Kurniawan, S.Ag., M.Pd. – Profesi dosen memang dituntut bukan untuk sukses di dunia melainkan mengabdi sepenuh hati di dunia. Setiap dosen tentu memiliki perjalanan tersendiri dalam meniti karir dan alasan berbeda dalam mengambil keputusan menjadi dosen. Hal ini pula yang membuat sosok dosen inspiratif semakin banyak di Indonesia.
Bicara mengenai sosok dosen inspiratif, kali ini kita akan mengenal lebih jauh sosok Bapak H Bapak H Kurniawan, S.Ag., M.Pd yang tercatat menjadi dosen PNS di IAIN Curup Raden Fatah Palembang.
Terinspirasi dari Sang Kakak
Bapak Bapak H Kurniawan, S.Ag., M.Pd yang sering disapa Bapak Kurniawan ini mengaku meniti karir sebagai dosen di tahun 1998. Namun sebelum itu dirinya merupakan calon PNS di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Memasuki tahun 1997, kemudian melanjutkan karir di Departemen Agama sebagai calon guru.
Di tahun berikutnya, baru kemudian Bapak Kurniawan mencoba mengikuti tes untuk posisi dosen di IAIN Curup Raden Fatah Palembang. Sejak saat itulah dirinya kemudian sudah aktif menekuni profesi dosen dan masih aktif sampai sekarang.
Perjalanan karir selama hampir dua dekade lebih tentu memberi banyak pengalaman berharga. Bapak Kurniawan menuturkan bahwa keinginan untuk masuk ke dunia pendidikan adalah terinspirasi dari sang kakak.
Salah satu anggota keluarga yang lebih dulu terjun di dunia pendidikan, dengan mengabdi sebagai seorang tenaga pendidik. Sang kakak sejak kuliah di Universitas Sriwijaya Palembang sudah aktif mengajar sebagai dosen.
Berangkat dari perjalanan karir sang kakak inilah, Bapak Kurniawan kemudian terketuk hatinya untuk ikut serta mencintai dunia pendidikan. Sejak kecil dirinya sudah memiliki keinginan untuk menjadi guru di madrasah. Apalagi kebanyakan guru madrasah yang mengajar dirinya selalu tampak bahagia dan hidupnya penuh berkah.
Meskipun dihadapkan pada keterbatasan ekonomi namun tidak menyurutkan langkah dan kecintaan mereka pada dunia pendidikan. Bapak Kurniawan pun mengaku ingin memiliki hidup demikian, bisa menikmati kegiatan mengajar dan memiliki hidup bahagia penuh berkah sebagaimana guru-guru semasa kecilnya bersekolah di madrasah.
Baca Juga: Bu Priska Vasantan: Dosen Perlu Semangat Meningkatkan Diri untuk Meningkatkan Akreditasi Kampus
Perjalanan karir sebagai pengajar pun dimulai pasca lulus dari jenjang Sarjana dan baru kemudian di tahun 1998 resmi sebagai dosen PNS setelah melalui beberapa jenis tes penerimaan.
Menghadapi Tantangan sebagai Dosen
Sebagai tenaga pendidik yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mencerdaskan generasi bangsa dengan bekal ilmu yang mumpuni dan sesuai tuntutan zaman. Profesi dosen yang diemban oleh Bapak Kurniawan diakuinya berhadapan dengan banyak tantangan.
Menurut pandangannya, dosen masa kini berhadapan dengan tiga tantangan besar. Pertama adalah tantangan dari perkembangan teknologi dan seni yang sangat pesat, dimana perkembangan ini ritmenya harus bisa dikejar oleh setiap dosen. Supaya bisa ikut berkembang dan kemudian membagikan ilmu yang relevan kepada mahasiswa.
Tantangan kedua adalah, dosen memiliki tuntutan untuk mengikuti kewajiban absensi di perguruan tinggi tempatnya mengajar. Kebijakan ini memang efektif mendisiplinkan dosen, namun dengan beban kerja seperti sekarang. Pada akhirnya kebijakan ini dianggap beliau memasung para dosen.
Terakhir, dosen juga dihadapkan pada relevansi perguruan tinggi dengan tingkat permintaan masyarakat terhadap kehadiran tenaga-tenaga pengabdi (pendidik) yang siap diterjunkan ke tengah masyarakat dalam durasi tahunan.
Tantangan ini tentu mau tidak mau harus dihadapi dan dialami oleh semua dosen, tidak hanya dosen dari bidang keilmuan yang diambil oleh Bapak Kurniawan. Meskipun begitu, pengalaman menarik selama mengajar mampu memberikan kekuatan bagi dirinya untuk terus berkarya sebagai dosen.
Bapak Kurniawan mengaku, selama menjadi dosen selalu mendapat kepuasan dan ketenangan batin ketika melihat mahasiswanya melakukan banyak kegiatan bermanfaat. Sekaligus selalu penuh gairah dalam menuntut ilmu pengetahuan. Meskipun kebijakan kampus di matanya masih kurang mendukung terhadap kegiatan strategis.
Dosen yang pernah menerima penghargaan sebagai dosen teladan dan HAKI untuk hasil penelitiannya ini mengaku tetap semangat mengajar dan disiplin menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Harapan besar Bapak Kurniawan di masa mendatang adalah kembali diterapkannya sistem pendidikan berbasis agama Islam.
Sebab menurutnya, tidak ada kurikulum pendidikan paling lengkap dan sanggup menjawab tuntutan zaman selain Al Quran. Selain itu, tidak ada pula teladan paling baik selain keteladanan dari para ulama Islam.
Baca Juga: DR. Neila Sulung: Aktif Menulis sebagai Bentuk Penghargaan Terhadap Diri Sendiri
Aktif Menulis sebagai Implementasi Tri Dharma
Dosen yang menjabat sebagai Lektor Kepala ini mengaku selama pandemi kegiatan Tri Dharma di bidang pengajaran dan pendidikan lebih banyak dilakukan lewat PJJ (pembelajaran jarak jauh). Kegiatan pembelajaran tatap muka, bimbingan skripsi, maupun bimbingan akademik dilakukan secara daring.
Meskipun kegiatan pembelajaran sampai saat ini masih didominasi kegiatan daring, namun dirinya mengaku tetap aktif menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Selama pandemi, masih rutin mengajar, melakukan kegiatan penelitian, dan melakukan pengabdian kepada masyarakat. Ketiganya diakui terkadang bisa dilakukan secara terpadu.
Mengajar selama pandemi juga dihadapkan pada banyak tantangan, banyak mahasiswa mengeluh mahal dan susah berkompromi dengan sinyal. Masa awal pandemi bahkan banyak mahasiswa yang absen mengikuti kelasnya karena tidak terbantu oleh jaringan internet.
Beruntung, kondisi jaringan sudah mulai normal dan untuk menyiasati biaya kuliah yang mahal karena daring. Maka Bapak Kurniawan berdiskusi bersama mahasiswa untuk memilih platform yang lebih hemat.
Baca Juga: Sosok Selamat Muliadi: Menulis Buku untuk Mewariskan Ilmu bagi Generasi Mendatang
Selain itu, selama pandemi dirinya juga bersyukur memiliki kesempatan untuk berbincang dengan para pakar dan tokoh terkenal. Sehingga meskipun mengajar di rumah, tetap bisa mengasah keterampilan dan memupuk rasa percaya diri.
Selain aktif mengajar dan membahas berbagai hal menarik dengan para pakar dan tokoh terkenal. Bapak Kurniawan selama pandemi juga memiliki kesempatan lebih untuk produktif menulis.
Dosen yang sudah mendapatkan sertifikasi dosen di tahun 2010 ini mengaku sudah menulis 33 buku. Namun baru nyaris separuhnya, yakni 15 judul buku yang sudah diterbitkan. Semangat untuk menulis tetap tinggi dari awal karir menjadi dosen hingga sekarang.
Bapak Kurniawan berbagi tips untuk bisa produktif menulis adalah fokus menulis dan menulis. Sehingga selalu berhasil menyediakan waktu untuk menulis, yang tanpa sadar membuat banyak buku sudah selesai disusun. Baru kemudian melangkah ke tahap berikutnya, yakni mengurus penerbitannya secara profesional.
Aktivitas menulis di mata Bapak Kurniawan tidak hanya menjadi salah satu bentuk pelaksanaan Tri Dharma. Melainkan juga untuk membantu menyediakan bahan ajar bagi dosen lain, menyediakan referensi penelitian yang saat ini masih terbilang terbatas, sekaligus sebagai bukti pengabdian.
Baca Juga: Dr. Erika Setyanti: Hasil Penelitian Dosen Harus Dipublikasikan dan Bisa Diimplementasikan
Terus menulis juga membantu Bapak Kurniawan untuk mencapai target utamanya. Yakni ikut mendorong mahasiswa untuk menjadi pembaca yang baik. Sekaligus menjadi penulis dan menjadi pendidik selama aktif menempuh pendidikan tinggi.
Sebab di tangan para mahasiswa yang merupakan generasi muda inilah, akan banyak berdiri sekolah-sekolah bereputasi. Menulis adalah aktivitas yang mulia, karena bisa memberikan suatu peninggalan ilmu yang berharga yang kemudian bisa dibaca banyak orang.
Menulis juga menjadi bentuk implementasi Tri Dharma yang tentu perlu dilakukan oleh setia dosen di Indonesia. Tidak hanya sekali atau dua kali, melainkan sepanjang berkarir sebagai dosen.