Informasi

Bentuk Luaran Hasil Penelitian yang Dilaksanakan oleh Dosen


Dalam pelaksanaan kegiatan penelitian maka dosen memiliki kewajiban untuk menghasilkan luaran. Luaran hasil penelitian ini kemudian yang akan dilaporkan dan bisa menjadi sumber angka kredit bagi kenaikan jabatan fungsional dosen. 

Luaran hasil dari penelitian ternyata sangat beragam, dan didominasi oleh publikasi ilmiah. Kalangan dosen tentu perlu paham kewajiban ini dan ketentuan yang mengikat luaran yang dihasilkan. Terutama jika mendapatkan dana hibah penelitian. 

Apa Itu Luaran Hasil Penelitian?

Luaran penelitian adalah hasil dari sebuah studi atau riset yang disajikan dalam bentuk publikasi ilmiah atau produk inovatif yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Secara sederhana, luaran penelitian merupakan hasil dari penelitian itu sendiri. 

Seperti yang diketahui, penelitian adalah proses dimana dilakukan analisis ada tidaknya suatu masalah. Masalah ini kemudian diusahakan untuk dipecahkan dan didapatkan solusi melalui metode ilmiah. 

Hasil dari proses tersebut adalah hasil penelitian yang kemudian diproses seperti ketentuan, yakni dipublikasikan atau disebarluaskan. Hasil penelitian bisa dipublikasikan dalam beberapa bentuk. 

Mulai dari prosiding, artikel ilmiah, sampai buku ilmiah yang diterbitkan agar bisa diakses oleh masyarakat luas. Dalam lingkungan akademik, penelitian adalah salah satu tugas pokok dosen di perguruan tinggi sehingga sifatnya wajib. 

Penelitian yang dilakukan dosen diharapkan bisa menghasilkan luaran hasil penelitian dalam bentuk publikasi ilmiah. Prosesnya bisa sangat lama karena penelitian bisa  berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. 

Proses panjang ini tentu saja tak hanya menghasilkan luaran penelitian saja. Luaran yang dihasilkan dosen kemudian memberikan tambahan poin angka kredit. Sehingga menjadi jembatan bagi dosen untuk mengajukan kenaikan jabatan fungsional dosen. 

Bentuk-Bentuk Luaran Hasil Penelitian Dosen

Bentuk dari luaran hasil penelitian seperti yang disinggung sekilas sebelumnya cukup beragam. Dosen yang melaksanakan penelitian diberi kebebasan hendak memilih luaran dalam bentuk apa. 

Kecuali ketika dosen mengikuti program hibah, biasanya dari pihak penyelenggara sudah ada ketentuan luaran yang bersifat wajib dan luaran tambahan. Umumnya dosen akan mengutamakan luaran wajib dulu, jika dana hibah ada sisa baru mengupayakan luaran tambahan. 

Berikut adalah bentuk-bentuk dari luaran hasil penelitian yang dilakukan dosen dan menjadi sumber angka kredit dalam jumlah yang lumayan: 

1. Buku

Bentuk luaran yang pertama adalah buku. Bisa disebut sebagai buku ilmiah karena memaparkan hasil penelitian yang dilakukan dengan metode ilmiah tertentu. Buku hasil penelitian mencakup buku monograf, referensi, dan book chapter. 

Buku yang diterbitkan dosen sebagai upaya menyebarluaskan hasil penelitian harus memenuhi standar atau kriteria yang berlaku, yaitu: 

  1. Isi buku sesuai dengan bidang keilmuan penulis;
  2. Merupakan hasil pemikiran original;
  3. Memiliki ISBN/E-ISBN;
  4. Tebal paling sedikit 40 (empat puluh) halaman cetak (menurut format UNESCO);
  5. Berukuran standar, 15 X 23 cm;
  6. Diterbitkan oleh penerbit Badan Ilmiah, Organisasi atau Perguruan Tinggi;
  7. Isi tidak menyimpang dari falsafah Pancasila dan UUD 1945.

Buku monograf memberi KUM 20 poin, buku referensi sebesar 40 poin, sementara book chapter memiliki ketentuan KUM sebagai berikut: 

  • Nasional: 10 poin KUM.
  • Internasional: 15 poin KUM.

Dosen perlu menerbitkan buku di penerbit anggota IKAPI dan buku harus ber-ISBN. Sebelum menerbitkan buku, ketahui dulu aturan buku yang diterima Dikti. Artikel berikut akan membantu Anda:

2. Jurnal Ilmiah

Bentuk publikasi luaran hasil penelitian yang kedua adalah jurnal ilmiah. Publikasi dalam bentuk ini terbagi lagi menjadi beberapa jenis yang memberikan tambahan KUM dalam jumlah berbeda-beda. Berikut penjelasannya: 

a. Jurnal Ilmiah Nasional

Jurnal ilmiah yang pertama adalah jurnal ilmiah nasional yang wajib disusun penulis minimal dari 2 institusi berbeda. Jurnal nasional terbagi menjadi dua, yaitu: 

  1. Jurnal nasional (belum terakreditasi): 10 poin KUM.
  2. Jurnal nasional terakreditasi: 25 poin KUM.

b. Jurnal Ilmiah Internasional

Kedua, adalah jurnal ilmiah internasional yang minimal disusun dari penulis yang berasal dari 4 negara berbeda. Jurnal internasional juga terbagi menjadi beberapa jenis dengan tambahan KUM berbeda. Yaitu: 

  1. Jurnal internasional bereputasi dan memiliki Impact Factor:  40 poin KUM.
  2. Jurnal internasional bereputasi belum memiliki IF: 30 poin KUM.
  3. Jurnal internasional belum terindeks database bereputasi: 20 poin KUM.
  4. Jurnal internasional yang disusun dengan bahasa resmi PBB dan tidak bereputasi: 10 poin KUM.

Baca Juga: 5 Tips Produktif Menulis Jurnal paling Ampuh dan Mudah Diterapkan

c. Prosiding

Prosiding juga termasuk luaran hasil penelitian dari kategori jurnal ilmiah. Prosiding adalah hasil penelitian yang dipresentasikan secara oral dan dimuat dalam prosiding yang dipublikasikan dan memiliki ISBN. 

Prosiding terbagi menjadi dua jenis. Pertama prosiding pada seminar nasional dengan KUM 10 poin. Kedua, prosiding dalam seminar internasional dengan KUM 15 poin. 

d. Publikasi Ilmiah Lainnya

Terakhir adalah bentuk luaran lewat publikasi ilmiah lainnya, mencakup: 

  1. Hasil penelitian/kerja sama industri yang tidak dipublikasikan (tersimpan di perpustakaan): 2 poin KUM.
  2. Menerjemahkan/menyadur buku ilmiah yang diterbitkan (ber-ISBN): 15 poin KUM.
  3. Mengedit/menyunting buku yang diterbitkan (ber-ISBN): 10 poin KUM.
  4. Membuat rancangan dan karya teknologi/seni yang dipatenkan:
    • Internasional: 60 poin KUM
    • Nasional: 40 poin KUM
  1. Membuat rancangan dan karya teknologi yang tidak dipatenkan; rancangan dan karya seni monumental / seni pertunjukan; karya sastra:
    • Tingkat internasional: 20 poin KUM
    • Tingkat nasional: 15 poin KUM
    • Tingkat lokal: 10 poin KUM

Rekomendasi Bentuk Luaran Hasil Penelitian untuk Mendukung Kenaikan Jabfung

Lalu, bentuk luaran hasil penelitian mana yang sebaiknya dimaksimalkan untuk mendukung kenaikan jabfung dosen? Pada dasarnya, semua hasil luaran memberi tambahan poin angka kredit. Hanya saja  jumlah poin yang diberikan berbeda-beda. 

Bagi Anda para dosen yang ingin mempercepat kenaikan jabfung maka bisa mengutamakan luaran dengan KUM tinggi. Yakni publikasi ilmiah dalam bentuk tulisan, baik itu melalui jurnal ilmiah maupun buku ilmiah. Dimana KUM yang diberikan sesuai penjelasan sebelumnya. 

Namun, harus diakui bahwa publikasi ilmiah dalam bentuk buku cenderung lebih menarik. Pasalnya, publikasi dalam bentuk buku memiliki banyak kelebihan. Seperti: 

a. Nilai KUM Tinggi

Seperti penjelasan sebelumnya, luaran penelitian yang dipublikasikan dalam bentuk buku memberi KUM cukup tinggi. Minimal sampai 20 poin dan bahkan bisa sampai 40 poin untuk buku referensi. 

Jika disiplin menulis dan menerbitkan buku, maka dosen bisa mempercepat kenaikan jabfung. Namun, sesuai ketentuan yang berlaku setiap dosen hanya boleh menerbitkan satu judul buku per tahun yang bisa dilaporkan untuk masuk proses PAK. 

Baca Juga: Memahami Nilai Poin Dosen Menerbitkan Buku agar Tidak Salah Strategi

b. Biaya Penerbitan Lebih Ekonomis

Harus diakui, biaya menerbitkan buku lebih murah atau ekonomis dibanding biaya untuk prosiding maupun publikasi dalam bentuk jurnal. Misalnya untuk jurnal internasional bereputasi, tentu biaya yang dikeluarkan di atas Rp 5 juta. 

Buku bisa lebih di bawah biaya tersebut dan sama-sama diakui yang kemudian memberi tambahan KUM. Jadi, menerbitkan buku bisa menjadi solusi melakukan publikasi ilmiah dengan anggaran lebih bersahabat. 

c. Buku Memberi Passive Income

Berbeda dengan prosiding maupun jurnal, publikasi luaran hasil penelitian dalam bentuk buku bisa memberi tambahan penghasilan. Yakni melalui royalti yang kemudian merupakan sumber passive income bagi dosen yang bersangkutan. 

d. Buku Bisa Menjadi Kartu Nama bagi Dosen

Buku merupakan karya tulis yang tidak pernah diremehkan, sebab menulis dan menerbitkan buku dikenal susah dengan proses panjang. Hanya seorang ahli atau pakar yang umumnya bisa menerbitkan buku. 

Menariknya, buku yang berhasil diterbitkan dan dicetak bisa dijadikan alternatif kartu nama agar lebih berkesan. Misalnya dibawa saat menjadi narasumber seminar dan digunakan untuk memperkenalkan diri ke rekan dosen lain yang lebih senior. 

Jika kartu nama hanya diselipkan di dompet penerima, buku yang diberikan dijamin dibaca dan tentunya lebih berkesan. Jadi, tidak akan rugi melakukan publikasi ilmiah dalam bentuk buku. 

Dengan segala kelebihan publikasi luaran hasil penelitian dalam bentuk buku. Maka tidak akan rugi menjadikannya prioritas. Kuncinya adalah produktif menulis buku dan diterbitkan ke penerbit yang tepat agar memenuhi standar Dikti dan Perpusnas.

Menjadi guru besar di usia muda bisa tercapai apabila memiliki strategi yang matang.

Febrianna Nuraini

Febrianna adalah seorang SEO Specialist. Selain itu, ia telah berpengalaman menjadi Content Writer pendidikan selama 2 tahun. Kunjungi LinkedInnya untuk melihat profil lengkapnya.

Recent Posts

Penerapan Metode Pembelajaran Case Study di Perguruan Tinggi

Sejalan dengan diterbitkannya Permendikbudristek Nomor 44 Tahun 2024, maka diterbitkan pula pedoman pelaksanaan berisi standar…

5 days ago

6 Solusi saat Google Scholar Tidak Bisa Dibuka

Mau upload publikasi tapi Google Scholar tidak bisa dibuka? Kondisi ini bisa dialami oleh pemilik…

5 days ago

Artikel Tidak Terdeteksi Google Scholar? Ini 2 Solusinya

Beberapa dosen memiliki kendala artikel tidak terdeteksi Google Scholar. Artinya, publikasi ilmiah dalam bentuk artikel…

5 days ago

S2-S3 Gratis di Thailand dengan Vistec Scholarship 2025

Mau lanjut studi pascasarjana dengan beasiswa tetapi berat karena harus meninggalkan keluarga? Tak perlu khawatir,…

5 days ago

Chinese Government Scholarship Dibuka untuk S1 Hingga S3, Daftar Segera!

Anda sudah menjadi dosen harus melanjutkan S3? Jika Anda menargetkan beasiswa fully funded dan masih…

1 week ago

Stipendium Hungaricum Scholarship Programme 2025 Dibuka, Cek Sekarang!

Melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi di luar negeri, semakin mudah dengan berbagai program beasiswa.…

2 weeks ago