Luluk Rosida. Pilihan berkarir menjadi dosen merupakan pilihan yang membuka sejuta jalan dan peluang. Sebab hanya di profesi ini seseorang bisa melakukan banyak aktivitas dan produktif menghasilkan karya. Mulai dari hari pertama meniti karir sampai memasuki usia pensiun di masa mendatang.
Menurut Ibu Luluk Rosida S.ST., M.KM. seorang dosen perlu memiliki sebuah karya. Karya ini akan menjadikan dosen tersebut lebih dikenal luas. Sekaligus menjadi jembatan yang menghubungkan ilmu pengetahuan si dosen kepada masyarakat luas. Jadi, dosen sebaiknya tak hanya sibuk mengajar saja melainkan juga terus sibuk menciptakan karya.
Daftar Isi
TogglePraktisi Kesehatan yang Kemudian Memutuskan Menjadi Dosen
Ibu Luluk Rosida S.ST., M.KM. ketika awal meniti karir diakui tak langsung menjadi dosen. Beliau menjelaskan bahwa impiannya dulu semasa kuliah memang bukan menjadi dosen. Sebagai lulusan D3 Kebidanan, praktis beliau kemudian menekuni karir menjadi praktisi kesehatan di sebuah puskesmas.
Selama menjadi praktisi kesehatan, tak hanya sibuk mengamalkan ilmunya membantu para pasien. Seperti membantu proses persalinan para calon ibu saja. Namun, sempat beberapa kali memberikan bimbingan praktek kepada para mahasiswa yang mengambil bidang keilmuan Kebidanan maupun bidang kesehatan lainnya.
Berawal dari pengalaman memberi bimbingan tersebut, Ibu Luluk yang merupakan panggilan akrab beliau mengaku mulai tertarik dan menyukai kegiatan mengajar. Menurut beliau, mengajar mahasiswa ternyata memberi banyak hal positif. Sangat menyenangkan sekaligus menantang karena dituntut untuk menjelaskan suatu ilmu yang dimiliki agar mudah dipahami mahasiswa tersebut.
Ibu Luluk kemudian berinisiatif untuk sekolah lagi, dari D3 Kebidanan menjadi D4 di bidang keilmuan yang sama. Setelah lulus, kemudian beliau mendapat tawaran untuk menjadi dosen di salah satu universitas di Yogyakarta. Yakni di Unisa (Universitas Aisyiyah Yogyakarta).
Setelah mendaftarkan diri menjadi calon dosen dan mengikuti serangkaian tes masuk. Beliau dinyatakan lulus dan kemudian aktif mengajar sebagai dosen sampai sekarang. Kali pertama menjadi dosen di Unisa tepatnya di tahun 2012 dan masih aktif sampai sekarang. Tanpa terasa beliau sudah menekuni karir sebagai dosen selama 9 tahun.
Aktivitas mengajar kemudian menjadi aktivitas yang sangat beliau nikmati. Sebagai dosen, tentunya Ibu Luluk Rosida tak hanya harus aktif mengajar saja. Namun juga menjalankan tugas lainnya seperti yang tercantum di dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dosen kemudian juga harus aktif berkarya lewat penelitian, tulisan, mempublikasikan tulisan, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Pak Bejo: Dosen Menulis untuk Menyampaikan Ide dan Gagasannya
Dosen Harus Punya Karya
Ibu Luluk kemudian menjelaskan pula bahwa seorang dosen harus memiliki karya. Sebab dosen yang hanya mengajar saja tentu sosoknya tidak akan dikenal luas oleh masyarakat. Lewat karya yang dihasilkan dosen tersebut, maka dosen ini akan lebih dikenal oleh masyarakat luas.
Ditambahkan pula oleh beliau, bahwa dengan sibuk mengajar saja meskipun sampai bertahun-tahun jika tidak atau belum memiliki karya maka sosoknya hanya dikenal kalangan mahasiswa. Dosen yang aktif mengajar 20 kelas atau sampai 50 kelas selama berbulan-bulan tentu hanya bisa berbagi ilmu, pengalaman, dan berkarya di dalam kelas.
Semua aktivitas yang dilakukan dosen tersebut secara praktis hanya bisa diketahui oleh mahasiswa di dalam kelas itu saja. Tapi, ketika seorang dosen membuat sebuah karya seperti melakukan penelitian, menulis buku, dan publikasi. Maka dosen bisa dikenal oleh banyak orang.
Dosen yang mengajar Kebidanan di Unisa ini juga menjelaskan bahwa dengan menghasilkan sebuah karya maka ilmu dan pengalaman dosen tersebut bisa dibagikan ke lebih banyak orang. Ilmu dan pengalaman ini akan memberi wawasan dan pengetahuan kepada banyak orang, yang kemudian memanfaatkannya sesuai kebutuhan.
Karya yang dibuat oleh dosen tentu sangat banyak. Lewat kegiatan penelitian seorang dosen bisa mempublikasikan banyak karya tulis. Mulai dari artikel ilmiah berisi laporan hasil penelitian yang kemudian dipublikasikan ke dalam jurnal ilmiah, baik nasional maupun internasional.
Hasil penelitian tersebut juga bisa dituangkan oleh dosen yang bersangkutan menjadi sebuah buku. Buku ini kemudian bisa dipublikasikan untuk bisa dibaca oleh masyarakat luas, dan memetik ilmu serta manfaat dari isi buku tersebut. Sehingga ilmu dan pengalaman yang dimiliki dosen tidak hanya bisa dibagikan kepada para mahasiswa saja.
Baca Juga: Dr. I Gusti Bagus Rai: Dosen Harus Beradaptasi dengan Kebutuhan Masyarakat dan Dunia Industri
Berhasil Mempublikasikan Dua Buku
Selama 9 (sembilan) tahun berkarir sebagai dosen di Unisa, Ibu Luluk Rosida menyampaikan bahwa baru menulis 2 buku. Pertama, buku tentang salah satu mata kuliah yang diampu oleh beliau yakni Kebidanan. Buku ini dibuat oleh Ibu Luluk setelah melakukan penelitian yang didanai oleh Dana Hibah Penelitian dari Dikti.
Hasil penelitian tersebut kemudian dituangkan oleh beliau menjadi buku, sebelum diterbitkan dan dibaca masyarakat luas. Buku pertama karya Ibu Luluk Rosida ini diakuinya menjadi salah satu buku pegangan saat mengajar mahasiswa di mata kuliah Kebidanan. Buku ini kemudian menjadi buku yang sering digunakan oleh beliau, karena memang berhubungan dengan keseharian sebagai dosen kebidanan.
Buku kedua tentang aplikasi pelaporan KDRT. Isi buku ini disampaikan beliau berhubungan dengan kesehatan reproduksi. Sebab tindakan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) juga berhubungan erat dengan kesehatan reproduksi. Lahirnya aplikasi ini sendiri juga dari perolehan Dana Hibah Pengabdian Masyarakat dari Dikti.
Melalui Pengabdian Masyarakat tersebut Ibu Luluk Rosida kemudian menciptakan sebuah aplikasi yang berfungsi untuk membantu korban KDRT melaporkan kekerasan yang dialaminya. Aplikasi ini terhubung dengan Puskesmas, oleh petugas Puskesmas kemudian akan dilakukan kunjungan ke lokasi dimana korban mengalami KDRT dan dilakukan penjemputan (penyelamatan).
Kehadiran aplikasi ini kemudian membantu para Kader Puskesmas untuk menolong masyarakat yang menjadi korban KDRT. Sebab selama ini korban enggan melakukan laporan dan khawatir atau malu identitasnya diketahui publik. Sehingga aplikasi ini dibuat untuk membantu tanpa harus membuat korban mempublikasikan identitasnya.
Dari aplikasi yang memberi manfaat besar ini, banyak dorongan untuk disusun menjadi buku. Baru kemudian oleh Ibu Luluk disusun bukunya dan kemudian dipublikasikan bersama Penerbit Deepublish.
Ibu Luluk Rosida saat ini juga mencoba mendalami kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT. Diharapkan di kemudian hari bisa menciptakan alur atau SOP yang bisa membantu para korban untuk mendapatkan bantuan yang semestinya.
Baca Juga: Dr. Iva Ariani: Dosen Melaksanakan Tri Dharma untuk Menjawab Persoalan-Persoalan di Masyarakat
Berharap Alumni Dapat Mengamalkan Ilmunya Sesuai Apa yang Dipelajari
Dunia pendidikan di Indonesia menurut Ibu Luluk Rosida memiliki kondisi yang kompleks. Harapan beliau di masa mendatang tercipta peluang karir atau kerja bagi alumni yang sesuai dengan keahlian. Pasalnya, sampai saat ini masih banyak alumni yang mengamalkan ilmu tidak sesuai dengan seharusnya.
Maksudnya adalah, seperti Sarjana Psikologi yang kemudian tidak bekerja di bidang Psikologi melainkan di perbankan atau di bidang lainnya. Padahal ilmu yang sudah dimiliki pada dasarnya bisa memberi manfaat besar ketika diaplikasikan di bidang yang sesuai. Mungkin untuk saat ini memang masih susah untuk mewujudkannya.
Dosen Unisa yang mengaku ingin kuliah lagi di jenjang S3 ini menjelaskan juga bahwa untuk masuk di bidang sesuai kelulusan masih terbilang sulit. Namun, harapan beliau di masa mendatang semakin banyak peluang karir yang bisa dimasuki masing-masing alumni suatu bidang keilmuan. Supaya ilmu yang dipelajari bisa diamalkan sampai kapanpun dan bisa diperdalam sekaligus terus berkembang.
Baca Juga: Dr. E. Siti Puryandani: Menjadi Dosen Harus Siap Menjadi “Pembelajar”
Penulis: duniadosen.com/Pujiati