Micro Teaching. Jika ingin menekuni profesi tenaga pendidik baik guru maupun dosen maka penting untuk memiliki keterampilan mengajar yakni micro teaching. Sudahkah memahami artinya atau mungkin sudahkah mengikuti pelatihan terkait keterampilan tersebut?
Keterampilan mengajar tersebut rupanya menjadi hal penting dan merupakan bekal mendasar sebelum benar-benar terjun menjadi tenaga pendidik. Jika saat ini sedang kuliah di jurusan pendidikan, atau mungkin di jurusan non pendidikan namun punya mimpi menjadi dosen. Tidak ada salahnya mengenal keterampilan tersebut sejak dini.
Istilah micro teaching berasal dari dua kata, pertama kata “micro” yang memiliki arti kecil, terbatas, sempit, dan sejenisnya. Kemudian ada kata “teaching” yang memiliki arti mengajar. Jadi dilihat dari bentuk katanya, istilah ini memiliki definisi sebagai kegiatan mengajar yang segala aspek di dalamnya kemudian diperkecil atau disederhanakan.
Penyederhanaan tersebut kemudian menjadikan kegiatan mengajar menjadi lebih sederhana juga, yang tentunya tidak serumit dengan kegiatan mengajar konvensional. Melalui pelatihan keterampilan tersebut maka calon tenaga pendidik diharapkan bisa terbiasa mengajar.
Sebab meskipun punya keinginan menjadi pengajar, tidak selalu langsung bisa mengajar. Mengajar sendiri ada tekniknya, ada seninya, dan juga ada trik-trik tersendiri yang tentu perlu dikuasai seorang pengajar.
Penguasaannya bisa sambil jalan, artinya seiring berjalannya waktu kegiatan mengajar semakin mudah untuk dikuasai. Namun, sebelum terjun di dunia mengajar penting sekali untuk paham teknik dasar mengajar. Hal tersebut kemudian bisa didapatkan dari pelatihan keterampilan micro teaching.
Baca Juga: 6 Alasan Dosen Mengajar Dua Kampus di Tengah Kesibukan
Para ahli atau pakar kemudian juga menyampaikan definisinya terkait keterampilan mengajar yang disederhanakan tersebut. Beberapa pakar tersebut antara lain:
Definisi pertama disampaikan oleh Sukirman (2012) yang menjelaskan bahwa keterampilan mengajar secara micro adalah sebuah pembelajaran dengan salah satu pendekatan atau cara untuk melatih penampilan mengajar yang dilakukan secara micro atau disederhanakan.
Sukirman juga menjelaskan bahwa penyederhanaan yang dimaksudkan disini adalah dari sejumlah komponen. Seperti waktu mengajar, materi yang disampaikan di kelas, keterampilan dasar yang dijelaskan, dan lain sebagainya. Sehingga kegiatan mengajar menjadi lebih sederhana dari segi waktu dan materinya.
Definisi kedua disampaikan oleh Barnawi dan Arifin (2016) yang menjelaskan bahwa mengajar secara micro adalah metode yang digunakan di lingkungan pendidikan guru dan lingkungan belajar mengajar lainnya.
Melalui pelatihan metode pengajaran tersebut para calon guru dan dosen akan mempelajari sejumlah keterampilan. Seperti keterampilan dasar dalam kegiatan mengajar, mempraktikkan keterampilan dasar mengajar tersebut, melakukan diskusi terkait masalah dalam mengajar, dan lain sebagainya.
Menurut Asril (2011) definisi dari micro teaching adalah sebuah model pengajaran yang diperkecil dan memiliki istilah lain real teaching. Kata “diperkecil” yang dimaksud disini mencakup beberapa hal. Pertama jumlah siswa atau mahasiswa yang terbatas, ruang kelas terbatas, waktu pembelajaran yang terbatas, dan lain-lain.
Helmiati (2013) juga memberikan pendapatnya dalam mendefinisikan keterampilan mengajar secara micro tersebut. Yakni sebagai proses penguasaan keterampilan dasar mengajar, guru perlu berlatih secara parsial artinya tiap-tiap komponen keterampilan dasar mengajar perlu dikuasai secara terpisah-pisah.
Definisi selanjutnya disampaikan oleh Hasibuan, Ismail, dan Toernial (2014) yang dijelaskan sebagai metode latihan penampilan dasar mengajar yang dirancang secara jelas mengisolasi bagian-bagian komponen dan proses mengajar sehingga guru atau calon guru dapat menguasai satu persatu keterampilan dasar mengajar dalam situasi yang disederhanakan.
Melalui berbagai definisi yang disampaikan oleh para pakar tersebut, maka istilah micro teaching kemudian bisa disimpulkan sebagai suatu metode pelatihan bagi calon pendidik (guru dan dosen) untuk mendapatkan dan menguasai keterampilan mengajar melalui proses pengajaran yang dibuat sederhana.
Penyederhanaan kegiatan mengajar ini akan memudahkan calon tenaga pendidik atau pengajar untuk memahami dasar dalam mengajar. Sekaligus mempelajari dan mempraktekan teknik dalam menyampaikan materi yang baik dan benar di kelas. Jika langsung mengajar banyak peserta didik dan materi yang hanya bisa dibahas 1 jam penuh.
Maka calon pendidik bisa jadi bingung dan pusing harus memulai darimana, dan bisa jadi belum memiliki kesiapan untuk menjelaskan materi yang cukup banyak dan kompleks. Sehingga sebagai langkah awal diberikan pelatihan yang sederhana. Mengajar peserta yang terbatas, di waktu yang dibatasi, dan materi yang sengaja dibuat sedikit.
Baca Juga: Hasil Telaah Usulan Penyelenggaraan Program Beasiswa PMDSU 2021 Batch VI
Pelatihan keterampilan mengajar ini diketahui mulai berkembang di tahun 1960-an di Inggris, tepatnya di Stanford University. Teknik penyederhanaan ini mulai dikembangkan oleh Stanford University ketika paham behaviorisme (aliran perilaku) mulai mempengaruhi proses belajar.
Paham tersebut memiliki anggapan bahwa dalam kegiatan belajar merupakan proses untuk merubah tingkah laku. Paham ini juga menekankan pentingnya umpan balik dalam kegiatan mengajar. Sehingga meningkatkan umpan balik yang memberi efek positif dibanding negatif, agar perubahan tingkah laku juga ikut positif.
Para calon pengajar atau pendidik kemudian diharapkan memiliki perilaku atau tingkah laku yang benar, agar bisa mengundang respon positif dari para peserta didik. Umpan balik dalam kegiatan mengajar pun semakin maksimal ketika kegiatan mengajar ini diperkecil atau disederhanakan.
Penerapannya kemudian mulai dilakukan, salah satunya oleh Dwight Allen dan teman-temannya di tahun 1961. Metode pelatihan tersebut kemudian dikenal dengan istilah Pendekatan Stanford dan diterapkan pertama kali di University of California. Perlahan, program Pendekatan Stanford kemudian dilaksanakan secara lebih luas.
Memasuki tahun 1963, Stanford University kemudian memperkenalkannya dengan sebutan Program Pendidikan Eksperimental yang mendapat dukungan dari Ford Foundation. Program pendidikan ini kemudian mencoba menyederhanakan kegiatan mengajar yang kemudian menyebar sampai ke berbagai perguruan tinggi.
Mulai dari perguruan tinggi di Amerika dan berlanjut ke Eropa. Tahun 1971, metode pelatihan micro teaching kemudian dikenal lebih luas dan masuk ke kawasan Asia di negara Malaysia, Singapura, dan juga Indonesia.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dalam Unsur-Unsur Penilaian Angka Kredit Dosen
Pelatihan keterampilan mengajar ini sendiri memiliki sejumlah fungsi dan tujuan. Berikut adalah sejumlah fungsi dari pelaksanaan pelatihan keterampilan mengajar tersebut:
Pada dasarnya micro teaching bisa disebut sebagai pelatihan untuk mengasah keterampilan calon pendidik dalam mengajar. Sehingga fungsi utama dan pertama dari pelatihan ini tentu saja untuk meningkatkan kompetensi para calon pendidik untuk bisa mengajar dengan baik.
Setiap tenaga pendidik memang dituntut untuk memiliki kompetensi dalam mengajar. Adanya pelatihan akan membantu setiap calon pendidik memiliki kompetensi yang dibutuhkan. Jika pada dasarnya kompetensi tertentu sudah dikuasai maka bisa beralih ke kompetensi lain dan kemudian terus dikembangkan.
Fungsi kedua dari pelatihan mengajar ini adalah untuk memberi penguasaan terhadap keterampilan khusus ketika mengajar. Tujuannya agar kompetensi yang telah dikuasai bisa dipraktekan dengan baik dan benar. Sebab sudah memiliki keterampilan yang mendukung untuk melaksanakan kompetensi tersebut.
Kegiatan mengajar juga identik dengan metode mengajar atau metode pembelajaran, dan jenisnya cukup beragam bahkan semakin kompleks. Pelatihan mengajar seperti ini berfungsi untuk meneliti setiap metode pembelajaran yang sekiranya paling efektif.
Kemudian dipertimbangkan untuk menggabungkan atau mengkombinasikan antara dua maupun lebih dari metode pembelajaran yang sudah ada. Sehingga bisa dilihat aktivitasnya kepada peserta didik, sekaligus mengukur keterampilan calon pendidik sudah sampai mana.
Apakah sudah bisa menggabungkan atau masih fokus dengan metode pembelajaran secara tunggal. Namun mengkombinasikan beberapa metode pembelajaran pun tidak bisa asal, perlu disesuaikan dengan karakter dari materi yang akan disampaikan.
Pelatihan micro teaching juga memiliki fungsi untuk mendukung proses pengembangan metode mengajar atau metode pembelajaran. Sehingga untuk metode pembelajaran yang dirasa masih memiliki kekurangan kemudian dikembangkan agar lebih sempurna.
Selain itu, dimungkinkan sekali untuk mendorong terciptanya metode pembelajaran baru. Metode baru ini dirasa memiliki lebih banyak keunggulan dibanding metode pembelajaran yang sudah ada. Sehingga bisa diterapkan untuk kondisi belajar yang tidak bisa mendukung penerapan metode pembelajaran lama.
Lalu, apa tujuan dari pelaksanaan pelatihan keterampilan mengajar ini? Rupanya tujuan dari pelaksanaannya sendiri cukup beragam. Beberapa diantaranya adalah:
Keterampilan ini nantinya bisa menjadi jalan untuk menyampaikan materi dengan baik di depan peserta didik. Selama pelatihan, setiap calon tenaga pendidik bisa memiliki waktu yang cukup untuk mengenal dan menguasai satu per satu keterampilan khusus tersebut.
Membantu calon tenaga pendidik untuk bisa meningkatkan kompetensi dalam kegiatan mengajar. Sehingga memiliki keterampilan atau kompetensi yang mendukung untuk menyampaikan materi dengan lebih baik.
Penyampaian yang dilakukan dengan teknik terbaik akan mudah dipahami, ilmu dari tenaga pendidik tersalurkan dengan baik, dan dengan mudah bisa dipraktekan dan dikembangkan oleh peserta didik itu sendiri.
Artinya melalui pelatihan ini para calon tenaga pendidik bisa menyadari kekurangan yang dimiliki dalam mengajar. Sebab dengan kelas yang terbatas si tenaga pendidik ini lebih mudah menyadari kekurangan, kesalahan, dan melakukan evaluasi.
Sehingga bisa mengoreksi kesalahan dan menyempurnakan kekurangan yang dimiliki. Hal ini penting supaya ketika sudah menjadi tenaga pendidik sudah paham bagaimana menghilangkan kekurangan dalam penyampaian materi. Kelas pun menjadi lebih efektif dan lebih hidup.
Dengan adanya pelatihan maka calon tenaga pendidik memiliki media yang tepat untuk menguasai dan mengembangkan keterampilan diri dalam hal mengajar. Sehingga keterampilan tersebut terus meningkat dan siap menjadi tenaga pendidik yang profesional.
Sebab belum semua calon pendidik paham betul mengenai pentingnya keterampilan tersebut. Seringnya banyak yang mengartikan mengajar adalah menyampaikan ulang suatu materi.
Padahal sudah tentu ada teknik tertentu yang perlu dikuasai, dan banyak melibatkan keterampilan. Misalnya keterampilan public speaking, sebab menguasai materi belum tentu bisa menyampaikannya di hadapan beberapa atau banyak peserta didik. Hal ini bisa dihindari dengan pelatihan micro teaching tersebut.
Lewat kegiatan pelatihan dengan praktek langsung dalam mengajar akan membantu calon tenaga pendidik lebih percaya diri berdiri di kelas dan bertatap muka dengan belasan sampai puluhan peserta didik di satu kelas.Hal ini tentu penting untuk memaksimalkan kegiatan mengajar.
Baca Juga: Berikut 3 Klasifikasi Dosen Asing yang Layak Mengajar di Indonesia
Melalui pelatihan mengajar dalam kelas yang disederhanakan ini, terdapat sejumlah aspek keterampilan yang perlu dikuasai oleh calon tenaga pendidik. Menurut Barnawi dan Arifin (2016), aspek keterampilan tersebut meliputi:
Keterampilan pertama yang perlu dikuasai adalah keterampilan dalam membuka dan menutup pelajaran atau kelas. Jadi, calon tenaga pendidik perlu memiliki keterampilan untuk bisa membuka kelas dengan baik dan benar. Tujuannya adalah sejak awal kelas dimulai, pendidik sudah mendapatkan fokus dan perhatian.
Hal ini tentu penting untuk mendukung penyampaian materi pembelajaran dengan baik, suasana di kelas pun cenderung lebih bersahabat. Selain itu, dalam menutup kelas juga diperlukan keterampilan. Yakni tenaga pendidik perlu menyimpulkan jalannya kelas, memberi motivasi bagi peserta didik untuk belajar, dan lain sebagainya.
Keterampilan berikutnya dalam pelatihan micro teaching adalah keterampilan menjelaskan materi. Menjelaskan materi merupakan tugas pokok tenaga pendidik dalam mengajar. Penyampaiannya tidak bisa asal, sehingga seorang dosen tidak bisa membaca buku ajar di hadapan mahasiswa dan berharap ilmu dari buku tersebut tersalurkan.
Teknik ini tentu membuat suasana kelas tidak mendukung, mahasiswa merasa dosen di depan pun belum menguasai materi karena menyampaikan isi buku. Oleh sebab itu dalam menyampaikan materi di kelas juga butuh keterampilan. Yakni dimulai dengan penyampaian secara runtut, jelas, dan menarik.
Tujuan dari penyampaian materi pelajaran tentu bukan untuk membantu peserta didik menghafal materi. Melainkan memahaminya, maka diperlukan teknik yang cerdas dan kreatif pada saat menyampaikan materi tersebut agar mudah dipahami.
Keterampilan lainnya adalah keterampilan mengadakan variasi, maksudnya adalah keterampilan untuk memvariasikan metode mengajar supaya selalu menarik. Sehingga tenaga pendidik diharapkan paham bagaimana menerapkan metode pembelajaran secara acak, dan tidak terpaku hanya pada satu metode.
Berikutnya adalah keterampilan memberi penguatan, yakni untuk menguatkan karakter dari peserta didik dan tenaga pendidik untuk menjadi lebih baik. Sehingga melalui ilmu yang didapat di kegiatan pembelajaran, masing-masing bisa menyerap manfaat positif dan menjadi media untuk meningkatkan kualitas diri.
Baca Juga: Tips Mengajar Online dari Dosen STAIN Malikussaleh Lhokseumawe
Keterampilan ini bertujuan untuk merangsang minat dan keinginan peserta didik bertanya di sela-sela kegiatan mengajar. Sebab tenaga pendidik mampu menciptakan suasana kelas yang menarik dan materi yang disampaikan juga mudah dipahami.
Ketika materi pelajaran dipahami dijamin banyak peserta didik yang bertanya, karena ingin memahami materi tersebut secara lebih mendalam. Supaya hal ini tercapai maka penyampaian materi harus baik dan metode pembelajaran yang digunakan harus tepat dan sesuai.
Calon tenaga pendidik juga akan dibekali keterampilan mengelola kelas dalam pelatihan micro teaching. Sehingga bisa menguasai kelas dan menciptakan suasana kelas yang kondusif. Ketika ada masalah di kelas, nantinya juga bisa mencari solusi terbaiknya karena sudah terlatih.
Melalui pelatihan mengajar yang disederhanakan, calon tenaga pendidik akan mengajar kelompok kecil. Terdiri dari 3-8 siswa maupun mahasiswa, sehingga memiliki keterampilan untuk mengajar kelompok kecil dengan baik. Teknik serupa kemudian bisa diaplikasikan saat mengajar kelompok yang lebih besar.
Selain itu, juga dibekali keterampilan membimbing diskusi kecil dari kelompok kecil yang diajar. Sehingga setiap kali mengadakan kelompok diskusi di kelas bisa memberikan bimbingan yang baik dan benar. Sekaligus menjadikan diskusi kelompok lebih efektif.
Melalui penjelasan di atas tentu bisa dipahami bahwa micro teaching merupakan bentuk pelatihan khusus untuk calon tenaga pendidik. Dimana tenaga pendidik akan mengajar kelas lebih sederhana dari segi waktu yang lebih pendek, jumlah peserta didik yang sedikit, dan materi yang diminimalkan. Sehingga lebih mudah menguasai keterampilan dalam mengajar.
Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…
Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…
Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…
Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…
Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…
Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…