LLDikti IX (Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi untuk Wilayah Sulawesi) mengadakan Talkshow yang mengangkat tema Program Percepatan Guru Besar. Talkshow ini sendiri digelar secara online di kanal Youtube LLDikti XI pada Jumat (11/09/2020).
Sesuai dengan tema, talkshow kali ini LLDikti bersama sejumlah narasumber akan menjelaskan dan memaparkan mengenai Program Percepatan Guru Besar yang sudah dibuka oleh LLDikti dari pertengahan tahun 2019 lalu.
Baca juga : LLDIKTI V: EPresensi Online Dosen DPK Mudahkan Presensi Pada Hari Kerja
Talkshow secara online ini menghadirkan beberapa narasumber yang akan membantu menjelaskan detail program dari LLDikti tersebut. Adapun narasumbernya sendiri antara lain:
Khusus untuk Prof. Dr. Jasrudin dalam acara yang dibawakan oleh Daeng Nojeng selaku host ini, menghadiri secara online. Acara dibuka dengan perkenalan semua narasumber tersebut, termasuk Prof. Masrudin yang baru saja menerima SK Guru Besar di usia yang sangat muda, yakni 39 tahun. Beliau kemudian menjadi Guru Besar termuda di Indonesia dan menambah jumlah Guru Besar di wilayah timur Indonesia, tepatnya di Sulawesi.
Melalui talkshow ini, Ichsan Kasnul selaku Kabag Sumber Daya Perguruan Tinggi di LLDikti XI menjelaskan mengenai sejumlah persyaratan untuk mendapatkan SK Guru Besar. Mulai dari publikasi jurnal bereputasi yang minimal jumlahnya ada 4, sertifikasi dosen, scan Ijazah, dan lain sebagainya.
Diantara sekian persyaratan dan dokumen administrasi untuk mengajukan diri sebagai Guru Besar di LLDikti tersebut. Syarat yang dianggap paling sulit adalah memenuhi target 4 jurnal internasional yang terpublikasi dan bereputasi.
Kendala ini juga dijelaskan pula oleh Drs. Andi Lukman selaku Sekretaris Pelaksana di LLDikti XI. Beliau menjelaskan bahwa data jumlah dosen yang mengajukan SK Guru Besar di tahun 2019 ada 32 berkas. Pada tahun 2019 tercatat LLDikti XI berhasil mengeluarkan 8 SK.
Sedangkan di tahun 2020, berkas pengajuan yang masuk ada sekitar 70-an dan memasuki bulan September 2020. Pihak LLDikti disampaikan sudah mengeluarkan SK Guru Besar sebanyak 9, dan diharapkan akan bertambah menjelang akhir tahun.
Baca juga : LLDIKTI V Imbau Bagi Penerima SK Jabatan Awal, Bersiap Ikuti Seleksi Serdos 2020
Kendala terkait jurnal bereputasi memang masih dirasakan sampai saat ini. Namun, Drs. Andi menyampaikan bahwa pihak LLDikti sudah menyediakan fasilitas. Sehingga semua dikembalikan kepada dosen itu sendiri yang mengajukan berkas permohonan, apakah ingin mengejar atau memilih diam saja.
Kehadiran Prof. Masriadi juga disebutkan oleh beliau menjadi bahan bakar penyemangat agar dosen lain segera mengikuti jejaknya. Sebab untuk menerima SK Guru Besar pada dasarnya kembali ke dosen yang bersangkutan, sebab jabatan ini hanya bisa diusahakan oleh dosen itu sendiri. Pihak lain, termasuk LLDikti hanya bisa memberi dukungan dan memberi fasilitas pendukung.
Drs. Andi juga menjelaskan bahwa untuk setiap dosen yang ingin sampai ke strata tertinggi akademisi ini perlu perencanaan. Perencanaan ini seperti yang sudah dilakukan oleh prof. Masrudi, dimana dirinya terus giat dalam meraih pendidikan setinggi mungkin. Mulai dari D3 Kesehatan Gigi, D2 Bahasa Arab, S1 Epidemiologi, S2 Epidemiologi, S3 Epidemiologi, dan Dokter Gigi.
Semua gelar pendidikan ini hanya bisa diraih oleh dosen yang memang sudah merencanakan diri untuk menjadi Guru Besar. Semua persyaratan menjadi Guru Besar tidak dapat diraih dalam semalam, sehingga perencanaan ini perlu dibuat sejak awal.
Tips kedua yang disampaikan Drs. Andi adalah, semua dosen sebaiknya tidak merasa terbebani dengan semua tugas dosen dan juga persyaratan menjadi Guru Besar. Sebab ketika pertama kali memutuskan menjadi dosen, tugas yang berlimpah sudah diketahui melalui pemahaman Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Semua persyaratan menjadi Guru Besar masuk ke dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut. Sehingga dosen perlu menjalani semua tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan menikmati semua prosesnya. Jika merasa terbebani, maka akan merasakan lebih banyak kesulitan dibanding kemudahan.
Pada talkshow tersebut, Prof. Masriadi juga menjelaskan mengenai perjuangan dirinya hingga sampai di titik tertinggi strata di dunia kampus tersebut. Dirinya mengakui bahwa memiliki motivasi untuk membuktikan kepada semua orang bahwa anak kepulauan juga bisa berpendidikan tinggi. Bahkan mampu menjadi Guru Besar.
Prof. Masriadi memulai karirnya dengan menempuh pendidikan D3 untuk jurusan Kesehatan Gigi, dan juga mengambil D2 jurusan Bahasa Arab. Sehingga selesai kuliah dirinya berstatus sebagai perawat gigi dan belum menjadi dosen.
Kemudian dirinya melanjutkan pendidikan S1, S2, dan sampai ke gelar S3 di sejumlah kampus ternama di Indonesia. Gelar S3 sendiri diraih olehnya di Universitas Airlangga dan mengambil Bidang Epidemiologi.
Berhubung dirinya memiliki istri yang seorang dokter gigi, maka Prof. Masriadi juga bertekad untuk menuntaskan pendidikan menjadi dokter gigi. Sebagai upaya untuk bisa mengabdikan diri dan melayani masyarakat secara luas.
Semua perjuangan tersebut tentu diraih oleh beliau dalam waktu yang tidak sebentar. Salah satu motivasi yang membuatnya bisa sampai ke titik sekarang adalah ingin membuktikan bahwa anak kepulauan juga bisa berpendidikan tinggi.
Ditambah lagi, pencapaiannya sekarang juga dijadikan media bagi beliau untuk meningkatkan derajat orang tua. Sebab kedua orang tuanya sendiri bukanlah orang berpendidikan tinggi, ayahnya seorang lulusan SD dan ibunya dijelaskan merupakan lulusan SR.
Mendapatkan SK Guru Besar di usia 39 tahun juga membuatnya mampu membuktikan bahwa persyaratan menjadi Guru Besar bisa dipenuhi. Tidak hanya dirinya namun oleh semua dosen, apalagi dirinya yang anak kepulauan mampu menyelesaikan publikasi 4 jurnal bereputasi. Maka dosen lain tentunya akan lebih mudah lagi untuk melakukannya.
Oleh Ichsan Kasnul kemudian menjelaskan mengenai Program Percepatan Guru Besar. Pihak dosen sebaiknya sudah mulai mempersiapkan segala dokumen persyaratan untuk proses pengajuan.
Persiapan ini bisa dilakukan saat aktif mengajar, sehingga sejak awal menjadi dosen sudah mulai mengumpulkan semua dokumen persyaratan pengajuan Guru Besar tersebut. Kemudian, dihimbau pula oleh beliau untuk pihak kampus agar memberi dukungan.
Yakni dengan membentuk tim khusus yang membantu para dosen melengkapi semua persyaratan menjadi Guru Besar. Tim ini akan mulai memeriksa kelengkapan dokumen persyaratan setiap dosen yang berencana mengajukan diri.
Ketika dianggap sudah sesuai, baru kemudian dilimpahkan kepada pihak LLDikti. Sehingga dari LLDikti nantinya tinggal melakukan verifikasi, apabila sesuai maka langsung diproses. Persyaratan yang sudah terpenuhi dan terverifikasi inilah yang sudah masuk ke dalam rangkaian Program Percepatan Guru Besar.
Diharapkan ketika ada kerjasama antara dosen, kampus, dan LLDikti maka semakin banyak dosen yang meraih SK Guru Besar. Tidak lagi memakan waktu sampai belasan tahun atau bahkan puluhan, melainkan hanya dalam hitungan bulan.
Selama semua persyaratan sudah dilengkapi, maka pihak LLDikti akan lebih mudah memproses ke tahap selanjutnya. Sehingga Ichsan juga menambahkan bahwa faktor yang mempercepat dan memperlambat seorang dosen menjadi Guru Besar adalah dirinya sendiri.
Sebab prosedurnya jelas, dan tidak berubah sejak dulu sampai sekarang. Jika dosen kurang rapi dalam mempersiapkan segala dokumen persyaratan dan tidak memiliki rencana menjadi Guru Besar. Maka harapan menjadi Guru Besar bisa menjadi harapan kosong semata.
Mengenai dokumen persyaratan, oleh Ichsan juga disampaikan sebaiknya para dosen sudah menyiapkan folder atau bundel khusus. Masing0masing folder ini berisi semua dokumen persyaratan. Mulai dari arsip dokumen tentang pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, jurnal internasional, dan lain sebagainya.
Sehingga ketika semua folder ini sudah memenuhi syarat yang ditetapkan untuk menjadi Guru Besar, tinggal diajukan. Jangan sampai dokumen persyaratan baru disiapkan ketika merasa sudah mengerjakan semua Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Sebab mengajar selama sekian tahun, tentu arsip mengenai kegiatan dosen sangat banyak. Maka perlu dikelola dan dirapikan sejak awal, supaya mempercepat proses pengajuan dan tidak bingung harus mulai menyusun dokumen persyaratan dari mana.
Dosen yang bersangkutan pun bisa fokus mengurus publikasi jurnal bereputasi, sebab semua dokumen sudah siap. Proses publikasinya pun menjadi lebih mudah karena punya konsentrasi penuh.
Baca juga : LLDIKTI V Serahkan Jabatan Fungsional Dosen Sebanyak 154 SK Februari Ini
Baca juga : Cara LLDIKTI Wilayah XII Ambon Dorong Dosen Menulis Buku Ajar
Prof. Masriadi menjadi salah satu sosok Guru Besar di usia muda, dan pada 1 Juni 2020 kemarin baru saja menerima SK Guru Besar. Usianya pun terbilang sangat muda untuk mendapatkan jabatan tersebut, yakni 39 tahun seperti yang sudah disampaikan di atas.
Diakui bahwa dirinya memang memiliki motivasi besar untuk menjadi Guru Besar sebelum menginjak usia 40 tahun. Mimpi tersebut kemudian berhasil diwujudkan olehnya, dan melalui talkshow bersama LLDikti XI disampaikan sejumlah kiat dalam meraih pencapaian tersebut:
Prof. Masriadi mengakui bahwa untuk bisa meraih jabatan Guru Besar secepatnya atau di usia yang masih muda, diperlukan kemampuan manajemen waktu yang sangat baik. Dirinya selain sibuk menjadi dosen dengan segala tugasnya, juga memiliki kesibukan lain.
Sebagai seorang dokter gigi, Prof. Masriadi membuka praktek rutin di pagi dan juga malam hari. Manajemen waktu menjadi solusi bagi dirinya untuk bisa meraih mimpi menjadi Guru Besar sebelum berusia 40 tahun.
Sebagai strategi, dibuatnya sebuah catatan kecil yang disusun per minggu dan berisi jadwal kegiatan selama satu minggu penuh. Sehingga sudah tahu setiap harinya harus bangun jam berapa, mengajar dari jam berapa sampai berapa, membuka praktek dari jam berapa sampai jam berapa, dan kapan bisa menulis.
Kegiatan menulis jurnal, buku pendidikan, artikel ilmiah, dan sebagainya bakan sudah masuk ke dalam agenda tersebut. Disampaikan pula bahwa dirinya baru bisa fokus menulis jurnal dan karya ilmiah lain pada jam 3 dini hari.
Itupun setelah menyelesaikan jam praktek dokter gigi antara jam 10 atau jam 11 malam. Setelah itu baru bisa tidur sebentar dan bangun di jam 2 untuk sholat dan dilanjutkan menulis.
Rutinitas ini membuahkan hasil, dirinya bisa lebih cepat menyelesaikan 4 jurnal bereputasi. Lewat kedisiplinan yang tinggi untuk menulis tadi. Hal ini bisa dilakukannya bukan karena punya banyak waktu luang namun karena memang menyediakan waktu khusus untuk kegiatan menulis tersebut.
Prof. Masriadi juga menjelaskan bahwa dirinya sejak awal menjadi dosen memang sudah punya keinginan menjadi Guru Besar. Maka sejak awal mengajar mahasiswa dirinya sudah mulai menyiapkan segala dokumen yang dibutuhkan.
Persiapan tersebut diwujudkan dengan menyiapkan beberapa folder berisi arsip kegiatan selama menjadi dosen. Setiap folder kemudian diisi oleh dokumen sesuai kategori. Sehingga ada folder khusus untuk pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, jurnal, dan lain sebagainya.
Setelah semua folder ini dirasa sudah memenuhi persyaratan untuk mengajukan diri menjadi Guru Besar. Dirinya kemudian berkonsultasi dengan pihak kampus dan juga LLDikti XI.
Pada proses konsultasi, dirinya belum menyelesaikan publikasi jurnal bereputasi dan dipersilahkan untuk melengkapinya dulu. Jadi, sejak saat itu dirinya mulai berkonsentrasi penuh menyusun jurnal dan masih dilakukan di jam 3 dini hari.
Berselang 3 bulan setelahnya, sudah berhasil mempublikasikan 4 jurnal bereputasi dan bisa langsung ke tahap selanjutnya. Tidak butuh waktu lama SK Guru Besar pun diterima olehnya.
Proses menjadi Guru Besar diakui juga oleh Prof. Masriadi tidak bisa disebut mudah dan memang membutuhkan persiapan panjang. Maka untuk bisa sukses meraih ;jabatan akademik tertinggi ini dirinya memiliki kiat untuk membangun atau memiliki motivasi yang kuat.
Motivasi ini akan menjadi bahan bakar penyemangat agar tetap fokus menyelesaikan semua persyaratan menjadi Guru Besar. Motivasi yang dimilikinya sendiri cukup banyak dan salah satunya adalah seperti yang dijelaskan di awal. Bahwa dirinya ingin membuktikan bahwa anak kepulauan juga bisa berpendidikan tinggi dan menjadi Guru Besar.
Motivasi yang kuat berhasil membawanya menjadi Guru Besar di usia muda, padahal memiliki kesibukan yang lebih banyak dari dosen lainnya. Seperti yang sudah dijelaskan, dirinya juga punya kesibukan menjadi dokter dan aktif membuka praktek.
Waktu istirahat yang dimiliki juga diakui olehnya sangat minim, namun dengan motivasi yang kuat dan tujuan yang baik. Maka perlu yakin dengan diri sendiri bahwa pasti bisa dan akan mendapat kemudahan.
Kiat terakhir dari Prof. Masriadi adalah dengan tekun beribadah. Sebagai muslim, dirinya mengaku disiplin untuk sholat malam dan juga berpuasa sebagai ibadah sunnah harian.
Lewat ibadah tersebut dirinya merasa ditempa untuk bisa menjadi pribadi yang kuat dalam menghadapi berbagai ujian. Baik itu ujian dari Tuhan maupun dari sumber lain yang ada di sekitarnya.
Sehingga dengan kebiasaan beribadah ini pula dirinya memiliki sumber kekuatan untuk menyelesaikan segala kesulitan. Termasuk ketika menghadapi kesulitan untuk memenuhi syarat publikasi 4 jurnal bereputasi.
Merasa yakin dari awal bahwa kesulitan ini adalah ujian dari Tuhan dan bisa dilalui dengan baik. Maka tetap fokus untuk menyelesaikan publikasi 4 jurnal tersebut dan pada akhirnya bisa diselesaikan dengan baik.
Bahkan mendapatkan nilai yang sangat baik di atas standar yang sudah ditetapkan oleh LLDikti sendiri. Pencapaian tersebut tentu membuat dirinya semakin bersyukur dan semakin tekun untuk melanjutkan ibadah yang sudah dilakukan sejak lama.
Melalui talkshow ini pun bisa dipahami bahwa semua dosen bisa dan punya kesempatan sama besar untuk menjadi Guru Besar. Kuncinya adalah fokus pada tujuan ini dan mulai mempersiapkan diri sejak awal. Semakin matang persiapan yang dilakukan maka semakin cepat SK Guru Besar diterima.
Editor : duniadosen.com/Wahyudha Wibisono
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…