Menjadi dosen hampir satu dasawarsa, Dr. Muji Setiyo, ST., M.T. mendapatkan berbagai pencapaian brilian dalam karirnya. Pengajar di Universitas Muhammadiyah Magelang tersebut beberapa kali berhasil mempublikasikan artikel ilmiahnya di jurnal internasional bereputasi, diantaranya Scopus dan DOAJ. Tak hanya itu, tetapi dosen UM Magelang ini juga menghasilkan banyak paten.
Muji Setiyo, dosen teknik otomotif Universitas Muhammadiyah Magelang berhasil mendapatkan lima hak paten sekaligus dalam waktu yang hampir bersamaan tahun lalu. Pencapaian tersebut membuatnya menjadi satu-satunya dosen teknik otomotif di Indonesia yang meraih paten lebih dari satu dalam kurun satu tahun. Tentunya hal tersebut juga menjadi kebanggaan bagi segenap civitas akademika Universitas Muhammadiyah Magelang.
”Lima paten saya yang granted semuanya terkait komponen kendaraan berbahan bakar gas, sesuai dengan riset yang saya tekuni selama ini,” cerita peraih gelar doktor dari Teknik Mesin Universitas Brawijaya (UB) Malang tersebut.
Dosen UM Magelang tersebut bercerita, pencapaian tersebut berawal dari lolosnya ia dalam penerimaan proposal Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional (INSINAS) tahun 2013, dimana salah satu luarannya adalah paten. Dari situ ia mulai mempelajari serba serbi terkait paten, termasuk bagaimana membuat deksripsi paten yang baik.
Memang, Muji cukup banyak mendapat dana hibah penelitian sejak memeroleh INSINAS pertama kali. Beberapa hibah tersebut adalah hibah penelitian kompetitif sebanyak 11 kali meliptui 2 Penelitian Dosen Pemula (PDP), 1 (Penelitian Disertasi Doktor (PDD), 3 Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional (INSINAS), 2 Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi (PTUPT), dan 2 Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi (PDUPT), 1 Penelitian Dasar Kompetitif Nasional, serta 2 kali mendapatkan program hibah kompetitif (semuanya multiyear), Ipteks bagi Inovasi dan Kreativitas Kampus (IbIKK) (2016-2918) dan Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah (PPPUD) (2018-2020). Dari hibah tersebut, Muji menghasilkan 16 publikasi internasional terindeks Scopus, 6 paten granted, 3 paten registered, 6 hak cipta, dan 4 buku.
Melalui beberapa proses, Muji akhirnya mendaftarkan dua paten pada 2013 dan satu paten pada tahun berikutnya. Tak berhenti sampai di situ, dua tahun berturut-turut setelah itu, ia mendaftarkan masing-masing satu paten yang salah satunya adalah hasil dari penelitian disertasinya.
Bahkan, tiga paten yang ia daftarkan pada rentang 2014 sampai 2016 mendapatkan insentif RAIH KI dan Program Unggulan Berpotensi (UBER KI) dari Direktur Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM). Sehingga ia bisa mendapatkan pendampingan penulisan paten dari Prof. Dr.Tech. Suyitno dari Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).
Dalam perjalanannya, Muji sangat bersyukur mendapat dukungan dari banyak pihak. Tahun 2017, ia difasilitasi oleh Sentra KI UM Magelang untuk melakukan perbaikan substansi paten dan bertemu pemeriksa substantifnya sampai paten-patennya berhasil dikabulkan.
Sampai saat ini, sudah ada enam paten yang berhasil granted, yaitu Alat Pencampur Gas dengan Venturi Sekunder untuk Kendaraan Berbahan Bakar Gas (2015), Alat Pengaturan Waktu Pengapian pada Kendaraan Berbahan Ganda (2015), dan Alat Refrigerasi dari Proses Evaporasi LPG pada Kendaraan Berbahan Bakar LPG (2016).
Kemudian, pada 2018, ada tiga paten milik Muji yang mendapat granted, yaitu Alat Pencampur Gas untuk Kendaraan Berbahan Bakar Gas, Alat Penyambung Nepel Tabung Gas, dan Mesin Pembelah Tahu. Selain itu, ada tiga paten lagi yang masih dalam proses (register).
Menurut dosen UM Magelang yang ingin menjadi Guru Besar tersebut, paten merupakan satu hal yang sangat penting kaitannya dengan isu Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Dengan adanya paten, temuan penelitian yang didapatkan bisa mendapat perlindungan hak.
”Ini (paten-red) sangat penting sebagai modal dasar (hasil penelitian-red) untuk bisa diindustrikan, meskipun tidak serta merta. Paten juga memiliki academic impact yang tinggi untuk peningkatan daya saing perguruan tinggi,” terang Kepala Divisi Penelitian Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjamin Mutu (LP3M) UM Magelang tersebut.
Intensitas Muji untuk menambah jumlah patennya patut diapresiasi. Pasalnya, tren paten di Indonesia masih cukup rendah. Berdasar data United States Patent and Trademark Office, hanya ada 333 paten Indonesia yang terdaftar pada Kantor Paten Amerika hingga 2015.
Angka ini terbilang masih sangat rendah jika dibandingkan total paten beberapa negara Asia Tenggara. Yaitu Singapura (10.044 paten), Malaysia (2.690 paten), dan Thailand (1.043 paten). Bahkan, seperti dilansir Tirto.id, perkembangan paten di Indonesia cenderung stagnan sejak tahun 2005 lalu.
Ke depannya, jika temuan penelitian yang ia hasilkan punya potensi untuk dipatenkan, Muji akan mematenkannya. ”Dalam tahun 2019 ini setidaknya ada dua paten yang akan saya daftarkan, yaitu tentang sistem pendingin mobil dan pengaturan aliran LPG pada kendaraan,” pungkasnya. (duniadosen.com/az)
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…
Pada saat memulai kegiatan perkuliahan, mahasiswa biasanya menerima dokumen bertajuk kontrak perkuliahan. Dokumen ini disusun…
Secara garis besar, kegiatan akademik dosen yang bersifat wajib ada tiga dan mengacu pada tri…
Mempertimbangkan penggunaan AI untuk membuat pertanyaan tentu menarik untuk dilakukan. Sebab, pada saat membuat pertanyaan…
Memahami apa saja isian data publikasi untuk kenaikan jabatan fungsional di SISTER tentu penting karena…
Sesuai dengan Kepmendikbud Nomor 500 Tahun 2024, salah satu indikator kinerja dosen adalah dosen menjadi…