indonesia. 

Ditambah, setiap menteri dan wakil menteri akan lebih fokus di satu bidang. Jika di pendidikan tinggi, maka fokus di aspek ini tanpa perlu memusingkan kebijakan di pendidikan dasar dan kebudayaan. Begitu pula sebaliknya. 

Meskipun begitu, salah satu Guru Besar di Universitas Islam Indonesia (UII) ini mengaku efek dari kebijakan baru ini tidak instan. Artinya butuh waktu untuk bisa diketahui apakah memang menjadi solusi atau justru memicu masalah baru di pendidikan Indonesia.

Menurut pandangannya, efek dari kebijakan memecah satu kementerian menjadi tiga ini akan terasa paling tidak 6 sampai 12 bulan atau satu tahun setelah dijalankan atau diterapkan. Sehingga untuk saat ini, semua prediksi mungkin disampaikan para ahli. 

Namun yang pasti, setiap ahli dan pihak manapun yang mencoba memprediksi dampak dari kebijakan baru ini. Pastinya memiliki harapan yang baik. Dimana perubahan skala besar dan terbilang baru di Indonesia ini bisa menjadi solusi dan bukan menjadi sumber masalah baru di sektor pendidikan.

Podcast SANTAI (SAMBANG ASIK NGRITIK TENTANG AKADEMIK & ISU) merupakan podcast dari duniadosen.com yang hadir dengan gaya diskusi yang santai, penuh teka-teki, dan sentuhan satir khas. Podcast ini membahas isu-isu hangat di dunia akademik dengan cara yang menghibur namun tetap tajam. Subscribe Youtube Dunia Dosen agar tidak ketinggalan pembahasan isu terkini dari narasumber ahli!

Simak pembahasan lebih lengkap di Youtube!

Pujiati

Saya menyukai kegiatan membaca, menulis, mendengarkan musik, dan menonton film. Saat ini, selain disibukkan dengan agenda seorang ibu rumah tangga, saya aktif menjadi Content Writer untuk situs di Deepublish Group. Sesekali saya juga membuat artikel untuk media Hops ID.

Recent Posts

Perbedaan Buku Ajar, Buku Monograf, dan Buku Referensi

Sebelum mulai menulis naskah, tentunya penting untuk memahami detail perbedaan buku ajar, buku monograf, dan…

2 days ago

Pedoman Penulisan Buku Ajar dan Buku Monograf Sesuai Standar Ditjen Dikti

Membaca buku berisi pedoman penulisan buku ajar dan buku monograf tentu hal penting bagi dosen.…

2 days ago

Memahami Ketentuan Luaran dan Struktur Buku Hasil Penelitian Dosen

Mengenal luaran dan struktur buku hasil penelitian tentu penting bagi seorang dosen. Sebab, luaran dalam…

3 days ago

Mengapa Dosen Perlu Mengikuti Pelatihan Menulis? Berikut 10 Alasannya

Pernahkah bertanya-tanya, mengapa dosen perlu mengikuti pelatihan menulis? Pertanyaan ini tentu lumrah dimiliki oleh calon…

3 days ago

9 Hal yang Menunjukan Urgensi Penerbitan Buku Monograf sebagai Luaran Hasil Penelitian

Ada banyak sekali arti penting atau urgensi penerbitan buku monograf sebagai luaran hasil penelitian. Sebab…

3 days ago

Memahami Format, Ketentuan, dan Tujuan dari Book Chapter

Penyebarluasan hasil penelitian dosen bisa dilakukan dengan menerbitkan book chapter atau bunga rampai. Namun, tentunya…

3 days ago