Inspirasi

Niswatin, Dosen dengan Karya 25 Buku

 

Menulis adalah kegiatan yang lekat dengan profesi dosen. Tak sedikit dosen yang aktif menulis. Entah itu menulis buku atau artikel ilmiah. Salah satunya dosen dengan karya 25 buku ini. Dosen tersebut adalah Niswatin Nurul Hidayati. Bagaimana rekam jejak Niswatin? Simak ulasannya berikut.

Niswatin atau kerap disapa Anis ini dikenal sebagai dosen sekaligus penulis. Ia adalah dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hikmah, Tuban, Jawa Timur. Semua buku yang ditulis oleh Anis berbahasa Inggris. Dosen dengan kaya 25 buku telah menekuni dunia kepenulisan sejak menempuh pendidikan Magister di Universitas Gadjah Mada.

Saat itu ia iseng mengikuti komunitas jurnalis. Ia terus didorong untuk menulis. Sejak tahun 2013 tersebut, ia mulai belajar menulis. Hal ini sempat ia utarakan kepada radarbojonegoro.jawapos.com.

Selain menulis buku, Anis juga cukup produktif menulis untuk jurnal. Karya terbaru, ia menulis Rethinking the Quality of Children`s Bilingual Story Books yang terbit dalam jurnal AL-ASASIYYA: Journal of Basic Education 4 (1) 46-60,  Storytelling: One Package Learning in Improving Language Skill and Implanting Character Education on Children yang terbit dalam jurnal  EDUKASI: Jurnal Pendidikan Islam 7 (2), 53-72.

Selanjutnya, Telling about Islamic Heroes and Female Leaders: Ways of Implanting Self-Concept, Moral, and Religious Value on Children yang terbit dalam Auladuna: Jurnal Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah 1 (2), 1-14, Women Portrayal in Indonesian Folklores: a Semiotic Study terbit dalam jurnal An-Nas 3 (1), 66-81, dan buku Vocabulation Easy Way to Learn Vocabulary and Conversation. Sementara itu karyanya terlaris sejauh ini berjudul IELTS Preparation.

Dilansir dari radarbojonegoro.jawapos.com, dosen dengan karya 25 buku ini pertama kali menulis buku pada tahun 2014. Ia sempat merasa ragu dan berhenti menulis. Namun akhirnya ia berhasil menyelesaikan bukunya tersebut. Ia kembali menemukan semangat dan mendapatkan dukungan dari teman-temannya.

Saat akan mencetak buku, ia mencari percetakan yang sesuai. Percetakan yang dipilihnya ada di Yogyakarta waktu itu. Setelah melalui proses pengajuan buku dan persetujuan, buku pertamanya pun terbit. Judulnya Mega Bank of Grammar.

Tak disangka, buku pertamanya tersebut laris. Pengalaman pertama tersebut memotivasi Anis untuk menulis lagi. Lantas ia menulis buku berbahasa Inggris. Hal ini sesuai dengan latar belakang pendidikannya yakni alumni Fakultas Bahasa dan Satra Inggris. Di sisi lain, ia berpikir buku pembelajaran bahasa Inggris masih kurang di Indonesia.

Niswatin atau kerap disapa Anis ini dikenal sebagai dosen sekaligus penulis. Ia mempunyai karya sebanyak 25 buku. (dok. radarbojonegoro.jawapos.com)

Celah ini yang dilihat oleh Anis sebagai peluang. Ia pun menulis dan menerbitkan buku bahasa Inggris. Setlah buku pertama, ia kembali menulis buku ke dua di tahun yang sama. Jadi tahun 2014 tersebut, Anis menulis dua buku yakni Vocabulation Easy to Learn Vocabulary and Conversation dan Mega Bank of Grammar. Tahun-tahun selanjutnya ia berusaha tetap produktif. Hal ini terbukti dari empat karya yang lahir di tahun 2015.

Perihal penerbit yang dipilih untuk menerbitkan buku-bukunya selama ini. Ia mengaku cukup sering berganti penerbit. Ia menyesuaikan  antara kebijakan setiap penerbit dan kebutuhannya sendiri. Apabila kebijakannya cocok, ia akan memilih penerbit tersebut.

“Setiap penerbit memiliki kebiakan berbeda. Sehingga royalti dari karyanya pun juga berbeda. Untuk itu royalti tergantung kebijakan penerbit,” ungkap dosen yang gemar membaca ini.

Menurut Anis sang dosen dengan karya 25 buku ini, menulis adalah kegiatan yang memberikan kontribusi untuk membangun peradaban. Sehingga ia berkomitmen untuk terus menulis buku. Sebagai dosen, menulis buku memang salah satu hal wajib baginya.

Seperti yang diterangkan oleh Guru Besar Universitas Gadjah Mada, Mudrajad Kuncoro. Selain melakukan riset dan mengajar, dosen wajib menulis buku. Itulah tugas dosen. Hal ini ia sampaikan kepada news.okezone.com. Budaya menulis ini harus tetap dijaga agar budaya lisan tidak mendominasi. Untuk itu dosen harus aktif menulis dan menghasilkan karya.

Menulis buku dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Dosen yang menulis buku pun bisa mendapatkan sumber pendapatan lain dari hasil penjualan bukunya. Ditambah lagi, dosen yang menulis bisa mendapatkan kenaikan nilai kredit dosen. Maka perguruan tinggi di Indonesia mendorong dosen untuk menulis buku. Jadi tidak hanya menulis jurnal.

Nah, apakah Anda sudah menulis buku? Yuk, menulis buku agar budaya literasi di lingkungan pendidikan tinggi semakin terbangun.

Redaksi

Recent Posts

Biaya Kuliah S3 di Dalam dan Luar Negeri

Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…

2 days ago

5 Tips S3 ke Luar Negeri dengan Membawa Keluarga

Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…

2 days ago

Syarat dan Prosedur Kenaikan Jabatan Asisten Ahli ke Lektor

Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…

2 days ago

Perubahan Status Aktif Dosen Perlu Segera Dilakukan

Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…

2 days ago

7 Jenis Kejahatan Phishing Data yang Bisa Menimpa Dosen

Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…

2 days ago

Cara Menambahkan Buku ke Google Scholar Secara Manual

Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…

2 days ago