Nama Prof. Dr . Ir. Agustinus Purna Irawan, S.T., M.T. muncul sebagai salah satu nama yang disebut dalam Academic Leader Award 2019 tahun ini. Acara yang bertujuan memberikan apresiasi terhadap akademisi ini diselenggarakan oleh Menristekdikti, Selasa (1/9).
Agustinus membawa pulang perhargaan Dosen dengan Tugas Tambahan Rektor Perguruan Tinggi Swasta. Namanya bersanding dengan pemenang lain dari kategori Dosen dengan Tugas Tambahan Rektor Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN BH) dan Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Hukum (PTN BLU).
Agustinus Purna Irawan adalah Rektor Universitas Tarumanegara (Untar). Ia dilantik menjadi Rektor Untar tahun 2016 silam. Sebelum menjadi rektor, ia adalah Dekan Fakultas Teknik Untar. Dalam pelantikannya lima tahun lalu, Agustinus mempunyai tekad kuat untuk memperkenalkan Untar sebagai perguruan tinggi terbaik yang patut diperhitungkan.
“Ada tiga pilar yang menjadi pijakan kami mewujudkan itu ke depan yaitu integritas, profesionalisme dan entrepreneurship. Ketiganya kami kolaborasikan dalam menyiapkan kapasitas dosen dan mengimplementasikan IPTEK serta inovasi di kampus,” tutur Agustinus dalam wawancaranya dengan kompas.com saat pengukuhan dirinya sebagai rektor.
Komitmen Agustinus Purna Irawan dalam kerja-kerja rektor diiringi dengan kewajibannya menjadi pendidik (dosen). Ia menjalankan kedua tanggung jawab tersebut dengan selaras dan dinilai oleh Menristekdikti patut diapresiasi. Sehingga ia pun mendapatkan penghargaan malam itu.
Lahir dari Keluarga Sederhana
Sosok Agustinus Purna Irawan sendiri memang dikenal pekerja keras dan pantang menyerah. Ia lahir di sebuah kampung kecil di daerah Musi Rawas, Sumatera Selatan. Orang tuuanya bekerja sebagai pendidik. Kehidupan mereka sederhana. Bahkan orang tuanya sempat tidak mempunyai cukup uang untuk menyekolahkan Agustinus di Palembang, ibukota Sumatera Selatan.
Agustinus memang memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan di ibu kota Sumsel tersebut selepas lulus dari SMP Xaverius Tugumulyo. Namun kondisi ekonomi yang tak mendukung, keinginannya pupus. Akhirnya ia memilih bersekolah di SMa Xaveriys Lubuklinggau, Musi Rawas.
Lelaki kelahiran 28 Agustus 1971 ini semakin memupuk impiannya. Usai lulus SMA, ia memutuskan merantau ke Yogyakarta. “Saya ini anak kampung. Hidup di kota, seperti Yogyakarta, membuat saya kaget. Orang kota itu kan hebat dan pintar,” ungkapnya, dilansir hidupkatolikcom.
Dengan bekal uang seadanya, Agustinus berangkat ke Yogyakarta. Ia menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada. Ia memilih jurusan tersebut karena keisengan awalnya. Sehingga saat menjalani perkuliahan, ia harus berusaha beradaptasi cukup keras. Akan tetapi ia mencoba melewati kesulitan demi kesulitan untuk mengerjakan ketertinggalannya. Sampai pada titik, ia menjadi lima lulusan terbaik.
“Awal kuliah, nilai saya sangat jelek. Saya orang kampung, tapi berkat usaha dan kerja keras, tidak ada yang mustahil,” kata Agustinus.
Selanjutnya, karir dan pendidikannya semakin melejit. Meski sempat bekerja di perusahaan, ia kembali pada panggilan jiwanya untuk bersekolah. Tahun 2011, ia melanjutkan pendidikan Pascasarjana dan Doktoral di Fakultas Teknik Mesin, Univeritas Indonesia. Kemudian pada usia 43 tahun, Agustinus ini memperoleh gelar Guru Besar.
Prestasi
Sejumlah penghargaan yang didapat Agustinus Purna Irawan selama ini meliputi Juara 1 Pemilihan Dosen Berprestasi Kopertis Wilayah III (2011), Penerima Hibah Bersaing Dikti Kemendikbud (2011), Dosen Berprestasi Bidang Penelitian dan Publikasi Fakultas Teknik Untar (2012), dan Penerima Hibah Unggulan Perguruan Tinggi Dikti-LPPI Untar (2013).
Selain kesibukannya sebagai rektor dan dosen, ia adalah seorang suami dan ayah. Ia mempunyai kelaurga kecil. Bersama sang istri, Thereisa Dwinita Laksmidewi, ia membesarkan ketiga anak mereka.
Redaksi