Menjelang akhir bulan Januari 2021, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) membuka proses seleksi terhadap program Matching Fund 2021. Proposal ini sendiri mulai diterima oleh Kemendikbud sejak 25 Januari 2021 kemarin.
Lalu seperti apa program Matching Fund 2021 ini dan kenapa dihadirkan oleh Kemendikbud? Berikut informasi detailnya.
Matching Fund 2021 sendiri merupakan program pendanaan dari Kemendikbud yang dirancang untuk meningkatkan manfaat dan juga relevansi antara perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia perguruan tinggi dengan dunia usaha dan juga industri.
Total dana yang disiapkan Kemendikbud dalam program Matching Fund 2021 ini sendiri ada Rp 250 miliar. Dana ini nantinya akan diberikan kepada perguruan tinggi yang memenuhi catatan khusus.
Catatan khusus tersebut adalah bisa melakukan kegiatan kolaborasi dengan mitra yang bertujuan untuk mengembangkan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Jika perguruan tinggi bisa menjalin kolaborasi ini, maka akan membuka kesempatan memperoleh Matching Fund 2021.
Baca juga : Penerimaan Proposal Untuk Bantuan Program Fasilitasi Akreditasi Internasional Program Studi 2021
Pada dasarnya program Matching Fund 2021 menjadi bagian dari kebijakan Kampus Merdeka yang sudah dirilis oleh Kemendikbud di tahun 202 lalu. Program pendanaan ini merupakan pembaharuan terhadap pendanaan pada perguruan tinggi.
Sebab aktualnya untuk mampu mencapai berbagai tujuan dari kebijakan Kampus Merdeka, sebuah perguruan tinggi tidak bisa berdiri sendiri. Maka oleh Kemendikbud diminta untuk menjalin kolaborasi dengan mitra yang sudah ditunjuk.
Mitra ini pada umumnya merupakan perusahaan atau bisnis yang memang bisa mendorong kebijakan Kampus Merdeka. Salah satunya mendorong perguruan tinggi untuk menelurkan berbagai inovasi yang tentu bermanfaat untuk semua pihak.
Tidak hanya kepada pihak perguruan tinggi dan mahasiswa di dalamnya, namun juga untuk bisnis dan industri yang menjadi mitra. Sekaligus kepada masyarakat luas sehingga bisa menjadi solusi atas segala masalah di tengah masyarakat tersebut.
Bentuk kemitraan ini sendiri beragam, sebagai contoh adalah kolaborasi perguruan tinggi dengan perusahaan yang menyediakan infrastruktur telekomunikasi 5G. Program infrastruktur ini akan dirancang oleh pihak perguruan tinggi, sementara pelaksanaannya dilakukan oleh mitra.
Manfaat dari program infrastruktur ini tentu saja untuk memperluas akses jaringan 5G yang tentu dibutuhkan oleh mahasiswa dan dosen dalam menunjang kegiatan belajar mengajar secara daring. Jaringan 5G ini sendiri juga akan dibutuhkan oleh masyarakat luas, untuk kemudahan akses internet sesuai kebutuhan.
Baca juga : Simlibtabmas Infokan Call For Proposal Program Penelitian E-ASIA JRP 9th Call Untuk Dosen
Pengiriman proposal program Matching Fund 2021 sendiri sudah bisa dilakukan, seperti yang dijelaskan sekilas di awal. Perguruan tinggi yang ingin masuk ke dalam program ini atau ingin mendapatkan dana Matching Fund maka bisa memulai mencair mitra dulu.
Baru ketika perguruan tinggi ini sudah memperoleh mitra dari dunia usaha dan industri. Pihak mereka baru bisa mengajukan proposal untuk program Matching Fund 2021 tadi. Proposal yang disusun pun perlu memenuhi sejumlah ketentuan berikut ini:
Ketentuan pertama yang harus dipenuhi perguruan tinggi sebelum mengajukan proposal adalah berkaitan dengan rasio pendanaan. Perhitungan rasio pendanaan ini pada dasarnya akan disesuaikan dengan kontribusi mitra kepada pihak pemerintah.
Ketentuan kedua adalah terkait tipe pendanaan, sebab tipe pendanaan yang bisa diterima perguruan tinggi bisa dalam bentuk uang tunai dan bisa juga dalam bentuk lain yang nilai kontribusinya bisa diukur.
Ketentuan berikutnya adalah tipe perguruan tinggi, sebab oleh Kemendikbud disampaikan jika program Matching Fund 2021 ini bisa diikuti oleh semua perguruan tinggi di Indonesia. Baik itu PTN maupun PTS.
Proposal untuk program Matching Fund 2021 yang sudah disusun nantinya akan diajukan oleh dosen di perguruan tinggi yang bersangkutan dan sudah terdaftar di Kedaireka. Selain itu dosen tersebut juga harus melibatkan mahasiswa program sarjana.
Selain itu juga bisa melibatkan dosen maupun peneliti lain yang bisa berasal dari perguruan tinggi yang sama dan bisa juga dari perguruan tinggi lain. Setelah terbentuk kesepakatan antara perguruan tinggi dengan mitra, barulah proposal Matching Fund 2021 diajukan ke Kemendikbud melalui Kerai Reka.
Tidak semua orang dari perguruan tinggi bisa mengajukan proposal tersebut, oleh Kemendikbud ditambahkan beberapa syarat pihak yang mengajukan. Meliputi:
Proses atau alur untuk mengajukan proposal Matching Fund 2021 kepada Kemendikbud sendiri lebih detailnya adalah sebagai berikut:
Baca juga : UMY Targetkan 70 Lebih Proposal Penelitian Tembus Hibah DRPM
Proposal pengajuan yang disusun diminta untuk dibuat memakai Bahasa Indonesia, ringkas, informatif, dan juga mengikuti kerangka pikir yang logis. Adapun detail struktur proposal tersebut adalah sebagai berikut:
Kegiatan kolaborasi yang dilakukan perguruan tinggi dengan mitra nantinya akan membutuhkan sejumlah dana. Dana ini nantinya akan ditanggung oleh mitra tersebut dan juga Kemendikbud.
Rasio perbandingan tanggungan dana ini menjadi 1:1 ketika manfaat dari kegiatan akan didapatkan oleh mitra dan perguruan tinggi. Namun ketika kegiatan ini bermanfaat untuk masyarakat luas dan berkontribusi memecahkan masalah nasional maka rasio menjadi 1:3, dimana dana dari Kemendikbud akan lebih besar.
Dana Matching Fund 2021 dari Kemendikbud sendiri disampaikan akan diberikan sebesar Rp 5 miliar per usulan, dimana dana ini merupakan batas maksimal. Sedangkan untuk komponen biaya yang bisa diajukan meliputi honorarium (gaji untuk tim peneliti dan tim pelaksana program) sebesar 30% dan biaya operasional.
Biaya operasional ini meliputi biaya pembelian bahan baku, pengadaan peralatan, dan lain-lain. Besaran biaya nantinya akan mengacu pada standar biaya umum dan juga dari perundang-undangan yang berlaku.
Penulis : Pujiati
Editor : duniadosen.com/ Wahyudha Wibisono
Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…
Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…
Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…
Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…
Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…
Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…