Inspirasi

M Aditya Kurnia: Mengimplementasikan Sistem Pembelajaran yang Menyenangkan di Indonesia


Profesi dosen tentu menjadi profesi yang menarik untuk dikenal lebih dalam, apalagi jika bertemu dengan dosen yang benar-benar menarik. Dosen dikatakan menarik ketika mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. 

Sekaligus dimanapun sosoknya berada bisa selalu menciptakan energi positif yang memberi pengaruh positif di sekitarnya. Dosen seperti ini ternyata tidak hanya bisa dijumpai di luar negeri, Indonesia juga punya. 

Salah satunya adalah dosen muda di Medan, tepatnya di Universitas Prima Indonesia, Medan yakni Mas Muhammad Aditya Kurnia yang akrab disapa Mas Adit. Sosoknya yang inspiratif kemudian membuat Dunia Dosen mengundangnya untuk acara Ngobrolin Dosen. 

Ngobrolin Dosen sendiri terselenggara berkat dukungan penerbit deepublish kepada Dunia Dosen. Acaranya dilakukan live di Instagram secara berkala setiap bulan. Pada bulan Maret 2022, Dunia Dosen berkesempatan menghadirkan Mas Adit sebagai narasumber. 

M Aditya Kurnia Tertarik Menjadi Dosen saat Kuliah S2

Mas Adit diketahui menjadi salah satu dosen tetap di Universitas Prima Indonesia yang berada di kota Medan. Beliau diketahui baru meniti karir sebagai dosen di tahun 2020 lalu setelah menyelesaikan studi S2 di Southern Medical University Guangzhou, China dan mendapat gelar Master of Public Health (M.P.H). 

Setelah lulus S2 di tahun 2019, Mas Adit memutuskan untuk menjadi dosen. Melalui Ngobrolin Dosen disampaikan, keinginan menjadi dosen justru muncul saat mengenyam pendidikan S2 di Guangzhou, China. 

Saat kuliah S1 di Universitas Sumatera Utara keinginan menjadi dosen belum tumbuh. Rupanya, hal ini bermula dari pertemuan dan kedekatan beliau dengan salah satu Profesor di Southern Medical University Guangzhou

Selama kuliah di Indonesia, diakui belum pernah bertemu dengan sosok dosen seperti Profesor tersebut. Yakni yang selalu energik dan mampu memberikan inspirasi setiap kali bersosialisasi dengan mahasiswanya. 

Dari pengalaman inilah, pandangan Mas Adit yang mengira dosen itu selalu kaku dan tidak bisa energik menjadi berubah drastis. Terinspirasi oleh sosok Profesor tersebut, Mas Adit ingin menjadi dosen serupa tapi bukan di China melainkan di Indonesia. 

Keinginan ini berhasil diwujudkan olehnya dengan diterimanya sebagai dosen di Universitas Prima Indonesia. Saat ini, Mas Adit yang sudah berkarir selama kurang lebih 2 tahun sudah memangku jabatan Asisten Ahli. 

Baca Juga:

Bapak Sattar: Menjadi Dosen Harus Mengikuti Perkembangan dan Perubahan

Perjalanan Karir Dr. Muhammad Natsir dalam Menekuni Profesi Dosen 

Prof Retno: Memahami Pentingnya Mencapai Gelar Profesor bagi Dosen

Titik Taufikurrohmah, Dosen Kimia Unesa yang Kembangkan Nanogold 

M Aditya Kurnia Mengimplementasikan Konsep Pembelajaran Luar Negeri

Selama sekitar 1 jam berbincang di acara Ngobrolin Dosen, Mas Adit banyak berbagi kisah maupun opini. Salah satunya terkait sistem pembelajaran di pendidikan tinggi yang berbeda antara Indonesia dengan di luar negeri. Misalnya di China dimana beliau menempuh S2. 

Menurut penilaian beliau, sistem pembelajaran perguruan tinggi di Indonesia masih belum menyenangkan seperti di luar negeri. Hal ini bisa terlihat dari kegiatan pembelajaran yang terlalu kaku, terlalu serius, dan hanya berfokus pada dosen sebagai pusat pembelajaran. 

Sementara di luar negeri, pembelajaran bisa disuguhkan dengan suasana yang lebih menyenangkan. Meskipun begitu kualitas pembelajarannya sangat baik dan justru bisa menghasilkan talenta berbakat dan berdaya saing tinggi. 

Jika di luar negeri, sudah menjadi pemandangan umum bertemu dengan sosok dosen yang sangat energik. Dosen terlihat sangat menikmati kegiatannya dalam mengajar dan melaksanakan tugas lainnya. 

Suasana ini kemudian bisa diciptakan kembali di kelas oleh dosen tersebut, dan pengalaman serupa dialami langsung oleh Mas Adit. Sebab selama kuliah S2 di China, diakuinya banyak bertemu dosen-dosen yang energik dan inspiratif. 

Mas Adit kemudian berkeinginan untuk bisa menjadi salah satu dosen seperti ini di Indonesia. Sehingga saat diterima sebagai dosen di Universitas Prima Indonesia, beliau terus berusaha untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang energik dan menyenangkan. 

Beliau tidak ingin kegiatan pembelajaran membuat mahasiswa malas untuk datang ke kelas. Sekaligus tidak membuat mahasiswa hanya bisa menerima file materi kuliah dalam bentuk PDF untuk dibaca atau dalam bentuk video untuk ditonton. 

Sejauh ini, Mas Adit mencoba mengimplementasikan metode pembelajaran yang didapatkannya selama kuliah di luar negeri. Fokus utamanya adalah menjadikan kelas selalu menyenangkan. 

Sehingga mahasiswa selalu menantikan kegiatan perkuliahan di kelas. Usaha Mas Adit tidak sia-sia, karena sejauh ini kelasnya selalu padat. Padahal beliau mengaku mengajar mata kuliah yang akrab dengan kegiatan berhitung. Seperti mata kuliah Dasar Kependudukan. 

Baca Juga:

Dr. Ira Maisarah: Dosen di Era Milenial Harus Optimalkan Kegiatan Menulis

Ulasan Lengkap 5 Dosen Generasi Pertama di Prodi Statistika UII 

Dr. Ir. Sri Nuryani: Dosen Harus Komit dan Punya Integritas dalam Melaksanakan Tri Dharma

Prof. Andi Iqbal: Dosen Itu Harus Siap Berkontribusi dan Bertanggungjawab untuk Kemajuan Bangsa

Strategi Penelitian yang Diterapkan

Dosen di Indonesia tentunya tidak hanya melaksanakan kegiatan pendidikan dengan mengajar dan mendidik mahasiswa. Sesuai Tri Dharma, dosen juga diwajibkan untuk rutin melakukan penelitian. 

Terkait hal ini, Mas Adit juga mengaku mencoba menyusun strategi penelitian yang terinspirasi dari Profesornya di Southern Medical University Guangzhou. Kuncinya adalah melakukan pemetaan penelitian yang dilakukan. 

Jauh sebelum penelitian dilakukan, dosen idealnya sudah menyusun peta jalan kegiatan penelitian tersebut. Mulai dari menentukan tema atau topik penelitian, proses penelitiannya bagaimana, sumber dananya darimana, dan lain-lain. 

Lewat strategi ini Mas Adit lebih berani untuk memilih topik penelitian yang sudah dilakukan di luar negeri tapi belum dilakukan di Indonesia. Pemetaan penelitian sudah disusun Mas Adit sebelum semester dimulai. 

Lewat ide ini, Mas Adit kemudian mampu mendapatkan antusias sejumlah mahasiswa untuk mendukung penelitian yang diinginkan dan direncanakan. Meskipun referensinya masih minim dan terbilang masih sulit. 

Menyusun pemetaan diakui Mas Adit tidak hanya diterapkan untuk kegiatan penelitian, tapi untuk semua tugas dosen. Dimana pemetaan dan konsepnya sudah disusun secara mandiri oleh Mas Adit diluar kewajiban untuk menyusun dan melaporkan RKD (Rencana Kerja Dosen) ke Dikti. 

Sehingga dengan strategi ini, dosen bisa bekerja profesional dan menghindari prinsip mahasiswa the power of kepepet. Jika sudah terdesak biasanya segalanya bisa dilakukan. Namun dengan perencanaan konsep yang matang, hal ini efektif melancarkan seluruh rencana kerja dosen. 

M Aditya Kurnia Dosen yang Menjadi Sahabat Mahasiswa

Sebagai dosen muda, yang mengajar pertama kali di usia 24 tahun. Tentunya ada banyak tantangan dihadapi selama mengajar. Mas Adit sendiri mengaku tantangan muncul saat mengajar mahasiswa yang usianya tidak berbeda jauh. 

Tantangan juga dihadapi saat harus mengajar mahasiswa yang usianya di atas dosen sendiri. Kedua kondisi ini pernah dialami oleh Mas Adit. Seperti saat mengajar mahasiswa profesi yang usianya rata-rata di atas 40 tahun. 

Mas Adit berbagi tips untuk tidak underestimate, berusaha untuk bisa menyampaikan materi yang belum pernah didapatkan dan dipraktekan oleh mahasiswa tersebut. Sehingga jangan pernah menyampaikan tentang pengalaman, karena mahasiswa profesi tentu punya pengalaman lebih luas. 

Mas Adit memilih untuk menjelaskan materi yang belum pernah didapatkan mahasiswa. Kemudian bertanya, bagaimana implementasi materi tersebut di lapangan. Langkah ini sukses memunculkan interaksi dengan aneka jawaban mahasiswa. 

Perlahan sosoknya sebagai dosen bisa dihargai, mampu menyampaikan materi dengan baik dan absensi kelas juga bagus. Harapannya hal ini terus bisa dilakukan, sembari Mas Adit meraih target berikutnya. 

Seperti target untuk kuliah S3 di luar negeri secepatnya dan mengurus kenaikan jabatan fungsional. Mas Adit ingin menjadi sahabat bagi mahasiswanya, sehingga tidak hanya mengajar mereka tapi ikut bersosialisasi dengan mereka. Seperti main futsal bersama-sama. 

Artikel Terkait:

Dekan FEB Universitas Pancasakti (UPS) Mencermati Pengaruh Fenomena Influencer Saham Pada Investor Millenial 

Pandemi, Kedua Dosen UIGM ini Gagas iFarmplg Bantu Penjual di Pasar Tradisional 

I Wayan Sudirana, Dosen ISI Denpasar yang Mendedikasikan Hidupnya untuk Musik

D3 Keperawatan UNEJ Gandeng Penerbit Deepublish Gelar Workshop Penulisan Buku Ajar 

Salmaa

Long life learner.

Recent Posts

3 Karakter Dosen untuk Pengembangan Indikator Kinerja Dosen

Dalam Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 dijelaskan mengenai karakter dosen untuk pengembangan indikator kinerja dosen.…

21 hours ago

Pendaftaran Doha Institute Scholarship Jenjang S3 Tahun 2025 Dibuka!

Bagi mahasiswa dan dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut pascasarjana gratis di Qatar, Anda…

22 hours ago

Royal Thai Government Scholarship 2025 untuk Jenjang S2 dan S3

Bagi siapa saja yang ingin studi S2 maupun S3 di luar negeri, silakan mempertimbangkan program…

22 hours ago

Program IASP 2025 untuk Dosen Kuliah S3 Gratis di Austria Resmi Dibuka!

Kabar gembira bagi para dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut jenjang S3 di luar…

6 days ago

Indikator Kinerja Dosen Sesuai Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024

Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 Tentang Standar Minimum Indikator Kinerja Dosen dan Kriteria Publikasi Ilmiah…

6 days ago

Standar Minimum Pelaksanaan Hibah Penelitian dalam Indikator Kinerja Dosen

Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 menjelaskan dan mengatur perihal standar minimum pelaksanaan hibah penelitian dalam…

6 days ago