Publikasi

Pedoman Penulisan Buku Ajar dan Buku Monograf Sesuai Standar Ditjen Dikti

Membaca buku berisi pedoman penulisan buku ajar dan buku monograf tentu hal penting bagi dosen. Sebab, dua jenis buku ilmiah ini akan rutin ditulis dan diterbitkan oleh para dosen di Indonesia. 

Menerbitkan buku ilmiah oleh dosen, wajib mengikuti ketentuan Ditjen Dikti. Sehingga diakui dan kemudian bisa masuk ke pelaporan BKD sekaligus menunjang kenaikan jabatan fungsional. Lalu, seperti apa penulisan buku ajar dan monograf yang benar? Berikut informasinya. 

Apa Itu Buku Ajar?

Membahas mengenai topik pedoman penulisan buku ajar dan buku monograf, tentu diawali dengan membahas definisi keduanya. Buku ajar dan buku monograf sama-sama jenis dari buku ilmiah. Namun, keduanya berbeda dari segi isi dan aspek lainnya. 

Mengacu pada buku Panduan Penerbitan Buku BINUS Press. BINUS University Press yang disusun Nurlina, dkk. (2023), buku ajar adalah buku yang disusun dan ditulis oleh para ahli di bidangnya dan menjadi sumber pembelajaran dalam dunia pendidikan.

Buku ajar umumnya disusun oleh dosen mengacu pada RPS yang disusun di awal semester. Sehingga isinya adalah seluruh materi dari suatu mata kuliah yang disusun runtut sesuai alur logika keilmuan dan urutan di dalam RPS. 

Inilah alasan kenapa buku ajar bisa digunakan oleh mahasiswa sebagai pegangan dalam mengikuti perkuliahan. Sekaligus bisa dijadikan media untuk belajar mandiri di luar jam perkuliahan. 

Buku ajar menjadi salah satu dari beberapa jenis buku ilmiah. Berikut beberapa ciri khas yang dimiliki buku ajar dan membedakannya dengan buku ilmiah lainnya: 

1. Berisi Materi Pembelajaran Instruksional

Ciri khas pertama yang membuat buku ajar berbeda dengan buku ilmiah lai, termasuk monograf adalah isinya. Yakni berupa materi pembelajaran instruksional. Artinya, buku monograf berisi panduan mempelajari dan memahami materi pembelajaran. 

Sehingga di dalamnya mencantumkan penjelasan mengenai suatu materi dari suatu mata kuliah. Kemudian diimbangi dengan penambahan ilustrasi sampai latihan soal. Sehingga ada alur yang mengajak pembaca memahami materi dulu, kemudian memperdalam lewat ilustrasi, dan diakhiri dengan latihan soal. 

2. Disusun Berdasarkan RPS

Ciri khas kedua dari buku monograf adalah disusun dengan mengacu pada RPS (Rencana Pembelajaran Semester). Hal ini menjadi ciri khas, karena buku ilmiah lain seperti buku monograf bersumber dari hasil penelitian. 

Naskah buku ajar juga disusun dosen dengan mengacu hasil penelitian. Akan tetapi, acuan utamanya adalah RPS. Sebab tujuan utama buku ajar disusun adalah menjadi pemandu mahasiswa dalam mempelajari seluruh materi di satu mata kuliah. 

Sehingga materi yang disajikan disesuaikan dengan RPS yang disusun dosen di awal semester. Hal ini membentuk keselarasan antara RPS dan isi buku ajar. Kemudian, keduanya mendukung tercapainya CPMK di dalam RPS. 

3. Menggunakan Gaya Bahasa Semi Formal

Ciri khas ketiga, buku ajar disusun dengan gaya bahasa semi formal. Sehingga cara penulis menyajikan materi atau isi buku tidak terlalu kaku sebagaimana pada karya ilmiah murni. Misalnya pada artikel ilmiah untuk prosiding dan jurnal yang gaya bahasanya formal, bukan semi formal. 

Gaya bahasa semi formal tetap mengedepankan penggunaan kosakata baku sesuai EYD. Namun, mengedepankan pemilihan kosakata umum dan meminimalkan kosakata ilmiah. Kata atau istilah ilmiah tetap ada, akan tetapi dijelaskan definisinya. Sehingga penjelasan materi pembelajaran lebih mudah dipahami mahasiswa. 

4. Terdapat Ilustrasi, Studi Kasus, dan Latihan Soal

Ciri khas lainnya, buku monograf mengandung ilustrasi untuk memudahkan pemahaman pembaca pada materi yang dijelaskan. Kemudian, diimbangi dengan studi kasus. Selain itu, sering juga memberikan analogi yang relevan. 

Buku ajar, di setiap babnya juga ditutup dengan latihan soal. Sehingga, setelah materi dipelajari dengan baik dan mendalam. Maka isi buku ajar mengarahkan pembaca menguji tingkat pemahaman dengan memberi latihan soal. 

Apa Itu Buku Monograf?

Memahami pedoman penulisan buku ajar dan buku monograf, tentu perlu memahami juga apa itu buku monograf. Buku monograf adalah salah satu jenis buku ilmiah yang memiliki fokus substansi hanya pada satu topik tertentu sesuai dengan kompetensi penulis. 

Naskah buku monograf disusun dosen berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Sehingga menjadi bagian dari luaran penelitian berbentuk publikasi ilmiah selain publikasi ke prosiding maupun jurnal ilmiah. 

Buku monograf umumnya ditulis dosen sebagai penulis tunggal, sehingga tidak berkolaborasi dengan dosen lain dalam penyusunanya. Buku monograf sering dianggap sama dengan buku referensi. Berikut beberapa ciri khas yang membedakannya dengan buku referensi maupun dengan buku ajar: 

1. Fokus Membahas Satu Topik

Sesuai dengan namanya, yang memiliki istilah “mono”. Nama buku monograf menjelaskan isi di dalamnya yang hanya fokus pada satu topik saja di suatu bidang keilmuan. Sementara pada buku referensi membahas beberapa topik. 

Perbedaan dengan buku ajar, buku ajar fokus membahas berbagai topik dalam suatu mata kuliah di suatu bidang keilmuan. Sehingga isi buku ajar di setiap babnya membahas berbagai materi yang disusun runtut menyesuaikan isi RPS. 

2. Ditulis Satu Orang

Sesuai penjelasan sebelumnya, ciri khas kedua dari buku monograf adalah ditulis satu penulis. Berbeda dengan buku referensi yang bisa ditulis oleh beberapa dosen atau beberapa ahli dibidang yang sama. Sebab membahas beberapa topik. 

Buku monograf hanya fokus di satu topik dan hanya bisa disusun oleh satu orang dosen. Inilah alasan kenapa dalam buku monograf yang sudah terbit di pasaran hanya memiliki satu nama penulis. Sebab, ketentuannya memang demikian dan menjadi ciri khasnya. 

3. Merupakan Terbitan Tunggal

Ciri khas buku monograf berikutnya adalah terbit secara tunggal. Artinya, satu judul buku yang fokus pada satu materi hanya terbit dalam satu buku saja. Bukan terbit berseri sampai ada jilid kedua, jilid ketiga, dan seterusnya. 

Jadi, topik di dalam buku monograf harus dijelaskan secara rinci dan mendalam. Sehingga bisa terbit sekali dan sudah membantu pembaca memahami topik tersebut. Berbeda dengan buku referensi yang bisa terbit berseri. 

4. Bersumber dari Hasil Penelitian

Ciri khas buku monograf berikutnya adalah bersumber dari hasil penelitian. Inilah alasan yang membuat buku monograf bisa menjadi bagian dari laporan penelitian. Kemudian saat dosen memasukkannya ke laporan BKD, maka masuk ke tugas penelitian. Sementara buku ajar di tugas pendidikan. 

Struktur Umum Penulisan Buku Ajar dan Buku Monograf

Salah satu bagian dari topik pedoman penulisan buku ajar dan buku monograf adalah strukturnya. Struktur dari buku ajar maupun buku monograf tidak jauh berbeda. Struktur ini terbagi menjadi 3 bagian, berikut penjelasannya: 

1. Bagian Awal

Sebelum masuk ke halaman yang menjelaskan inti buku, biasanya akan ada beberapa halaman pembuka. Halaman-halaman ini masuk ke bagian awal. Berikut beberapa halaman yang termasuk bagian awal dari struktur buku ilmiah: 

  • Sampul (Cover)
  • Judul Prancis (Judul Semu, Judul Pancir)
  • Judul Penuh/Halaman Judul
  • Halaman Hak Cipta
  • Kata Pengantar
  • Prakata
  • Pendahuluan
  • Daftar Isi
  • Daftar Gambar
  • Daftar Tabel

2. Bagian Isi

Bagian kedua di dalam struktur buku ilmiah adalah bagian isi buku yang berisi inti dari buku ilmiah tersebut. Pada bagian ini terdiri dari beberapa bab dan beberapa subbab yang menyusun setiap bab. 

Jumlah bab dan subbab sifatnya fleksibel. Sebab disesuaikan dengan hasil penjabaran topik dari pihak penulis. Sehingga tidak ada ketentuan jumlah bab minimal berapa atau maksimal berapa. Kecuali untuk bunga rampai, yang minimal terdiri dari 5 bab. 

3. Bagian Akhir

Bagian berikutnya dari struktur umum buku ilmiah adalah bagian akhir atau disebut juga dengan bagian belakang. Disebut demikian, karena bagian akhir ini terletak di halaman paling belakang buku ilmiah. 

Pada bagian akhir, terdiri dari beberapa halaman khusus. Mayoritas bersifat fleksibel kecuali untuk daftar pustaka dan profil penulis. Berikut adalah beberapa halaman yang mengisi bagian akhir buku ilmiah: 

  • Lampiran
  • Glosarium (Daftar Istilah)
  • Kredit Gambar
  • Daftar Pustaka
  • Indeks
  • Profil Penulis.

Sebagai informasi tambahan, struktur buku ajar dan buku monograf yang dijelaskan di atas bersifat umum. Pada praktek di lapangan, struktur buku menyesuaikan dengan berbagai aturan dan ketentuan. 

Misalnya, jika buku ajar dan buku monograf disusun dengan dukungan pendanaan dan sumber daya lain dari internal perguruan tinggi. Maka strukturnya mengikuti kebijakan perguruan tinggi tersebut. 

Demikian juga jika disusun sebagai luaran program hibah, maka struktur menyesuaikan dengan kebijakan penyelenggara hibah. Sehingga terdapat buku panduan berisi ketentuan struktur buku ilmiah yang satu sama lain berbeda. Para dosen bisa menyesuaikan. 

Format Umum Penulisan Buku Ajar dan Buku Monograf

Dalam topik pedoman penulisan buku ajar dan buku monograf, tentu mencakup pembahasan mengenai format penulisan. Format penulisan buku ilmiah pada dasarnya bisa bersifat umum dan bersifat khusus sebagaimana struktur buku ilmiah yang sudah dijelaskan. 

Berhubung format buku ajar dan buku monograf bisa berbeda-beda bergantung pada kebijakan perguruan tinggi yang menaungi dosen, kebijakan penyelenggara hibah, dan pihak lain yang terkait. Maka berikut beberapa ketentuan umum dalam aspek format penulisan:

1. Ukuran Cetak

Format penulisan naskah buku ajar maupun buku monograf yang pertama adalah terkait ukuran cetak. Buku ilmiah karya dosen agar diakui Ditjen Dikti dan masuk ke pelaporan BKD harus diterbitkan dalam kertas cetak berukuran UNESCO (15,5 cm x 23 cm). 

2. Pengaturan Margin

Format berikutnya adalah dari aspek pengaturan margin di aplikasi pengolah kata yang digunakan untuk menyusun naskah buku ajar dan buku monograf. Secara umum, margin yang disarankan diatur dalam atas 2 cm, bawah 2 cm, kanan 2 cm, kiri 2 cm. 

3. Jenis dan Ukuran Font (Huruf)

Format penulisan buku ajar dan buku monograf berikutnya adalah berkaitan dengan jenis dan ukuran font atau huruf. Umumnya, naskah dari kedua buku ilmiah ini diketik dengan huruf Times New Roman. Sementara untuk ukuran, umumnya 12 pt. 

4. Ketentuan Spasi

Format penulisan buku ajar dan buku monograf selanjutnya adalah dari aspek pengaturan spasi. Spasi pada naskah buku ajar maupun monograf umumnya diminta 1.5 spasi. 

5. Ketentuan Jumlah Halaman Buku

Format penulisan buku ajar dan buku monograf selanjutnya dari aspek jumlah halaman. Jumlah halaman di setiap jenis buku ilmiah berbeda-beda. Pada buku ajar, jumlah halaman minimal adalah 49 halaman. Sehingga sekaligus memenuhi syarat mendapatkan ISBN dari Perpusnas. 

Namun, jika buku ajar diterbitkan melalui dukungan program hibah. Misalnya hibah penelitian. Maka biasanya jumlah halaman minimal sebanyak 200 halaman. Akan tetapi, bisa berubah menyesuaikan kebijakan penyelenggara hibah. 

Sementara jumlah halaman untuk buku monograf adalah 49 halaman. Namun untuk memenuhi standar proporsional penerbitan buku ilmiah, disarankan antara 80 sampai 100 halaman. 

Buku ilmiah termasuk ke dalam jenis karya tulis ilmiah, maka sudah sewajarnya terikat sejumlah aturan. Termasuk aturan terkait format penulisan yang dijelaskan di atas. Bagi dosen, memahami dan mematuhi ketentuan format tersebut sangat penting. 

Sebab akan menentukan apakah buku ajar dan monograf yang disusun bisa masuk ke pelaporan BKD. Sehingga bisa membantu memenuhi BKD dan juga membantu kenaikan jenjang jabatan fungsional. Selain itu, adanya ketentuan format juga memastikan adanya keselarasan buku ilmiah yang ditulis dan diterbitkan seluruh dosen di Indonesia. 

Ketentuan Penerbitan Buku Ajar dan Buku Monograf

Bagian berikutnya dari pembahasan mengenai pedoman penulisan buku ajar dan buku monograf adalah ketentuan penerbitan. Buku ajar dan buku monograf yang ditulis oleh dosen wajib diterbitkan dan diakses secara luas oleh masyarakat. 

Sehingga tidak bisa hanya ditulis, dicetak, dan kemudian masuk ke perpustakaan perguruan tinggi saja. Namun, penerbitan buku ilmiah karya dosen jua harus memenuhi sejumlah ketentuan. Diantaranya adalah: 

1. Terbit dengan ISBN

Buku ajar maupun buku monograf dan buku ilmiah jenis lainnya wajib terbit dengan ISBN (International Standard Book Number). Tidak semua buku terbit dengan ISBN, terutama yang dicetak terbatas. 

Kemudian ditujukan untuk pembaca dari kalangan tertentu saja. Sehingga tidak didistribusikan ke berbagai toko buku dan berbagai wilayah di Indonesia. Maka setiap buku yang ditulis dosen wajib ber-ISBN agar bisa terdistribusi ke seluruh Indonesia. 

2. Diterbitkan Melalui Penerbit Lembaga Ilmiah

Salah satu upaya untuk memastikan buku ajar dan monograf yang ditulis dosen terbit ber-ISBN adalah memilih penerbit yang tepat. Salah satu ketentuan penerbitan buku ilmiah memang diterbitkan penerbit lembaga ilmiah. 

Yakni perusahaan penerbitan yang memahami betul standar penerbitan buku ilmiah. Penerbit ini bisa dikelola perguruan tinggi, lembaga penelitian, maupun dikelola oleh pihak swasta. 

3. Melalui Proses Editorial

Ketentuan lainnya, naskah buku ajar dan buku monograf sudah melewati proses editorial. Artinya, ada proses penerbitan yang terdiri dari beberapa tahapan. Tujuannya untuk memastikan buku tersebut berkualitas dan memenuhi standar keilmuan. 

Oleh sebab itu, naskah buku wajib diperiksa oleh editor dan dibaca oleh pakar di bidangnya (proses peer review). Kemudian ada prose revisi, jika memang ada. Jika sudah, barulah masuk ke tahap cetak dan proses distribusi (penerbitan ke publik). 

4. Isi Tidak Menyimpang dari UUD 1945 dan Pancasila

Ketentuan yang terakhir, buku ajar maupun buku monograf yang ditulis dosen tidak melanggar hukum. Sehingga isinya perlu dipastikan tidak menyimpang dari UUD 1945 maupun Pancasila. 

Inilah alasan kenapa perlu ada proses editorial saat menerbitkan kedua jenis buku ilmiah tersebut. Sebab, isi atau substansi naskahnya perlu dipastikan dulu memang benar dan tidak ada penyimpangan dari aturan hukum di Indonesia. Barulah kemudian bisa disebut layak untuk terbit. 

Ketentuan penerbitan di atas juga menjadi hal yang wajib dipatuhi dan dipenuhi para dosen. Sehingga menjadi bagian dari pedoman penulisan buku ajar dan buku monograf. Sebab keduanya wajib diterbitkan dan penerbitannya diatur standarnya oleh Ditjen Dikti.

Cek juga kelas online dari Duniadosen disini! Kumpulan E-Course.

Referensi:
  1. Nurlina., Basaria, F. T., Ernawati, E., Supria., & Taruliasi, A. M. (2023). Panduan Penerbitan Buku BINUS Press. BINUS University Press. [BUKA]
  2. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Tanjungpura. (n.d). Klasifikasi Buku: Buku Ajar, Buku Referensi, Monograf, Book Chapter, dan Buku Jenis Lainya. [BUKA]
  3. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Muhammadiyah Palembang. (2022). Panduan Program Hibah Penulisan Buku Ajar, Referensi dan Monograf Tahun 2022. [BUKA]

Ahmad Aziz

Graduated from Brawijaya University with a growing passion for SEO, content marketing, digital strategy, and building WordPress websites.

Recent Posts

Perbedaan Buku Ajar, Buku Monograf, dan Buku Referensi

Sebelum mulai menulis naskah, tentunya penting untuk memahami detail perbedaan buku ajar, buku monograf, dan…

6 hours ago

Memahami Ketentuan Luaran dan Struktur Buku Hasil Penelitian Dosen

Mengenal luaran dan struktur buku hasil penelitian tentu penting bagi seorang dosen. Sebab, luaran dalam…

1 day ago

Mengapa Dosen Perlu Mengikuti Pelatihan Menulis? Berikut 10 Alasannya

Pernahkah bertanya-tanya, mengapa dosen perlu mengikuti pelatihan menulis? Pertanyaan ini tentu lumrah dimiliki oleh calon…

1 day ago

9 Hal yang Menunjukan Urgensi Penerbitan Buku Monograf sebagai Luaran Hasil Penelitian

Ada banyak sekali arti penting atau urgensi penerbitan buku monograf sebagai luaran hasil penelitian. Sebab…

1 day ago

Memahami Format, Ketentuan, dan Tujuan dari Book Chapter

Penyebarluasan hasil penelitian dosen bisa dilakukan dengan menerbitkan book chapter atau bunga rampai. Namun, tentunya…

1 day ago

10 Faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan BKD

Tahukah Anda, faktor apa saja yang mempengaruhi BKD atau pencapaian BKD? Dosen di Indonesia tentu…

2 days ago