Bogor – Institut Pertanian Bogor (IPB) kembali menghadirkan inovasi baru yaitu Mini Plant Factory berbasis Internet of Things (IoT) di Laboratorium Lapang Siswadhi Soepardjo, Leuwikopo, Kampus IPB Dramaga, Bogor.
Dilansir dari ipb.ac.id inovasi ini merupakan sistem rekayasa budidaya tanaman dalam lingkungan terkendali sehingga memungkinkan dilakukannya pengendalian parameter lingkungan mikro seperti suhu, intensitas, durasi dan spektrum cahaya, serta pasokan nutrisi secara presisi.
Inovasi ini berupa sistem rumah tanaman tertutup di dalam kontainer dengan sistem irigasi dan sumber pencahayaan buatan (artificial lighting). Inovasi ini hadir untuk menjawab tantangan sekaligus permasalahan budidaya tanaman di Indonesia yang notabene masih mengandalkan kondisi alam.
Rektor IPB University, Prof. Dr. Arif Satria memberikan apresiasi kepada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (TMB) Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB University karena TMB merupakan departemen yang sangat gigih dalam mempromosikan, mengkaji dan menginisasi teknologi pertanian 4.0 yang saat ini di IPB University sudah mulai berkembang dengan baik.
Menurutnya, IPB University memiliki komitmen besar untuk terus leading dalam hal teknologi pertanian 4.0. ”Bukan untuk gagah-gagahan tetapi ini sudah merupakan tuntutan dan cepat atau lambat orang lain akan terus mengadopsi atau mengembangkan,” ujarnya, seperti dikutip dari laman IPB, Selasa (26/11/2019).
Kalau IPB University hanya menyampaikan dengan kata-kata saja, nampaknya akan sulit untuk bisa membuat orang lain yakin terhadap teknologi yang tepat untuk pengembangan pertanian di masa depan,” kata Prof. Arif.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fateta IPB University, Prof Dr Sutrisno dalam sambutannya menyampaikan bahwa pihaknya terus memfasilitasi peneliti-peneliti muda yang mempunyai potensi besar dalam mengembangkan penelitiannya.
Ke depan, tidak hanya plant factory skala laboratorium seperti ini yang akan dikembangkan, akan tetapi harapannya dapat dikembangkan dengan skala komersial yang lebih besar. Sehingga kita bisa tunjukkan kepada dunia usaha bahwa plant factory adalah masa depan bagi pertanian perkotaan yang lebih baik.
Rancang bangun mini plant factory ini diprakarsai oleh Dr. Slamet Widodo dan tim yaitu Dr Moh. Solahudin, Dr. Agus Ghautsun Niam dan Lilis Sucahyo, M.Si., dari berbagai divisi yang ada di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fateta, IPB University, dengan dana hibah penelitian desentralisasi pada skema Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi (PTUPT) Ristekdikti.
Tema penelitian yang diusung adalah pengembangan sistem lingkungan terkendali untuk inisiasi pembungaan bawang merah dalam rangka mendorong produksi benih alternatif bawang merah nasional yang dikenal dengan True Shallot Seed (TSS).
Ketua tim mini plant factory, Dr. Slamet Widodo menjelaskan, Plant factory yang diluncurkan ini juga mengadopsi teknologi Internet of Things (IoT) mampu menampilkan kondisi iklim mikro melalui smartphone. Sehingga kita dapat memastikan kondisi lingkungan yang optimal untuk tanaman. Selain itu, sistem monitoring ini mudah diakses melalui smartphone dan sangat user friendly. Bila terjadi gangguan eksternal selama budidaya dapat diketahui secara real time sehingga penanganannya juga cepat dan dapat dikendalikan dari jarak jauh.
Tujuan dari rancang bangun mini plant factory ini, ungkap Slamet, awalnya adalah untuk menciptakan sistem lingkungan budidaya secara terkendali dalam skala kecil namun dapat dikontrol secara penuh dan presisi.
Tidak hanya dikhususkan untuk produksi TSS namun juga untuk komoditas lain. Konsep teknologi yang dibangun berupa paket teknologi yang bersifat mobile, terkontrol dan mudah diterapkan di berbagai kondisi lingkungan.
Sederhananya, paket teknologi ini mudah untuk diperbanyak. Terutama untuk lingkungan yang minim area lahan pertanian dan semakin terdegradasi tiap tahunnya seperti kawasan perkotaan.
Slamet mengatakan, mini plant ini merupakan bagian penting dari konsep Agro-Maritim 4.0. Dengan integrated-participatory dari berbagai disiplin ilmu, mampu menciptakan nilai baru (creating value) yang menjadi ciri utama dari konsep teknologi Agro-Maritim 4.0, yaitu sistem pertanian yang modern, terpantau dan terkendali dengan mudah misalnya melalui perangkat smartphone yang telah menjadi bagian dari keseharian masyarakat.
Terkait teknologi produksi TSS yang dikembangkan, dosen IPB University itu mengungkapkan, hal ini dilandasi pemikiran bahwa bawang merah merupakan salah satu komoditas strategis nasional.
Seringkali masalah pasokan dan fluktuasi harga bawang merah menjadi isu nasional. Untuk itu perlu suatu terobosan inovatif yang bisa menjadi solusi alternatif bagi permasalahan ini.
Penyediaan benih bawang merah dan juga produksi bawang merah secara umum masih sangat tergantung pada kondisi iklim dan cuaca.
Penyediaan benih bawang merah juga dipengaruhi oleh fluktuasi harga bawang merah di pasar. Adanya lonjakan harga bawang merah pada waktu tertentu sering kali mendorong petani menjual benihnya untuk konsumsi yang menyebabkan petani kekurangan stok benih pada periode tanam berikutnya.
Hal ini menyebabkan harga benih melonjak, biaya produksi tinggi, dan banyak petani bawang merah yang beralih ke komoditas lain. Sementara itu petani yang tetap menanam dengan biaya produksi yang tinggi berpotensi menanggung kerugian. Oleh karena itu, perlu dikembangkan alternatif sistem produksi benih yang tidak bergantung pada iklim dan fluktuasi harga pasar. Salah satunya adalah melalui pengembangan sistem produksi benih biji/benih botani – True Shallot Seed (TSS) pada lingkungan terkendali, yaitu Mini Plant Factory.
Selain pengembangan TSS, hadirnya mini plant factory ini diharapkan mampu mendorong berbagai riset terkait pengembangan teknologi indoor farming.
Teknologi semacam ini diharapkan mampu mengoptimalkan kekayaan alam negeri ini yang luar biasa salah satunya adalah untuk budidaya tanaman yang memiliki nilai ekonomis tinggi seperti tanaman obat (medicinal plant) untuk mendukung pengembangan indutri biofarmaka di Indonesia.
Untuk menuju ke arah sana tentu masih banyak hal yang perlu dikembangkan dan tentunya diperlukan suatu kolaborasi lintas disiplin.
Turut hadir dalam soft launching Mini Plant Factory Wakil Rektor Bidang Sumberdaya, Perencanaan dan Keuangan, Prof. Dr. Agus Purwito, Wakil Rektor Bidang Inovasi, Bisnis dan Kewirausahaan, Prof. Dr. Erika Budiarti Laconi, Dekan Fateta IPB University, Prof. Dr. Kudang Boro Seminar, Kepala Biro Komunikasi IPB University, Ir. Yatri Indah Kusumastuti, M.Si, para dosen TMB di antaranya Prof. Dr. Herry Suhardiyanto.
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…