“Ojo Dadi Wong Pinter Keblinger
Jangan sampai kepintaran disalah gunakan untuk membohongi orang lain”
Dr. Miguna Astuti, S.Si., M.M., MOS., CPM., 10 tahun bekerja di perusahaan kemudian putuskan jadi dosen muda mengajar S2. Kini ia menjadi dosen tetap di Universitas Pembangunan Nasional Veteran (UPNV) Jakarta.
Kiprahnya didunia pendidikan mengalir begitu saja, meski saat itu ia masih bekerja di sebuah perusahaan internasional. Berlatar belakang S1 Mipa, tetapi kenyataannya di dunia kerja ia selalu ditempatkan di bagian manajemen. Pengalaman kerjanya, justru membuat Miguna mendapat tawaran mengajar di jenjang S2 sebagai dosen tamu. Lantas bagaimana Miguna membangun karir dosennya? Berikut kisahnya.
Miguna memperoleh gelar doktor dan magister manajemen dari Universitas Padjajaran. Sebelum karir akademiknya, ia memiliki lebih dari 10 tahun pengalaman bekerja untuk sektor publik dan swasta sebagai direktur maupun manajer pada departemen operasional, pemasaran dan strategis baik di perusahaan nasional dan internasional.
Miguna adalah pengajar di beberapa Universitas Negeri dan swasta di Bandung dan Jakarta. Spesialisasi pengajaran beliau antara lain adalah bidang riset dan metodologi penelitian, pemasaran, kewirausahaan, dan manajemen strategis.
Perempuan berkerudung ini juga merupakan konsultan riset pemasaran bagi beberapa perusahaan di Jakarta. Ia juga rutin menjadi nara sumber pada pelatihan Microsoft Office Specialist (MOS), pengolahan data Parsial Least Square (PLS), SPSS, AHP, dan Lisrel di berbagai Universitas Jakarta.
Miguna aktif pula dalam melaksanakan penelitian bekerja sama dengan akademisi, praktisi dan mahasiswa lainnya di bidang kewirausahaan, pemasaran dan manajemen strategis, UKM di sektor Kuliner dan Pendidikan. Ia telah menerbitkan beberapa artikel ilmiah baik di tingkat nasional maupun internasional.
Sumbangsih Beliau terkait pengabdian bagi masyarakat adalah dengan melatih UMKM sejak 2012 sesuai bidang kepakaran dan juga membantu melatih siswa meningkatkan keterampilan kerja dan kewirausahaan mereka.
Miguna yang juga akrab disapa Nana ini lahir dari keluarga petani, ayah dan ibunya pindah ke kota dan menjadi pegawai swasta. Adapun kakek neneknya juga pernah menjabat setingkat lurah di daerahnya. Ya keluarganya memang tidak ada yang berlatar belakang sebagai pendidik. Namun, orang tuanya terlebih sang ayah menaruh harapan kepada putrinya untuk kelak ada yang bisa berkiprah di dunia pendidikan.
Keinginan kedua orangtuanya menjadi alarm bagi Miguna, meski saat itu memang bukan menjadi fokus utamanya untuk berkarir dosen. Dia menjalani perjalanan karirnya dari satu perusahaan ke perusahaan lain, dari menjadi manager, hingga direktur di sebuah perusahaan bertaraf internasional.
Yah, sebelum memulai karir akademiknya, ia memiliki lebih dari 10 tahun pengalaman bekerja untuk sektor publik dan swasta sebagai direktur maupun manajer pada departemen operasional, pemasaran dan strategis baik di perusahaan nasional dan internasional.
Baca juga : Produktif Dimasa Pandemik, Polinela Kembangkan Semangka Unggul Baru
Miguna terhitung resmi menjadi dosen sejak 2007 setelah ia lulus dari S2 Magister Management Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung. Kebetulan salah satu pembimbing thesisnya yaitu Prof. Yuyus Suryana, mempercayai Miguna sebagai tim teachingnya untuk mengajar dibeberapa PTS di Jakarta.
“Berkat Prof. Yuyus Suryana saya bisa jadi dosen, bantu beliau jadi tim teaching beliau di universitas berbeda, sampai sekitar tahun 2009/2010. Beliau menginspirasi, mengarahkan saya melanjutkan studi S3 jika ingin menjadi dosen. Prof. Yuyus minta saya mengajar S2 saat itu jadi begitu mengajar langsung mengajar S2. Beliau mengencorage dan memotivasi saya untuk bisa langsung lanjut ke jenjang S3 saat itu,” paparnya.
Kemudian, 2013 Miguna akhirnya memutuskan untuk lanjut ke jenjang S3 masih di almamater yang sama yaitu Unpad. Ia memperoleh rekomendasi dari Prof. Yuyus, Prof. Dwikartini, dan Prof. Suherli. Jadi memang ketiga professor tersebut sangat mendukungnya dalam menjalani profesi sebagai dosen.
Miguna mengaku, menjadi dosen saat itu lebih seperti magang karena saat itu ia juga masih bekerja aktif di perusahaan-perusahaan swasta dan berpindah-pindah. Mulai 2005 hingga 2012 Miguna berpindah-pindah tempat bekerja sebanyak 3 perusahaan yang berbeda. Dan terakhir di tahun 2012 ia bekerja di salah satu perusahaan internasional yang bergerak di bidang konsultan pendidikan.
“Jadi saya saat itu memang bertanggung jawab di divisi marketing saat itu, yang tidak hanya juga mencakup marketing Indonesia tapi juga marketing Asia Tenggara,” ungkapnya.
Saat itu pula Miguna selain bekerja ia juga menjalani kuliah di saat weekend. Menjalani kuliah S3 itu pula ia banyak bertemu teman-teman yang berprofesi sebagai dosen, salah satunya pak Jenje Gunaidi Argo. Jenje merupakan salah satu dosen di UPN Veteran Jakarta, dimana juga menjadi tempat Wiguna mengajar saat ini.
Dari Pak Jenje itulah Miguna mendapat tawaran mengajar untuk sharing pengalaman kerja bekerjanya di bidang marketing kepada mahasiswanya. Dari pak Jenje itulah, Miguna diperkenalkan oleh Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Dr. Erna Hernawati (yang menjabat tahun 2012).
Singkat cerita, Miguna kemudian didaulat langsung oleh Ibu Dekan untuk mengajar di UPN V Jakarta mengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk jenjang S2. Karena memang track record Miguna yang sebelumnya pernah mengajar dijenjang S2.
“Jadi saya waktu itu mengajar S2 plus karena kelasnya malam jadi saya masih mengajar karena saya masih kerja juga, kemudian di kelas S1 saya mengajar di kelas sore kadang atau di kelas Sabtu. Dan itu saya menjadi dosen tidak tetap itu sampai tahun 2014/2015,”.
Miguna merasa beruntung bertemu dosen senior yang mengarahkannya untuk berprofesi sebagai dosen. Ia merasa begitu di support untuk menjadi dosen yang baik. Mulai dari cara membuat RPS, cara mengajar lebih bagus, buku apa saja yang perlu dibaca. Miguna mengakui, Pak Jenje sebagai salah satu tokoh penting dalam perjalanan karirnya sebagai dosen.
Baca juga : Muzaffar Rela Resign dari Perusahaan Demi Menjadi Dosen Kesehatan Masyarakat
Proses menjadi dosen, Miguna mengakui masih merasa seperti anak bawang. Pasalnya saat itu tahun 2014, Miguna memutuskan berhenti di perusahaan dan menjadi dosen di UPNV Jakarta meski masih menjadi calon pegawai dan pendapatannya pun tidak ada seper sepuluhnya dari gaji di perusahaan sebelumnya tempat ia bekerja.
Namun, itu menjadi tantangan Miguna. Selain ia juga mendapat motivasi dari kedua orang tuanya yang menasehatinya bahwa untuk menjadi tenaga pendidik itu tidak boleh mengharapkan gaji yang besar. Beruntung, Miguna memiliki orang tua yang memahami profesinya.
“Alhamdulillah kedua orangtua saya bukan money oriented, jika dijalani dengan ikhlas pasti akan mendapat yang lebih. Jadi rizki itu bisa datang dari tempat yang lain yah itu wejangan yang diberikan oleh ortu saya,” tegasnya.
Perempuan yang juga rutin menjadi nara sumber pada pelatihan Microsoft Office Specialist (MOS), pengolahan data Parsial Least Square (PLS), SPSS, AHP, dan Lisrel di berbagai Universitas Jakarta ini mengaku proses menjadi dosen merupakan proses yang sangat luar biasa dan cukup ekstrim.
Meski statusnya masih menjadi calon pegawai dengan gaji yang tidak besar, namun saat itu Miguna diperbantukan untuk S1 Management. Ia menceritakan, S1 Management berada di bawah kaprodi Bapak Nurmatyas. Mengetahui pengalaman dan kemampuan Miguna yang juga memiliki pengalaman di ISO serta memiliki sertifikasi ISO sehingga menarik Miguna untuk masuk ke dalam kepengurusan Prodi S1 Manajemen.
Penulis buku “Pengantar Manajemen Pemasaran, Penerbit Deepublish, 2020” ini berharap untuk dosen Indonesia khususnya dosen muda atau yang berkeinginan berprofesi sebagai dosen, harus mempersiapkan diri dan diniatkan menjadi tenaga pendidik yang ikhlas. Ketika sudah menjadi dosen pastikan manfaat pengajaran yang diberikan ke mahasiswa. Jangan hanya masuk kelas hanya memberi teori tapi bagaimana cara terpraktikan.
“Bagi saya KKM (Kurikulum Kampus Merdeka) 2020 untuk perguruan tinggi ini sangat luar biasa sejalan dengan visi misi saya. Karena tujuannya adalah supaya ilmu tidak hanya didengarkan, diperhatikan oh saya paham, bukan hanya itu. Tapi bagaimana ilmu itu bisa diterapkan ada bentuk nyatanya. Dan itu adalah harapan saya, sebagai dosen terhadap kualitas perguruan tinggi atau pendidikan tinggi di Indonesia,” harapnya.
Miguna juga berpesan, ketika dosen membuat penelitian sebaiknya kaitkan dengan pengabdian yang dilakukan. Begitupun ketika membuat pengabdian jangan melenceng dari penelitian serta road map yang disiapkan.
Karena jika sudah melenceng tidak akan memberikan dampak nyata. Itu akan terasa sekali ketika dosen membuat penelitian dan pengabdian dari tahun ke tahun. Tiba-tiba merasakan kesan yang sama atau monoton.
“Tapi ketika objek itu kita gali kita bisa memberikan manfaat yang luar biasa nyata diimplementasikan untuk objek kita. Dan itulah harapan saya bisa memberikan kontribusi nyata baik untuk institusi maupun terutama untuk masyarakat di luar sana,” pungkasnya. (duniadosen.com/titis ayu w)
Dalam Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 dijelaskan mengenai karakter dosen untuk pengembangan indikator kinerja dosen.…
Bagi mahasiswa dan dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut pascasarjana gratis di Qatar, Anda…
Bagi siapa saja yang ingin studi S2 maupun S3 di luar negeri, silakan mempertimbangkan program…
Kabar gembira bagi para dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut jenjang S3 di luar…
Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 Tentang Standar Minimum Indikator Kinerja Dosen dan Kriteria Publikasi Ilmiah…
Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 menjelaskan dan mengatur perihal standar minimum pelaksanaan hibah penelitian dalam…