Oleh: Muhammad Rezki Hr, Ph.D
Meskipun Anda baru saja mulai menjejakkan kaki di jenjang S1, tak ada salahnya jika mulai merencana tentang diman Anda akan menjejakkan kaki berikutnya setelah lulus nanti. Jika sudah ad arencanya, jalan yang akan Anda tempuh selama berkuliah S1 ini jadi bisa menyesuaikan.
Dari berbagai pilihan yang ada, studi lanjut ke luar negeri termasuk salah satu pilihan favorit untuk diambil setelah lulus S1. Jika ini pilihan Anda, maka jalan mana yang akan ditempuh semasa berkuliah S1 jadi bisa dirancang. Misalnya harus mencapai IPK tertentu dan target kemampuan berbahasa asing pada level tertentu.
Tulisan ini mencoba memberikan beberapa pertimbangan tentang opsi melanjutkan kuliah ke luar negeri setelah Anda selesai S1. Yang dimaksud luar negeri di dalam tulisan ini terbatas pada negara-negara nonmuslim, seperti negara-negara Eropa dan Amerika.
Think Carefully
Para ulama Islam telah menasehatkan agar kaum muslim tidak bermudah-mudahan untuk bepergian ke negara nonmuslim, termasuk juga tujuannya adalah berkuliah. Jika tetap ingin berkuliah di sana, maka hanya diperbolehkan jika di negara tujuan tersebut seorang muslim tetap bisa menjalankan agamanya dengan baik dan ia harus berupaya membentengi dirinya dari berbagai cobaan syahwat dan syubhat (kekeliruan pemikiran, semisal liberalism agama).
Salah satu upaya untuk membentengi diri dari hal tersebut adalah dengan membekali diri dengan ilmu agama yang cukup sebelum bertolak ke luar negeri.
Perlu diingat bahwa kondisi Indonesia sangat jauh berbeda dengan negara nonmuslim dalam hal syiar Islam. Sebagai contoh, jika di Indonesia kita dengan sangat mudah mendapatkan makanan halal, maka di luar negeri kita perlu memiliki ilmu tentang halal-haram makanan karena kebanyakan makanan yang dijual adalah tidak halal.
Contoh lainnya, jika Ramadan dan Idul Fitri di Indonesia sangat semarak, maka jangan bayangkan hal yang sama juga akan didapati di negara di mana muslim merupakan minoritas. Bahkan kita harus memiliki ilmu tentang batasan berinteraksi dengan nonmuslim, terkhusus tentang bagaimana berinteraksi dengan mereka.
Di sisi lainnya, waktu belajar di negara-negara nonmuslim juga merupakan kesempatan emas untuk berangkat haji tanpa perlu antri panjang seperti di tanah air.
A Glimpse: Pengalaman Dari Inggris
Bila pada akhirnya Anda memutuskan akan melanjutkan studi S2 setelah wisuda nanti, berikut sedikit tips dari pengalaman penulis selama empat tahun studi di Inggris. Sebelum menentukan universitas tujuan, terlebih dahulu pilihlah negara yang terkenal ramah dengan Islam dan kaum muslimin.
Salah satu kenikmatan dari Allah ketika penulis studi di Inggris adalah familiarnya banyak lembaga formal di negeri ini dengan kebutuhan kaum muslimin. Contohnya Newcastle University, tempat dimana penulis menempuh studi, telah mau menyediakan prayer room yang nyaman dan beberapa kantinnya telah mau menyediakan makanan halal. Untuk beberapa event di kampus, bahkan makanan halal juga bisa dipesan sebelum hari H.
Beberapa bandara juga telah menyediakan prayer room dan beberapa outlet di dalamnya telah menjual makanan halal. Salah satu maskapai kenamaan di saja juga mau menyediakan halal meal untuk penerbangan long-haul.
Jika Ramadan dan ‘Ied tiba, beberapa supermarket ternama memberikan penawaran khusus untuk produk-produk yang terkait dengan Ramadan dan ‘Ied.
Memilih lingkungan tempat tinggal yang baik juga sangat penting. Carilah daerah di mana kaum muslimin berkumpul karena biasanya di sana terdapat beberapa masjid dan supermarket yang menjual makanan-makanan halal.
Ketika berkuliah di Newcastle University, penulis tinggal di sebuah kawasan yang bernama Fenham, salah satu bagian wilayah dari Newcastle Upon Tyne. Kawasan ini terkenal sebagai tempat tinggalnya kaum muslimin di Newcastle. Minimal terdapat enam masjid yang berdiri di sekitaran Fenham.
Restoran dan supermarket halal juga sudah sangat banyak jumlahnya. Muslim dari luar daerah bahkan banyak yang datang ke kawasan ini untuk berbelanja makanan halal. Banyak ulama yang pernah berkunjung ke Fenham, di antaranya Syekh Abdurrahman As-Sudais, dan Syekh Salah Budair (keduanya merupakan Imam Masjidil Haram).
Biodata Penulis
Bernama lengkap Muhammad Rezki Hr, lahir di sebuah kota kecil di Provinsi Riau, bernama Tembilahan. Dia adalah Saya seorang muslim, seorang suami, dan seorang PhD researcher. Studinya sejak sarjana hingga doctoral berkisar pada bidang perencaan wilayah dan kota.
Muhammad Rezki Hr, S.T., M.Eng., Ph.D menempuh pendidikan S1 dan S2 Perencanaan Wilayah dan Kota di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, dan kemudian melanjutkan pendidikan S3 nya di Newcastle University, Inggris.
Latar belakang pendidikan Rezki atau yang biasa disapa Ustadz Rezki adalah perencanaan kota yang berspesialisasi pada masalah ketahanan bencana. Saat ini ia tengah melakukan penelitian untuk mengembangkan metodologi untuk menilai dan merancang sistem infrastruktur tangguh untuk setiap gangguan, terutama bahaya gunung berapi.
Ust. Rezki percaya bahwa cara terbaik untuk meningkatkan ketahanan perkotaan adalah dengan mematikan semua sistem infrastruktur berjalan dibawah peristiwa bencana dan guncangan. Ia menangani hal tersebut dengan tujuan mendekati aspek fisik, organisasi, dan hukum dari penyediaan layanana infrastruktur dengan menggunakan beberapa teknik pemodelan. Misalnya, pemodelan bencana dan pemodelan sistem dinamis.
Repost dari Majalah Uleenuha Juli 2019
Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…
Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…
Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…
Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…
Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…
Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…