Dr.rer.nat. Mardiyati S.Si., M.T merupakan dosen yang ahli dalam ilmu material. Tahun 2004, ia berhasil mendapat gelar master dari ITB untuk bidang ilmu material, dilanjutkan dengan mempelajari ilmu polimer di Jerman. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan sumber material, terutama material hayati.
Maka dari itu, dosen program studi (prodi) Teknik Material, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (FTMD ITB) tersebut ingin sekali membumikan ilmu material kepada generasi muda. Ia menyayangkan ilmu material tak sepopuler ilmu-ilmu lainnya. Padahal, Indonesia punya potensi besar untuk mengembangkan bidang tersebut. Melihat potensi tersebut ditambah dengan banyaknya sumber daya manusia potensial, Mardiyati ingin membangun kesadaran generasi muda untuk terus mempelajari dan mengembangkan ilmu material hayati.
”Negara kita kaya akan bahan alam yang sangat berpotensi menjadi material-material maju. Kita punya karet alam yang tidak dimiliki oleh negara lain, kita memiliki polimer-polimer hayati yang unik dan terkadang hanya tumbuh di negara kita. Ini adalah potensi negara kita. Kekayaan negara kita,” jelas dosen yang meneliti tentang polimer MMH-PPV tersebut.
Selain membumikan ilmu material, perempuan yang mengajar mata kuliah Teknologi Polimer Hayati tersebut ingin mahasiswanya tidak hanya menguasai materi, namun juga mencintai bidang ilmu yang sedang dipelajari. Hal tersebut penting, karena sesuatu yang berasal dari rasa cinta akan menghasilkan sesuatu yang maksimal jua.
Perjalanan Menjadi Dosen
Inspirasi bisa dari mana saja. Seseorang bisa mendapatkan inspirasi hanya dengan melihat kejadian atau pun merasakannya secara langsung. Tak jarang dari sebuah inspirasi mampu membuat perubahan nasib atau keputusan seseorang, seperti halnya Mardiyati. Salah satu perempuan yang memutuskan menjadi dosen karena terinspirasi dari sang Ayah.
Mardiyati, sapaan karibnya, memiliki ayah yang menjadi dosen luar biasa di berbagai institusi pendidikan. Dulu, Mardiyati seringkali membantu almarhum ayahnya mempersiapkan bahan ajar berupa powerpoint presentation dan menulis bahan perkuliahan. Pun, ia sering melihat mahasiswa almarhum ayahnya datang ke rumah untuk melakukan konsultasi kuliah maupun tugas akhir.
”Dahulu, ketika melihat papa menjadi dosen, rasanya terlihat sangat keren. Papa memiliki ilmu yang sangat luas dan bermanfaat bagi orang banyak,” ujarnya.
Sejak saat itu, hanya dosen dan peneliti lah profesi yang ingin Mardiyati geluti. Almarhum ayahnya, Drs. Raden H. Ismail Muhammad adalah sosok pecinta buku. Mardiyati mengaku belajar banyak dari ayahnya tersebut. ”Beliau adalah orang yang mengajarkan saya untuk mencintai buku, mencintai ilmu, dan memiliki kekuatan hati untuk mencapai mimpi. Beliau juga yang mendorong saya untuk mencapai pendidikan setinggi mungkin,” kenang Mardiyati.
Selain terinspirasi oleh almarhum ayah, Mardiyati pada dasarnya memang mencintai dunia pendidikan, terutama pengajaran. Baginya, berkecimpung dalam dunia pendidikan adalah kegiatan yang menyenangkan.
Mardiyati mengaku senang berbicara di depan umum, apalagi ketika pemaparannya berhasil dipahami oleh mahasiswa. Pun, menjadi dosen membuat Mardiyati bisa melakukan dua kegiatan favoritnya, mengajar dan meneliti.
Kesan Menjadi Dosen
Mardiyati mulai menjadi dosen di prodi Teknik Material FTMD ITB sejak 2011 setelah merampungkan pendidikan doktoralnya di Max-PlanckInstitut fur polymerforschung-Johanes Gutenberg Universitat, Mainz, Jerman di bidang polimer. Saat itu, prodi Teknik Material sedang membutuhkan dosen yang berlatar belakang Ilmu Kimia. Merasa cocok, Mardiyati lantas mendaftar.
”Prodi Teknik Material butuh dosen dengan latar belakang Ilmu Kimia, terutama yang bisa mengajar dan mengembangkan ilmu material polimer. Sehingga sangat cocok sekali dengan latar belakang pendidikan saya,” jelas sarjana kimia dari ITB tersebut.
Hampir sembilan tahun menjadi dosen, Mardiyati mengalami banyak pengalaman berkesan. Namun, pengalaman paling berkesan baginya adalah ketika bisa memberi semangat kepada mahasiswanya yang mengalami masalah sehingga kehidupan akademiknya terbengkalai. Baginya, pengalaman tersebut adalah sebuah kebahagiaan tak terhingga.
”Saya memiliki pengalaman dengan beberapa mahasiswa yang seperti itu, tetapi kemudian semangat belajarnya bangkit, bahkan mereka tidak hanya lulus di program S1 nya saja, bahkan melanjutkan hingga studi S2 dengan prestasi yang cukup membanggakan,” ujarnya bangga.
Tak hanya itu, menjadi dosen juga membuatnya banyak berkecimpung dalam penelitian yang memiliki banyak kesan. Dalam bidang penelitian, Mardiyati bercerita tentang bagaimana dirinya berjuang membangun penelitian dari nol sampai saat ini. Ia menembus batas berupa kurangnya fasilitas dan dana, serta berhasil menghasilkan karya penelitian sampai sekarang.
Mardiyati menyadari dosen adalah profesi yang dinamis. Perkembangan ilmu pengetahuan yang setiap waktu semakin cepat akibat adanya intervensi teknologi membuat dosen harus terus memperbarui pengetahuan dan keahliannya. Tak ayal, makin lama tantangan dosen juga makin besar.
Perempuan kelahiran Jambi, 17 September 1976 itu menyebut dosen harus bisa menghadapi tantangan dengan mengembangkan berbagai metode pembelajaran yang efektif dan efisien. Dosen, lanjutnya, harus giat membaca literatur dari berbagai sumber untuk memperkuat pengetahuan.
Tak hanya itu, dosen juga harus bisa lebih peka terhadap fenomena di masyarakat sehingga dapat melakukan penelitian yang bermanfaat. Mardiyati menilai, jika penelitian tak bisa memberikan sumbangsih untuk masyarakat, maka penelitian tersebut kurang memiliki nilai.
”Tantangan terbesar kita adalah bagaimana merespons permasalahan di masyarakat melalui penelitian. Selain itu, penelitian tersebut harus bisa memberikan solusi serta memiliki dampak yang cukup besar kepada masyarakat kita,” tegas Mardiyati.
Harapan dan Cita-cita
Kedepannya, Mardiyati punya cita-cita yang ingin diwujudkan, salah satunya adalah menulis buku. Sejauh ini, Mardiyati belum pernah menulis buku karena berbagai prioritas yang harus didahulukan. Dia ingin menjadi sosok yang bermanfaat melalui penciptaan karya, entah berupa buku maupun karya ilmiah yang bernilai guna di masa mendatang.
Selain itu, Mardiyati juga ingin menjadi seorang dosen sekaligus peneliti yang andal. Sehingga bisa bermanfaat untuk memecahkan masalah di masyarakat. ”Tentunya cita-cita tersebut akan terus saya perjuangkan sampai sekarang,” akunya seraya tersenyum.
Sebagai dosen sekaligus mengembang peran domestik dalam keluarga, Mardiyati harus pandai membagi waktu. Dalam rangka menyiasati hal tersebut, ia menerapkan target dalam setiap kegiatan.
”Saya selalu berusaha untuk membuat target. Target tersebut kemudian saya pecah menjadi skala prioritas yang diupayakan untuk dicapai. Dengan membuat target dan skala prioritas, biasanya kita menjadi lebih fokus dan disiplin. Keduanya adalah kunci untuk mencapai target-target yang sudah kita tetapkan,” jelasnya.
Mardiyati melanjutkan, dirinya memiliki jadwal tertulis dalam sebuah buku agenda setiap harinya dan berusaha melaksanakan apa yang sudah ditulis dalam buku tersebut. ”Biasanya, saya gunakan agenda tersebut untuk tetap menjaga keseimbangan antara urusan pekerjaan dan urusan yang lainnya,” pungkasnya. (duniadosen.com/az)
Dalam Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 dijelaskan mengenai karakter dosen untuk pengembangan indikator kinerja dosen.…
Bagi mahasiswa dan dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut pascasarjana gratis di Qatar, Anda…
Bagi siapa saja yang ingin studi S2 maupun S3 di luar negeri, silakan mempertimbangkan program…
Kabar gembira bagi para dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut jenjang S3 di luar…
Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 Tentang Standar Minimum Indikator Kinerja Dosen dan Kriteria Publikasi Ilmiah…
Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 menjelaskan dan mengatur perihal standar minimum pelaksanaan hibah penelitian dalam…