Urusan contek-mencontek, para dosen seringkali dibuat jengkel oleh para mahasiswanya. Layaknya anak sekolah, para mahasiswa juga memiliki berbagai cara untuk mencontek.
Para pelaku contek-mencontek ini, biasanya mereka bermodalkan kertas berukuran kecil yang terkadang ditulis dengan catatan sendiri jika mahasiswa tersebut rajin, terkadang juga mengkopi dari teman yang memiliki catatan lengkap. Kertas berukuran kecil itu bisa diselipkan dimana pun tempat yang sekiranya tidak terlihat dosen pengawas.
Ada juga yang menggunakan trik membuat catatan di bangku atau di meja kuliah. Mereka tidak segan-segan untuk datang lebih awal, membawa banyak buku atau catatan namun bukan untuk dibaca melainkan untuk menulis contekan.
Lain lagi dengan mahasiswa yang mencontek menggunakan alat komunikasi seperti telepon genggam. Sebelum masuk kelas, mereka sibuk memotret buku catatan mereka atau milik teman mereka. Pada saat akan masuk kelas, mereka duduk di bagian tengah ke belakang.
Trik ini juga memperhitungkan, karakter dosen yang mengawas. Apabila yang mengawas dosen dengan mata jeli, mereka yang menggunakan trik ini sudah pasti harap-harap cemas. Terutama jika sang dosen meminta alat komunikasi yang digunakan mencontek diletakkan di atas meja dosen pengawas.
Dan juga, para dosen tidak boleh meremehkan mahasiswa yang duduk berdekatan dengan dinding kelas. Deretan ini perlu diwaspadai sebab, mereka akan mengandalkan contekan di dinding terdekat dan kebanyakan para dosen tidak mengetahui.
Beberapa contoh trik mahasiswa yang mencontek di atas lumayan membuat dosen pusing kepala. Seharusnya perguruan tinggi mencetak generasi yang jujur, bersih, dan berkualitas, jadi tercoreng dengan adanya kegiatan contek-mencontek. Kebiasaan kurang baik yang sudah dianggap menjadi tradisi ini, tidak dapat dihentikan secara langsung.
Meski demikian, bukan berarti para dosen tidak mampu mengatasi para pelaku contek-mencontek. Berikut contohnya, salah satu dosen di Lampung, ada yang menerapkan sistem robek kertas ujian sebagai ancaman bagi mahasiswa yang mencontek.
Sebelumnya mahasiswa yang ketahuan mencontek itu disuruh memilih, apakah mereka tersebut yang akan merobek sendiri kertas ujiannya atau dosen yang melakukan. Dengan demikian, mereka tidak lagi memiliki keinginan untuk menyontek, sebab jika mereka nekat, tidak hanya menanggung malu dengan dosen namun juga seisi kelas.
Baca juga: Indonesia Butuh Tenaga Dosen
Ada juga dosen yang menggunakan cara mengumpulkan tas para mahasiswa ke depan kelas. Semua perangkat telepon genggam disimpan di dalam tas dan hanya membawa satu alat tulis saat ujian berlangsung, serta dilarang membawa tempat pensil.
Bahkan, beberapa dosen juga melakukan penggeledahan pada kantong-kantong celana, kemeja, atau rok mahasiswanya. Sehingga tidak ada celah sedikit pun bagi mahasiswa untuk menyelipkan kertas contekan.
Memberantas kegiatan contekan, menjadi bahasan yang penting. Mengingat hal tersebut juga berkaitan dengan karakter pribadi mahasiswa. Ada baiknya, tidak hanya para dosen yang bekerja keras melakukan berbagai hal antisipasi contek-mencontek. Juga diperlukan dukungan instansi perguruan tinggi terkait.
Jika memungkinkan, instansi perguruan tinggi bekerja sama dengan pemerintah menanggulangi percontekan seperti yang dilakukan Kementerian Pendidikan Cina, bekerjasama dengan perguruan tinggi di Luoyang, menggunakan drone pelacak sinyal ponsel saat ujian masuk perguruan tinggi.
Ponsel atau telepon genggam, sedianya digunakan sebagai alat komunikasi atau media sosial. Sayangnya, banyak pihak yang menyalahgunakan fungsi ponsel sebagai alat bantu contek. Hal ini lebih diuntungkan bila format soal berupa pilihan berganda. Karena itulah dibutuhkan kerjasama pihak universitas dan pemerintah, terutama para dosen.