Dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan di perguruan tinggi, penerapan kurikulum Outcomes Based Education (OBE) penting untuk dilakukan. Regulasi dari pemerintah melalui Kemdiktisaintek juga mendukung penerapan kurikulum OBE ini.
Regulasi tersebut ditandai melalui penerbitan Permendiktisaintek No. 39 Tahun 2025 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi. Namun, belum semua perguruan tinggi menerapkan OBE karena berbagai faktor. Lalu, apa itu OBE dan kenapa perlu menggantikan kurikulum lama? Berikut informasinya.
Daftar Isi
ToggleApa Itu Outcome Based Education (OBE)?
Dikutip melalui Telkom University, Outcome Based Education (OBE) adalah pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada capaian hasil belajar (learning outcomes) yang harus dicapai oleh mahasiswa setelah menyelesaikan suatu program studi.
Dalam bahasa Indonesia, OBE sendiri diterjemahkan menjadi Pendidikan Berbasis Capaian. Lalu, seperti apa capaian atau outcome yang diharapkan? Outcome dalam penerapan kurikulum OBE sendiri mencakup pengetahuan (knowledge) dan keahlian (skill).
Kedua jenis outcome tersebut juga harus bisa diukur (concretely measurable). Kurikulum OBE ini kemudian diketahui sangat berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Kurikulum OBE akan fokus pada outcome dalam bentuk pengetahuan mahasiswa.
Kondisi ini yang membuat lulusan di jenjang perguruan tinggi di Indonesia lebih banyak menerima ilmu secara teori dibanding praktek sehingga tidak memiliki cukup skill atau keterampilan praktis yang relevan dengan dunia kerja.
Padahal, lulusan dari perguruan tinggi banyak yang memilih terjun ke dunia kerja. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, ada kebutuhan untuk menerapkan Outcome Based Education (OBE).
Dalam OBE, mahasiswa tidak hanya menerima ilmu secara teori akan tetapi juga praktik sehingga menguasai 2 jenis outcome sekaligus, pengetahuan dan keterampilan. OBE juga mendorong perguruan tinggi lebih fleksibel dalam menerapkan materi pembelajaran kepada mahasiswa.
Baik ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diberikan bisa sesuai dengan perkembangan jaman. Harapannya, penerapan OBE bisa membantu menghasilkan lulusan perguruan tinggi yang benar-benar punya keterampilan sesuai kebutuhan dunia kerja atau industri.
Manfaat Kurikulum OBE
Menerapkan kurikulum Outcomes Based Education (OBE) diharapkan mampu memberikan sejumlah manfaat atau dampak positif. Berikut beberapa manfaat menerapkan kurikulum OBE, diantaranya:
1. Kualitas Lulusan Lebih Relevan dengan Dunia Kerja
Penerapan OBE bermanfaat dalam meningkatkan kualitas lulusan di jenjang perguruan tinggi karena bisa dibekali dengan berbagai keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
OBE mendukung mahasiswa punya ilmu pengetahuan dan keterampilan praktis sekaligus. Harapannya, penerapan OBE bisa membantu lulusan perguruan tinggi segera mendapat pekerjaan. Sekaligus bisa berkontribusi lebih pada perusahaan tempat mereka bekerja.
2. Meningkatkan Akuntabilitas Perguruan Tinggi dan Mahasiswa
Manfaat kedua dari penerapan kurikulum OBE adalah meningkatkan akuntabilitas, baik akuntabilitas perguruan tinggi maupun mahasiswa. Melalui OBE, perguruan tinggi terdorong untuk menerapkan proses pendidikan yang mendukung penguasaan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa.
Sehingga, lulusannya bisa dilihat berkualitas, karena ada keseimbangan antara penguasaan ilmu teori dan ilmu praktis. Bagi mahasiswa, nilai yang didapat dan tercantum dalam transkrip nilai.
Mulai dari nilai per mata kuliah sampai IPK adalah murni sesuai pencapaian mereka karena penilaian mengandalkan outcome mahasiswa itu sendiri. Baik dalam bentuk tugas, proyek, portofolio, dan lain sebagainya.
3. Mendorong Mahasiswa Menguasai Keterampilan Abad 21
Manfaat berikutnya dari penerapan kurikulum Outcomes Based Education (OBE) adalah mengajarkan keterampilan abad 21 kepada mahasiswa. Hal ini sejalan dengan kebutuhan memberikan ilmu teori dan praktis secara seimbang dan mendorong mahasiswa menguasai keterampilan yang relevan dengan dunia kerja.
Sehingga, perguruan tinggi dan para dosen akan mengajarkan berbagai keterampilan yang dibutuhkan di masa sekarang. Misalnya keterampilan komunikasi, berpikir kritis, pemecahan masalah (problem solving).
4. Proses Pembelajaran Lebih Transparan
Penerapan kurikulum OBE juga bermanfaat dalam menjalankan proses pembelajaran yang lebih transparan. Dalam menyusun RPS, para dosen akan menjelaskan secara rinci apa yang akan dipelajari mahasiswa, keterampilan yang dikuasai mahasiswa, dan standar atau kriteria keberhasilan mahasiswa.
Jadi, mahasiswa juga sudah mengetahui sejak awal kriteria penilaian dan outcome apa yang harus dihasilkan untuk memenuhi kriteria tersebut. Semua proses pembelajaran dari penyampaian materi sampai proses penilaian terdokumentasi dan bisa diakses mahasiswa atau pihak lain selaku pemangku kepentingan.
5. OBE Fleksibel dan Adaptif
Manfaat berikutnya dari penerapan kurikulum OBE adalah sifat penerapan yang fleksibel dan adaptif. Disebut demikian karena OBE tidak menerapkan sistem penilaian yang kaku, melainkan fleksibel dan memperhatikan hasil penilaian bertahap.
Penerapan seluruh proses pembelajaran juga adaptif untuk disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan mahasiswa. Sehingga, para dosen bisa menentukan mahasiswanya sudah siap menerima materi yang direncanakan atau belum. Kemudian, bisa diubah jika memang diperlukan agar lebih sesuai.
6. OBE Mendorong Perbaikan Berkelanjutan
Manfaat selanjutnya dari penerapan kurikulum OBE adalah mendorong perbaikan berkelanjutan. Pertama, dari sifanya yang fleksibel dan adaptif sesuai penjelasan sebelumnya, kurikulum OBE benar-benar sesuai kebutuhan dan kondisi mahasiswa.
Penerapan OBE juga diikuti proses evaluasi, baik oleh perguruan tinggi maupun pemerintah melalui proses akreditasi. Selanjutnya, OBE memiliki salah satu tujuan memberikan keterampilan abad 21 kepada mahasiswa yang kompleks dan terus berkembang.
OBE diharapkan dengan sifatnya yang fleksibel bisa terus mengikuti perkembangan jaman. Dengan demikian, semua mahasiswa akan menerima pengetahuan dan keterampilan terkini sesuai kebutuhan dunia kerja.
Kelebihan OBE
Mengenal lebih jauh mengenai Outcomes Based Education (OBE), tentu mencakup juga kelebihan yang dimiliki. Secara umum, OBE memiliki beberapa kelebihan yang membuatnya berbeda dengan kurikulum pendidikan tinggi lain, seperti:
1. Outcome atau Capaian Lebih Jelas
Kelebihan pertama dari kurikulum OBE adalah capaian atau outcome pembelajaran yang lebih jelas karena berbentuk proyek, portofolio, dan sejenisnya. Sehingga, para mahasiswa bisa mengejar outcome tersebut dan meraih nilai maksimal.
2. Fleksibilitas Tinggi
Kurikulum OBE juga cenderung fleksibel, yang kemudian membuatnya sangat adaptif. Para dosen dalam menyusun RPS bisa disesuaikan dengan kemampuan mahasiswa atau kebutuhan mereka. Selain itu, OBE membuat proses pembelajaran terus mengikuti perkembangan jaman.
3. Meningkatkan Keterlibatan Mahasiswa
Kelebihan OBE berikutnya adalah mampu meningkatkan keterlibatan mahasiswa. Dalam perkuliahan tidak hanya mendapat transfer ilmu teori, melainkan ada proses praktek langsung dengan dampingan dosen sehingga mahasiswa lebih aktif dan keterlibatannya dalam pembelajaran lebih optimal.
4. OBE Memudahkan Proses Perbandingan
Kelebihan OBE berikutnya adalah memudahkan proses perbandingan, yakni nilai mahasiswa. Hal ini terjadi karena penilaian berbasis pada outcome, bukan pada aspek lain. Misalnya pada aspek kreativitas, pengembangan karakter.
Hal ini memudahkan perguruan tinggi melakukan perbandingan nilai saat menerima pendaftar mahasiswa yang ingin transfer. Pengukuran nilainya lebih mudah dan menentukan kreditnya juga lebih mudah.
Regulasi OBE
Dasar hukum yang menjadi dasar regulasi atau pengaturan penerapan Outcomes Based Education (OBE) di Indonesia cukup beragam. Mulai dari sejumlah peraturan dan UU dari pemerintah dan kementrian, sampai pada revolusi industri 4.0. Berikut penjelasannya:
1. Peraturan Pemerintah dan Kementerian
Regulasi penerapan OBE didasarkan pada sejumlah peraturan dari pemerintah sampai kementerian terkait di lingkungan pendidikan tinggi. Beberapa diantaranya:
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
- Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia.
- Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Permendiktisaintek) Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
- Permendiktisaintek Nomor 62 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Minimal.
- Permenristekdikti Nomor 32 Tahun 2016 tentang Akreditasi Program Studi Dan Perguruan Tinggi.
- Permendiktisaintek Nomor 39 Tahun 2025 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi.
2. Perkembangan Dunia Pendidikan Tinggi
Dasar penerapan kurikulum Outcomes Based Education (OBE) juga dipengaruhi oleh perkembangan pendidikan tinggi di Indonesia dan dunia. Dulunya, kesenjangan pendidikan tinggi dengan dunia kerja sangat tinggi.
Keterampilan lulusan kurang relevan dengan kebutuhan dunia kerja. OBE menjadi salah satu kurikulum yang bisa mengatasi kesenjangan tersebut, terutama sudah dibuktikan efektivitasnya di sejumlah negara maju.
3. Revolusi Industri 4.0
Adanya revolusi industri 4,0 kemudian mendorong perkembangan atau revolusi pendidikan 4.0 sehingga mahasiswa di perguruan tinggi dituntut untuk menguasai berbagai keterampilan abad ke-21. OBE dipandang bisa menjadi solusi mencapai hal tersebut.
4. Standar Akreditasi Perguruan Tinggi
Regulasi terkait proses akreditasi perguruan tinggi yang diterapkan di Indonesia kemudian menghasilkan 9 kriteria penilaian. Salah satunya menilai kualitas lulusan perguruan tinggi sehingga kurikulum OBE dipandang bisa membantu perguruan tinggi memenuhi salah satu kriteria penilaian akreditasi tersebut.
Tahap Implementasi OBE
Proses penerapan atau implementasi kurikulum Outcomes Based Education (OBE) tentu penting juga untuk dipahami. Secara umum, implementasi OBE menggunakan desain ackwards curriculum design.
Sehingga akan fokus dulu dalam menentukan target capaian (outcomes) baru ke proses pembelajaran. Hal ini berbanding terbalik dengan kurikulum sebelumnya yang fokus dulu dalam menentukan proses pembelajaran. Berikut detail seluruh tahapan dalam implementasi OBE:
1. Tahap Perancangan Kurikulum
Tahap pertama dalam implementasi OBE adalah tahap perancangan kurikulum yang mencakup 3 hal, yakni menentukan Profil Lulusan, CPL, dan CPMK. Berikut detailnya:
a. Profil Lulusan
Profil lulusan adalah deskripsi komprehensif mengenai karakter, sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh lulusan suatu program studi. Secara sederhana, profil lulusan ditentukan dengan menjawab pertanyaan “lulusan akan menjadi apa atau menjadi siapa (profesi)?”.
Misalnya dosen menentukan profil lulusan untuk mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris sebagai pendidik bahasa Inggris profesional untuk semua jenjang pendidikan (SD, SMP, dan SMA).
b. Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL)
CPL adalah pernyataan standar kompetensi lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan jenjang program studi. CPL disusun dengan menjawab pertanyaan “kemampuan apa yang harus dimiliki mahasiswa agar menjadi profil lulusan yang ditetapkan sebelumnya?”.
Seperti contoh sebelumnya, jika profil lulusan diharapkan menjadi pendidik bahasa Inggris profesional. CPL bisa dibuat sebagai berikut:
- Sikap: Menunjukkan etika akademik dan profesionalisme dalam mengajar dan berinteraksi.
- Keterampilan Umum: Mampu berkomunikasi secara efektif dalam konteks lintas budaya.
c. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
CPMK adalah kompetensi spesifik yang harus dikuasai mahasiswa setelah menyelesaikan mata kuliah tertentu. CPMK berisi penjelasan hasil pembelajaran mahasiswa di setiap mata kuliah. Sehingga, isinya harus bisa menjawab pertanyaan “harus bisa apa usai menyelesaikan mata kuliah ini?”
2. Tahap Perancangan Pembelajaran
Tahap kedua dalam implementasi OBE adalah perancangan pembelajaran. Isinya tentu menjelaskan materi apa saja yang akan disampaikan, memakai metode pembelajaran apa, tugas apa untuk mengukur tingkat pemahaman mahasiswa, keterampilan apa yang akan diajarkan.
3. Tahap Evaluasi Program Pembelajaran dan Penilaian
Tahap keempat dalam implementasi Outcomes Based Education (OBE) adalah evaluasi pada proses pembelajaran, kemudian proses penilaian. Keduanya dilakukan berkelanjutan sehingga penerapan OBE terus membaik dan selalu relevan dengan perkembangan jaman.



