Memahami Pentingnya Publikasi Jurnal untuk Pencapaian BKD
Dosen di Indonesia tentu paham betul pentingnya publikasi jurnal untuk pencapaian BKD (Beban Kerja Dosen). Setiap semester, para dosen di Indonesia diwajibkan memenuhi BKD. Dimana dipenuhi dengan menjalankan seluruh tugas yang menjadi kewajiban akademik.
Memenuhi BKD tentu tidak selalu mudah, sehingga dibutuhkan strategi yang tepat. Salah satunya dengan produktif mengurus dan memiliki publikasi di jurnal ilmiah. Namun, bagaimana agar bisa terus produktif memiliki publikasi jurnal ilmiah? Berikut informasinya.
Membahas pentingnya publikasi jurnal untuk pencapaian BKD, tentu diawali dari memahami apa itu BKD. BKD adalah kegiatan yang dibebankan kepada dosen dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik profesional dan ilmuwan pada kurun waktu tertentu.
Secara sederhana, BKD bisa dipahami sebagai target kinerja dosen per satu semester. Sesuai ketentuan di dalam PO BKD 2021, beban kinerja dosen adalah 12 SKS sampai maksimal 16 SKS per semester.
Per SKS tersebut didapatkan dosen dengan menjalankan kewajiban akademik. Dimulai dari tugas pokok sesuai tri dharma perguruan tinggi. Mencakup tugas pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, dan pengabdian kepada masyarakat.
Kemudian ditambah dengan pelaksanaan tugas penunjang. Pada beberapa dosen yang mendapat kepercayaan memangku jabatan struktural. Maka ada kewajiban melaksanakan tugas tambahan.
Semua kewajiban akademik tersebut memiliki sekian poin SKS. Beberapa tugas akademik memberi beban SKS cukup tinggi, misalnya 10 SKS untuk publikasi ilmiah di jurnal internasional bereputasi. Beberapa lagi, memiliki poin SKS terbilang kecil. Misalnya 0,5 SKS untuk pelaksanaan tugas melakukan pengembangan program kuliah (online atau offline).
Meskipun setiap kewajiban akademik memiliki poin SKS berbeda-beda. Dimana paling rendah 0,125 SKS dan tertinggi mencapai 20 SKS. Namun, para dosen wajib menyeimbangkan setiap tugas pokok dan penunjang. Sehingga semua tugas dilaksanakan dengan baik dan beriringan.
Memenuhi BKD sangat penting bagi dosen. Sebab menjadi bukti profesional dalam menjalankan seluruh kewajiban akademik. Selain itu, memenuhi BKD membantu mendapatkan hak-hak dosen seperti gaji dan tunjangan. Ditambah, menghindari sanksi. Sanksi disini bisa dalam bentuk teguran lisan dan tertulis sampai penundaan hak dosen.
Baca Juga : 4 Bentuk Kesalahan Pengisian BKD Dosen yang Harus Dihindari
Memiliki publikasi ilmiah secara rutin membantu dosen memenuhi BKD dengan lebih cepat. Pasalnya, publikasi ilmiah memiliki poin SKS yang terbilang tinggi. Terutama publikasi ilmiah dalam bentuk jurnal.
Dalam PO BKD 2021, publikasi ilmiah termasuk dalam pelaksanaan tugas penelitian dan pengembangan. Serta tugas pengabdian kepada masyarakat. Publikasi ilmiah bisa dalam bentuk prosiding, jurnal, dan menerbitkan buku ilmiah. Lalu, apa pentingnya publikasi jurnal untuk pencapaian BKD? Berikut penjelasannya:
Arti penting yang pertama untuk memiliki publikasi berbentuk jurnal ilmiah dalam memenuhi BKD adalah memenuhi pelaksanaan tugas pokok. Sesuai penjelasan sebelumnya, dosen wajib melaksanakan tugas pokok dan tugas penunjang.
Ketika dosen bisa mengurus publikasi di jurnal ilmiah, maka artinya dosen tersebut sudah melaksanakan tugas pokok. Baik tugas pokok dalam penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat.
Sebab dua tugas pokok tersebut bisa dibuktikan dosen dengan memiliki publikasi di jurnal ilmiah. Hasil penelitian maupun hasil kegiatan pengabdian masyarakat bisa dipublikasikan dosen ke jurnal nasional maupun internasional.
Baca Juga : Jangan Mangkir! Ini Sanksi Tidak Mengisi BKD untuk Dosen
Pentingnya publikasi jurnal untuk pencapaian BKD berikutnya adalah karena poin atau beban SKS yang terbilang tinggi. Sesuai PO BKD 2021, publikasi di jurnal ilmiah untuk tugas pengabdian memiliki beban 2,5 SKS.
Beban SKS ini tentu terbilang lumayan tinggi, karena ada SKS paling rendah 0,125 SKS. Kemudian dalam tugas penelitian, publikasi dalam bentuk jurnal ilmiah paling rendah memiliki beban 2,5 SKS dan paling tinggi di 10 SKS. Berikut rinciannya:
| Jenis Jurnal Ilmiah | Poin SKS dalam BKD |
| Jurnal internasional bereputasi | 10 SKS |
| Jurnal internasional yang terindeks basis data internasional (jurnal internasional) | 7,5 SKS |
| Jurnal nasional terakreditasi | 6,25 SKS |
| Jurnal nasional | 2,5 SKS |
| Jurnal ilmiah yang ditulis dalam bahasa PBB akan tetapi tidak memenuhi syarat sebagai jurnal internasional | 2,5 SKS |
Melalui penjelasan di atas, tentunya bisa dipahami bahwa publikasi di jurnal ilmiah memiliki beban kerja tinggi. Sehingga membantu dosen untuk segera memenuhi BKD. Yakni 12 SKS atau sampai 16 SKS per satu semester.
Poin ketiga yang menjelaskan pentingnya publikasi jurnal untuk pencapaian BKD adalah karena tidak ada batasan jumlah atau kuantitas. Publikasi ilmiah dalam bentuk buku ilmiah, ada batasan jumlah. Yakni maksimal 1 judul per tahun.
Jadi, pada saat dosen menulis dan menerbitkan buku ilmiah lebih dari 1 judul setiap tahunnya. Maka hanya 1 judul yang bisa dimasukan dalam laporan BKD di tahun buku tersebut terbit.
Sementara untuk publikasi ilmiah berbentuk jurnal, tidak ada batas jumlah. Para dosen bisa melaporkan ke dalam BKD lebih dari 1 artikel pada jurnal nasional maupun internasional. Dimana semuanya akan diakui dan membantu dosen memenuhi BKD.
Hanya saja, untuk bisa memiliki publikasi jurnal ilmiah cukup banyak dalam satu semester memang tidak mudah. Apalagi jika menargetkan jurnal internasional bereputasi. Sebab sering terbentur dengan proses review sampai berbulan-bulan.
Setelah memahami pentingnya publikasi jurnal untuk pencapaian BKD. Maka tentu perlu memahami jurnal apa saja yang perlu diketahui agar publikasi bisa masuk laporan BKD dan diakui asesor. Berikut jenis-jenis jurnal yang bisa dituju untuk mencapai BKD:
Jurnal internasional bereputasi adalah publikasi ilmiah yang memenuhi standar global dan terindeks di basis data bereputasi seperti Scopus atau Web of Science. Umumnya artikel yang diterbitkan di jurnal jenis ini menggunakan bahasa PBB (Arab, Mandarin, Inggris, Prancis, Rusia, dan Spanyol).
Publikasi di jurnal jenis ini membantu dosen meraih SKS sangat tinggi, yakni sampai 10 SKS. Sementara dalam PO PAK, publikasi di jurnal jenis ini membantu mendapat angka kredit sampai 40 poin.
Selain itu, publikasi di jurnal internasional bereputasi juga memiliki visibilitas tinggi. Sebab menjadi tujuan prioritas untuk pencari referensi ilmiah. Sehingga menjaring banyak pembaca dan jumlah kutipan. Hal ini membuat dampak publikasi lebih besar dan luas.
Hanya saja, publikasi di jurnal jenis ini dikenal sulit. Persaingan ketat, sehingga resiko ditolak editor jurnal sangat tinggi. Kemudian, proses peer review bisa sampai berbulan-bulan bahkan beberapa tahun. Ditambah dengan biaya publikasi yang sangat tinggi, meskipun ada juga yang gratis tapi tidak banyak.
Baca Juga : Pahami Jenis-Jenis Artikel Jurnal yang Mudah Tembus Scopus!
Jurnal internasional adalah publikasi ilmiah yang penulis dan dewan redaksinya berasal dari berbagai negara. Sehingga publikasi ilmiah ini bertaraf internasional dan bisa diakses oleh masyarakat ilmiah dari berbagai negara di dunia.
Bahasa yang digunakan dalam menyusun artikel di jurnal ini adalah bahasa PBB. Hanya saja, jurnal jenis ini tidak atau belum terindeks di database bereputasi. Baik itu Scopus maupun WoS.
Meskipun begitu, beban SKS untuk riwayat publikasi di jurnal internasional juga terbilang tinggi. Yakni 7,5 SKS per artikel yang terbit di jurnal internasional. Sehingga sangat membantu dosen dalam memenuhi BKD. Dimana minimal 12 SKS, jika sudah ada 7,5 SKS terpenuhi maka ada siswa 4,5 SKS lagi.
Jurnal nasional terakreditasi adalah publikasi ilmiah yang telah diakui kualitasnya oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) melalui proses evaluasi yang ketat.
Akreditasi pada jurnal dilaksanakan oleh ARJUNA (Akreditasi Jurnal Nasional). Jurnal yang sudah terakreditasi akan masuk di dalam data ARJUNA. Kemudian bisa di cek oleh masyarakat melalui website resmi ARJUNA di https://arjuna.kemdiktisaintek.go.id/.
Selain itu, jurnal nasional terakreditasi juga terindeks di portal SINTA (Science and Technology Index). Jadi, bagi para dosen yang akan mengurus publikasi di jurnal nasional terakreditasi maka bisa mencari pilihan di portal SINTA.
Pada portal SINTA juga ada pemeringkatan dari SINTA 6 yang paling rendah dan tertinggi SINTA 1. Sebagai jurnal nasional, maka penulis berasal dari Indonesia dan bahasa yang digunakan dalam artikel adalah bahasa Indonesia.
Jurnal nasional adalah publikasi ilmiah berkala yang diterbitkan di dalam negeri dan belum terakreditasi. Sehingga belum terindeks di dalam portal SINTA. Namun, bisa dituju dan tetap diakui dalam pelaporan BKD.
Sesuai penjelasan sebelumnya, publikasi di jurnal nasional yang belum terakreditasi memberi beban 2,5 SKS. Sehingga tetap diakui selama memenuhi kriteria sebagai jurnal nasional kredibel. Misalnya memiliki dewan editorial, editor jurnal, ISSN, dan melewati proses peer review.
Pentingnya publikasi jurnal untuk pencapaian BKD memang sangat krusial. Hanya saja, publikasi ke jurnal ilmiah bukan hal yang mudah. Bahkan untuk jurnal nasional, apalagi jika tingkatan kredibilitasnya di atas jurnal nasional.
Namun, dengan beberapa strategi maka akan lebih mudah lolos editor dan diterima di jurnal kredibel. Termasuk jurnal internasional bereputasi. Berikut beberapa strategi yang bisa diterapkan:
Strategi yang pertama adalah selalu memilih jurnal yang memang sesuai. Perhatikan bidang keilmuan dan scope dari topik yang dipublikasikan suatu jurnal. Semakin sesuai scope-nya, maka semakin rendah resiko artikel ditolak.
Strategi kedua, pastikan mengecek format artikel ilmiah yang ditetapkan pengelola jurnal. Kemudian mengikuti format tersebut. Jika artikel sudah selesai disusun, baru di submit ke pengelola jurnal.
Kesesuaian format mempengaruhi potensi artikel diterima oleh pihak jurnal. Jadi, usahakan mengecek format dulu baru menulis artikel ilmiah. Jangan dibalik, karena jika format tidak sesuai perlu menulis ulang. Jika dipaksa di submit, maka akan ditolak.
Strategi yang ketiga adalah selalu memperhatikan kualitas dan originalitas artikel ilmiah. Pastikan penelitian yang dilakukan memiliki novelty. Sehingga tidak mengulang penelitian terdahulu.
Artikel ilmiah yang berisi hasil penelitian, wajib dipastikan original. Yakni disusun sendiri dan bukan hasil menjiplak artikel ilmiah orang lain. Gunakan teknologi untuk melakukan parafrase dan pengecekan plagiarisme.
Ada banyak pilihan aplikasi bisa membantu mengecek plagiarisme dan similarity indeks. Sehingga saat skor similarity masih tinggi, bisa melakukan parafrase sesuai kebutuhan. Hal ini akan menjamin orisinalitas artikel terjaga.
Melakukan tindakan plagiarisme perlu dihindari. Selain melanggar etika publikasi ilmiah. Sanksinya juga berat. Jika terbukti plagiat, besar kemungkinan nama Anda masuk daftar hitam. Sehingga tidak bisa submit artikel di jurnal tersebut dan bahkan jurnal lainnya.
Baca Juga : 13 Kesalahan Penulisan Artikel Ilmiah Jurnal, Hindari Agar Cepat Submit
Strategi berikutnya agar lebih banyak publikasi ilmiah di jurnal bisa dimiliki adalah berkolaborasi. Baik kolaborasi dalam penelitian, pengabdian kepada masyarakat, maupun dalam publikasi ilmiah di suatu jurnal.
Berkolaborasi dengan dosen dan peneliti lain yang lebih senior. Membantu meningkatkan kualitas dan kredibilitas artikel ilmiah. Sehingga cenderung lebih mudah diterima jurnal kredibel. Baik jurnal nasional terakreditasi maupun jurnal internasional bereputasi.
Kolaborasi dalam proses publikasi, membantu membagi tugas. Mana yang menjadi penulis pertama, penulis pendamping, dan penulis korespondensi. Sehingga peluang diterima jurnal kredibel lebih tinggi dibanding diurus sendiri.
Ketika submit artikel ilmiah di suatu jurnal, belum tentu langsung diterima. Ada kemungkinan artikel masih diperiksa oleh editor. Kemudian ditentukan diterima atau tidak, baru dilakukan peer review minimal oleh 2 pakar di bidang yang relevan.
Pada saat proses peer review berlangsung, dari pihak reviewer mungkin meminta revisi. Maka usahakan untuk mengikuti revisi yang diminta, segera dikerjakan, dan submit ulang sesuai ketentuan. Semakin disiplin mengerjakan revisi dan mengikuti arahan editor maupun reviewer, semakin cepat artikel terbit.
Ada kalanya dosen harus berlomba dengan tenggat waktu pelaporan BKD dalam mengurus publikasi di jurnal ilmiah. Berhubung proses peer review bisa sangat lama, antara berminggu-minggu sampai berbulan-bulan.
Ada baiknya sebelum submit menghubungi kontak editor jurnal tersebut. Kemudian menanyakan kejelasan kapan artikel yang ditulis bisa terbit. Jika bisa dikejar dengan jadwal pelaporan BKD, maka silahkan submit segera. Sebaliknya, jika pihak jurnal tidak bisa membantu maka bisa segera beralih ke jurnal lain.
Strategi berikutnya untuk produktif memiliki publikasi jurnal ilmiah adalah aktif menjalankan tri dharma. Sebab semakin aktif menjalankan kewajiban akademik. Semakin banyak artikel ilmiah disusun dan bisa di submit ke jurnal kredibel.
Salah satu upaya aktif menjalankan kewajiban akademik adalah fokus mengejar pemenuhan BKD. Kemudian berusaha meraih program hibah. Sebab hibah penelitian dan pengabdian membantu rutin melaksanakan 2 tugas pokok tersebut. Kemudian menghasilkan luaran berbentuk publikasi di jurnal.
Strategi selanjutnya adalah tidak hanya fokus di satu jurnal ilmiah saja. Sebab jika artikel yang di submit ditolak. Maka jangan sampai meratapi nasib berlarut-larut. Segera mencari jurnal alternatif yang relevan.
Sebab bisa jadi, jurnal lain dengan kredibilitas yang sama bisa menerima artikel tersebut. Jadi, jangan fokus memilih satu jurnal saja melainkan punya daftar panjang jurnal alternatif.
Strategi lainnya adalah memiliki motivasi yang jelas dan menjadi pondasi untuk semangat mengurus publikasi di jurnal ilmiah. Misalnya, punya tujuan selalu memenuhi BKD, menjadi Profesor sebelum berusia 50 tahun, dan sebagainya. Motivasi ini akan membantu lebih semangat dan produktif.
Itulah beberapa strategi yang bisa membantu lebih produktif menulis dan memiliki publikasi di jurnal ilmiah. Harus dipahami, publikasi di jurnal butuh ketekunan dan kesabaran. Jadi, pastikan mempersiapkan diri dengan baik agar bisa rutin membangun publikasi di jurnal ilmiah.
Mencari informasi terkait regulasi AI untuk penelitian ilmiah tentu penting. Sebab dalam kegiatan penelitian tentu…
Sudahkah mulai mengecek atau mencari tahu tren publikasi akademik atau publikasi ilmiah? Termasuk juga prediksi…
Salah satu strategi meraih hibah penelitian Kemdiktisaintek adalah menghindari kesalahan dalam menulis proposal usulan. Tahap…
Mencari informasi dan mempelajari tata cara menulis kerangka proposal yang berpeluang lolos hibah, tentu menjadi…
Meraih hibah penelitian bisa dimulai dengan mencari dan mempelajari contoh proposal hibah penelitian. Yakni proposal…
Sejalan dengan pengumuman hasil klasterisasi perguruan tinggi pada Oktober 2025 lalu, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains,…