Inspirasi

Membukukan Skripsi: Belajar dari Departemen Politik dan Pemerintahan UGM

Salah satu momok terbesar mahasiswa tingkat sarjana (S1) adalah karya ilmiah penentu kelulusan atau skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan. Sebagai tugas akhir yang selalu dianggap memberatkan, skripsi memang menjadi penentu lulus tidaknya seorang mahasiswa. Tidak sedikit mahasiswa yang memiliki jangka waktu kelulusan lama karena terhambatnya niat mereka untuk mengerjakan skripsi. Skripsi yang membutuhkan keseriusan dalam melakukan penelitian ini tentu tidak dianggap mudah oleh mahasiswa. Meskipun mahasiswa telah dibiasakan untuk mengerjakan penelitian selama perkuliahan, mereka kurang percaya diri ketika harus menghadapi skripsi. Bahkan tidak sedikit mahasiswa yang tidak mampu menyelesaikan studinya hanya karena skripsi. Oleh karena itu, beberapa terobosan harus dilakukan supaya mahasiswa tidak merasa kesulitan ketika mengerjakan skripsi.

Departemen Politik dan Pemerintahan UGM bisa menjadi salah satu contoh jurusan yang telah melakukan terobosan untuk mendorong mahasiswanya bersemangat untuk menyelesaikan skripsi. Terobosan yang dimaksud adalah menghargai karya mahasiswa tersebut dengan membukukannya. Sebelum mengerjakan skripsi secara mandiri, mahasiswa telah terlebih dahulu menjalani mata kuliah rencana penelitian yang output-nya berupa proposal skripsi dari mahasiswa. Meskipun pada akhirnya tema skripsi yang diangkat mahasiswa berbeda dengan proposalnya, tidak sedikit mahasiswa yang merasa terbantu dengan mata kuliah tersebut. Dengan demikian, mahasiswa bisa merencanakan penelitian yang akan dilakukan untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir tersebut.

Selanjutnya, ada beberapa kriteria yang ditentukan oleh Departemen Politik dan Pemerintahan UGM untuk membukukan karya ilmiah akhir mahasiswa. Pertama, skripsi yang dikerjakan oleh mahasiswa tersebut mendapatkan nilai A. Hal tersebut menjadi penting supaya skripsi yang akan dibukukan nanti memang mempunyai kualitas yang layak untuk dijadikan buku. Kedua, mahasiswa diminta untuk melakukan revisi terhadap skripsinya sendiri dengan mengganti bahasanya. Dengan kata lain, mahasiswa diminta untuk menggunakan bahasa-bahasa yang sesuai dengan standar buku yaitu bahasa yang menarik dan tidak terlalu memberatkan pembaca. Ketiga, tema yang ditulis mahasiswa sebagai karya ilmiah adalah tema-tema yang unik dan jarang dibahas. Hal tersebut tentu menjadi nilai lebih ketika banyak skripsi yang selalu mengulang-ulang hal yang telah dibahas sebelumnya.

Ketika skripsi mahasiswa tersebut layak dibukukan, maka langkah selanjutnya adalah meminta penerbit untuk melakukan screening terhadap karya ilmiah tersebut. Adapun proses editing biasanya tidak hanya dilakukan oleh pihak penerbit, tetapi juga oleh pihak dosen dan mahasiswa yang bersangkutan. Hal tersebut dilakukan supaya substansi karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa tersebut tidak hilang. Meskipun memakan jangka waktu yang relatif lama, pihak departemen sendiri biasanya akan membuat sebuah forum diseminasi hasil penelitian dimana mahasiswa yang skripsinya dibukukan diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil penelitiannya kepada publik. Kegiatan tersebut tentu diharapkan mampu menjadi ajang untuk saling bertukar gagasan dan pengalaman akademik di ranah publik.

Apresiasi karya ilmiah akhir mahasiswa oleh pihak departemen tentu menjadi langkah yang tepat ketika skripsi hanya menjadi syarat kelulusan semata. Dengan kata lain, ketika skripsi tersebut selesai dibuat, maka karya ilmiah tersebut hanya tersimpan rapi di dalam perpustakaan dimana tidak semua orang bisa mengakses karya ilmiah tersebut sebagai tambahan ilmu pengetahuan. Tidak hanya untuk mengapresiasi mahasiswa, pendokumentasian skripsi dalam bentuk buku juga memungkinkan masyarakat umum menikmati hasil atau jerih payah mahasiswa selama proses penyusunannya. Hal tersebut mengandung maksud bahwa buku tersebut nantinya tidak hanya menjadi arsip departemen ataupun pribadi sendiri, tetapi juga bermanfaat untuk orang lain. Tidak sedikit buku-buku hasil karya ilmiah mahasiswa yang telah tersebar di beberapa toko buku online maupun offline yang terkenal di Indonesia.

Dengan adanya apresiasi terhadap mahasiswa tersebut diharapkan mahasiswa dapat bersemangat dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir yaitu skripsi. Hal tersebut setidaknya dapat menjadi sarana untuk mengurangi tingkat kegagalan mahasiswa ketika harus berhadapan dengan skripsi. Penghargaan tersebut juga tidak hanya digunakan untuk memperkaya ilmu pengetahuan departemen yang bersangkutan, tetapi juga dapat dikonsumsi oleh khalayak umum. Selanjutnya, pendokumentasian karya ilmiah dalam bentuk buku tersebut setidaknya juga dapat dilihat sebagai sumbangsih nyata lingkungan akademis terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Selain itu, hal tersebut secara tidak langsung akan menumbuhkan kembali semangat membaca di kalangan masyarakat umum.

Bastian Widyatama

Recent Posts

Biaya Kuliah S3 di Dalam dan Luar Negeri

Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…

2 days ago

5 Tips S3 ke Luar Negeri dengan Membawa Keluarga

Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…

2 days ago

Syarat dan Prosedur Kenaikan Jabatan Asisten Ahli ke Lektor

Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…

2 days ago

Perubahan Status Aktif Dosen Perlu Segera Dilakukan

Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…

2 days ago

7 Jenis Kejahatan Phishing Data yang Bisa Menimpa Dosen

Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…

2 days ago

Cara Menambahkan Buku ke Google Scholar Secara Manual

Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…

2 days ago