Citra Rani Angga Reswari mengawali keinginan menjadi dosen dengan kebutuhan untuk mendapatkan penghasilan tinggi dan bisa memanfaatkan ijazah yang dimilikinya. Lantas keinginannya untuk menjadi dosen menguat tatkala sang ibu mendorongnya untuk hidup dan mampu bermanfaat bagi orang lain. Begitulah ia sampaikah kepada jobhun.id. Dalam artikel yang berjudul `Citra Angga: Memilih Karir Sebagai Dosen Muda karena Nasihat Sang Ibu`.
Dosen muda merupakan angin segar dalam pendidikan tinggi Indonesia. Kemenristekdikti yang kini urusan pendidikan tinggi melebur ke bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pernah menyebutkan kehadiran dosen-dosen diharapkan mampu menerapkan perkembangan teknologi di era revolusi industri 4.0.
Dosen muda juga diharapkan mampu mendidik mahasiswa yang tergolong generasi milenials. Bahkan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dosen muda, terdapat Program Magang Dosen. Program ini ditujukan untuk mengurangi disparitas kompetensi dosen dalam melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi.
Menjadi dosen muda memang tidak mudah. Begitulah yang diungkapkan oleh dosen muda lain yakni Hanny Luvitasari yang kerap disapa Ivy adalah dosen belum tetap di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Kepada idn.times, Ivy menuturkan bagaimana ia menjadi dosen muda dengan segala tantangannya. Dosen muda ternyata tidak sesuai bayangannya.
Ivy sendiri merupakan lulusan Universitas Gadjah Mada dan UPN Veteran Yogyakarta. Saat artikel berjudul `Tantangan Ivy, Dosen Muda di Era Milenial` yang tayang 17 Januari 2019 tersebut, Ivy juga mengajar di Universitas Atma Jaya.
Baik Ivy maupun Citra, keduanya adalah dosen muda yang berusia di bawah 40 tahun. Sebagai dosen yang baru yang minim pengalaman mengajar tentu mereka merasakan tantangan tersendiri. Seperti Ivy, meski sudah menjadi asisten dosen semenjak mahasiswa. Ia tetap menemui rintangan-rintangan yang membuatnya berpikir bahwa menjadi dosen muda tak sepenuhnya menyenangkan.
Tantangan yang dihadapai oleh Ivy adalah usianya yang masih muda membuatnya tampak seumuran dengan mahasiswa. Ia mengungkapkan beberapa mahasiswa kurang menghargainya karena dianggap masih sebaya. Di sisi lain pandangannya dengan dosen lain yang lebih berpengalaman dan sudah lama menjadi dosen acapkali berbeda. Beberapa dosen kurang memahami metode pembelajaran yang ia terapkan.
Selama ini, ia memang lebih menekankan pada praktik bukan hanya teori. Hal ini menimbulkan perbedaan pendapat dan menjadi tantangan untuknya. Ia harus membuktikan bahwa metode pembelajarannya lebih efektif. Menurutnya, teori merupakan hal penting. Namun lebih penting adalah cara menyampaikan materi sesuai dengan harapan mahasiswa. Hal tersebut mampu membuat proses belajar lebih menyenangkan dan dapat menumbuhkan kreativitas.
Menurut Citra, improvisasi adalah modal utama yang harus dimiliki dosen muda seperti dirinya. Improvisasi ini berhubungan dengan upaya untuk membangun suasana belajar di kelas menjadi nyaman dan menyenangkan. Selain itu, perlu untuk terus mengikuti perkembangan agar tidak kaku. Dalam proses menyampaikan materi kuliah diperlukan kemampuan penyampaian dengan cara menarik.
Sama halnya dengan Citra, Ivy menekan pada penyampaian yang terbaik untuk mahasiswa. Hal tersebut menjadi tantangan baginya selama mengajar. Ia menjelaskan pengembangan bahan mengajar memang harus terus-menerus dilakukan tetapi juga harus mutakhir.
Jadi sebagai dosen muda, tidak boleh cepat puas dengan pengetahuan yang dimiliki sekarang. Ia haru tetap belajar untuk menyampaikan ilmu kepada mahasiswa dengan tepat. Untuk mengatasi masalah di kelas, ia menggunakan trik tertentu dalam menanganinya.
“Nah, aku biasanya pilih satu perempuan dan satu laki-laki. Aku pilih yang paling rajin, satunya lagi dipilih dari ketua geng nakal, jadi ambillah dua ketua kelas yang berlainan gitu biar bisa mengatur tanggung jawab. Aku juga mendekatkan diri pada mahasiswa. Misalnya mereka itu ada UTS, nanti 5 orang nilai tertinggi nanti kupanggil maju. Kukasih hadiah kecil-kecil. Walaupun harganya gak seberapa, bukan nominal yang sangat luar biasa, tetapi perhatian dari dosen diapresisasi,” terang Ivy.
Secara garis besar tantangan yang ditemukan oleh Ivy dan Citra tak jauh berbeda terutama dalam hal mengajar di ruang kuliah. Keduanya masih minim pengalaman dalam mengajar sehingga memerlukan waktu belajar yang lebih untuk mengatasi suasana kelas hingga materi yang disampaikan.
Kegiatan mengajar memang membutuhkan latihan dan jam terbang. Tidak semua dosen mampu menyampaikan materi dengan baik dan mengatasi permasalahan-permasalahan di dalam ruang kuliah. Maka dari itu tantangan yang dihadapi mereka juga dorongan untuk bertumbuh dan berkembang sebagai seseorang yang baru memulai karir dosen.[]