fbpx

Terbitkan buku lebih cepat HANYA 1 BULAN? Dapatkan fasilitas VIP ini secara GRATIS! Klik di sini

Membanggakan! Pertumbuhan Publikasi Ilmiah Indonesia Capai 1600% Tertinggi Dunia

Menteri Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi Mohamad Nasir menghadiri acara Buka Bersama yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI) dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) (19/5). (Foto: dok. ristekdikti.go.id)

Jakarta – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir menyebut momen peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) selalu dikaitkan dengan target dan pencapaian Indonesai di bidang apapun termasuk riset. Pihaknya pun patut berbangga, karena Indonesia mendapatkan apresiasi Growth Rate tertinggi di dunia di bidang publikasi ilmiah. Pertumbuhan tersebut mencapai 1.600%.

Nasir mengatakan, memang kuantitas jumlah publikasi internasional yang dihasilkan masih jauh dari Negara lain. Namun, Islamic World Science Citation Center (ISC) yang merupakan lembaga pengindeks publikasi ilmiah internasional memberikan penghargaan karena pertumbuhan publikasi yang diciptakan luar biasa.

“Ini jika berjalan terus sampai 10 tahun ke depan, Indonesia bisa akan menjadi negara rujukan dunia dalam masalah riset,“ katanya saat acara Buka Bersama untuk Meningkatkan Peran dan Komunikasi UI dengan Masyarakat Sekitar Universitas Indonesia (UI) di kampus UI Salemba, Jakarta seperti dilansir ristekdikti.go.id.

Mantan rektor Undip tersebut mengungkapkan, Pemerintah akan terus meningkatkan jumlah publikasi ilmiah di tingkat internasional. Saat ini posisi Indonesia terus meningkat dan sudah berada di rangking dua se-Asia Tenggara (ASEAN). Jumlah publikasi internasional dari Indonesia mencapai 32.951. Sementara Malaysia yang berada di posisi satu se- Asia Tenggara memiliki 33.415 publikasi internasional.

“Publikasi ilmiah kita sudah nomor dua di Asia Tenggara. Lompatannya luar biasa. Yang lima tahun lalu (selama) 20 tahun sebelumnya Indonesia belum pernah di atas Thailand. Alhamdulillah, dengan berbagai kebijakan yang kita lakukan, Indonesia sudah masuk rangking dua di Asia Tenggara,” ungkapnya.

Jumlah publikasi internasional yang luar biasa ini, kata dia, belumlah cukup untuk iklim penelitian di Indonesia. Karena itu, setelah riset harus dilanjutkan dengan adanya inovasi. Sebab riset adalah dasar dari lahirnya prototipe dan inovasi. Sebab inovasi ini yang akan memengaruhi dan menggerakkan perekonomian Indonesia.

”Jika tingginya angka pertumbuhan riset saja belum cukup, hingga perlu dipikirkan bagaimana riset menjadi prototipe dan berbuah inovasi. Apabila riset sudah menjadi inovasi, maka dapat mempengaruhi nilai ekonomi Indonesia,” jelasnya.

Nasir juga memaparkan keberhasilan dalam hal inovasi hasil riset salah satunya adalah dengan diluncurkannya Kapal Pelat Datar yang merupakan karya dari UI. Sebelumnya, kapal tersebut telah menyebrangi lautan dari Jakarta hingga Papua tanpa terjadi masalah. Ketahanan kapal karya bangsa Indonesia tersebut sudah teruji. Karena kuat melewati Laut Aru (Arafuru).

Suasana saat acara Buka Bersama juga untuk Meningkatkan Peran dan Komunikasi UI dengan Masyarakat Sekitar Universitas Indonesia (UI) di kampus UI Salemba, Jakarta (19/05). (Foto: dok. ristekdikti.go.id)

Rektor UI Muhammad Anis memaparkan, UI memiliki target tersendiri dalam meningkatkan produktivitas publikasi ilmiah. Khusus 2019, UI menargetkan dapat menghasilkan 3.000 publikasi internasional yang mengedepankan multidisiplin ilmu.

“Sejak saya menjabat menjadi rektor, jurnal internasional yang dihasilkan UI masih 1.000. Tetapi, terus meningkat dan hingga saat ini mencapai 3.000 jurnal,” ujarnya.

Menurut Anis, meski pun secara nasional tidak ada target yang ditetapkan pemerintah, tetapi UI memetakan keunggulan yang dimilik, yakni untuk bidang kesehatan dan sosial ekonomi. Dengan begitu, riset ke depan akan fokus pada sosiohealth. Dalam menghasilkan riset berdaya saing tinggi dan sesuai dengan kebutuhan pasar. UI berkolaborasi dengan sejumlah pihak. Dalam hal ini pemerintah, peneliti dari luar negeri, industri, dan lembaga internasional.

“Ini menjadi tantangan bagi UI. Kalau bangsa ini sudah lima besar dunia maka bagaimana dengan UI yang 292 dunia. Tentu setidak-tidaknya masuk 50 besar dunia,” katanya.

Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI) UI 2016-2019 Arief Budhy Hardono menjelaskan, banyak pihak memperkirakan bahwa Indonesia akan menjadi negara keempat atau kelima besar dunia. Sementara UI saat ini masih ada di posisi 292 dunia. Dia pun berharap UI bisa meningkat lagi posisinya di kancah dunia.

Peran alumni untuk mengangkat posisi UI ialah dengan memberikan konsep koneksi alumni. Dengan demikian, alumni bisa berkolaborasi dan bersinergi untuk memberikan solusi sesuai dengan kompetensinya masing-masing. ”Solusi yang diberikan haruslah mengakselerasi sesuai dengan target kebangsaan dan negara Indonesia yang adil dan makmur,” tegasnya.

Nasir berharap, semakin banyak alumni yang dapat memberikan kontribusi dalam mendorong riset di Indonesia dan mengahasilkan publikasi ilmiah. Pada acara yang diselenggarakan di Taman ILUNI Kampus UI Salemba tersebut juga turut dihadiri Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, Ali Gufron Mukti, Ketua Ikatan Alumni UI, Arief Budi Hardono, dan para dekan UI.

Redaksi