Categories: Inspirasi

Inilah Kebiasaan Menulisku (3)

Apa kabar sahabat Dosen semua? Semoga selalu sehat dan dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Amiin.

Pada tulisan sebelumnya berjudul Inilah Kebiasaan Menulisku (2), saya menjelaskan bahwa masa penantian jawaban dari penerbit buku, apakah naskah diterima atau ditolak lebih kurang 1-2 bulan. Nah, pada masa penantian itu, apa yang harus kita lakukan? Berikut pengalaman saya:

Di saat masa penantian jawaban dari penerbit buku, apakah naskah saya diterima atau ditolak, yang memakan waktu antara 1-2 bulan—meskipun dalam beberapa kasus, ada yang 3 minggu, 2 minggu, bahkan ada yang 5 hari, alhamdulillah sebagian besar jawabannya adalah ‘diterima’ untuk diterbitkan– saya tidak sekadar menunggu sambil berpangku tangan. Saya gunakan masa penantian itu untuk kembali menulis naskah buku lainnya. Sehingga masa penantian itu tidak terasa.

Ketika datang jawaban itu, saya akan segera meresponnya. Jika naskah buku yang dikirim diterima untuk diterbitkan, tentu yang pertama saya lakukan adalah mengucap syukur: “Alhamdulillah.” Selanjutnya, saya sampaikan ucapan terima kasih ke penerbit atas kesediaannya menerbitkan naskah tersebut.

Kemudian saya sampaikan bahwa saya siap jika diminta untuk merevisi naskah tersebut, baik menambah atau mungkin mengurangi konten naskah yang dipandang tidak perlu.

Jika jawaban yang datang adalah penolakan atas naskah tersebut, maka saya pun akan menyampaikan terima kasih kepada penerbit yang sudah berkenan mempelajari naskah saya, meski karena satu dan lain hal belum bisa menerbitkannya.

Langkah selanjutnya adalah saya membaca ulang naskah tersebut, kemudian merevisinya untuk dikirim ke penerbit buku lain.

Dari pengalaman saya selama ini, naskah yang ditolak di suatu penerbit saya perbaiki. Alhamdulillah, diterima dan diterbitkan oleh penerbit lain. Jadi, tidak ada istilah patah semangat dan menganggap naskah yang sudah capek-capek ditulis sia-sia belaka.

Satu hal yang harus kita ingat, selera penerbit (baca: editor) itu berbeda-beda. Ada naskah buku saya yang ditolak di suatu penerbit, tetapi ketika dikirim ke penerbit lain diterima dan diterbitkan. Respon pembaca pun sangat bagus. Terbukti, penjualan buku tersebut sangat menggembirakan. Jadi, ini hanya soal selera saja. Hukum pasar yang berlaku dalam dunia perbukuan itu susah ditebak.

So, jangan patah semangat apalagi frustrasi ketika naskah kita ditolak penerbit. Bisa jadi, bukan karena naskah kita buruk, tetapi karena ada pertimbangan lain dari penerbit. Mungkin ada naskah sejenis yang sudah diterbitkan oleh penerbit tersebut, atau naskah kita tidak sesuai dengan visi dan misi penerbit.

Didi Junaedi

Dosen di IAIN Syekh Nurjati, Cirebon.

Recent Posts

Biaya Kuliah S3 di Dalam dan Luar Negeri

Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…

2 days ago

5 Tips S3 ke Luar Negeri dengan Membawa Keluarga

Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…

2 days ago

Syarat dan Prosedur Kenaikan Jabatan Asisten Ahli ke Lektor

Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…

2 days ago

Perubahan Status Aktif Dosen Perlu Segera Dilakukan

Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…

2 days ago

7 Jenis Kejahatan Phishing Data yang Bisa Menimpa Dosen

Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…

2 days ago

Cara Menambahkan Buku ke Google Scholar Secara Manual

Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…

2 days ago