Surabaya – Semenjak menyebarnya wabah COVID-19, kebijakan Work From Home (WFH) gencar diberlakukan di Indonesia. Institusi pendidikan pun menerapkan kebijakan baru tersebut guna mengantisipasinya penyebaran virus makin luas. Salah satu dampak adanya Work From Home adalah mahasiswa dan dosen harus melakukan sistem kuliah daring.
Dosen dan mahasiswa melaksanakan kuliah daring dengan memanfaatkan aplikasi. Sehingga dosen dan mahasiswa menjalani proses belajar mengajar jarak jauh. Nah, kebijakan baru ini tak jarang menyulitkan para mahasiswa karena biaya untuk akses internet semakin banyak. Perkuliahan daring mengharuskan konsumsi internet mahasiswa meningkat. Hal ini dikeluhkan oleh mahasiswa sebab biaya kuota internet cukup menguras kantong.
Permasalahan ini mendorong dosen Institut Sepuluh Nopember (ITS) membagikan ide untuk meminimalisir biaya akses internet. Dr. Ir. Syamsul Arifin, M.T. membagikan tips ini agar pengeluaran mahasiswa dalam mengakses internet tidak membengkak.
Kampus Subsidi Kuota Mahasiswa
“Ide ini beranjak dari santernya keluhan yang diutarakan oleh mahasiswa dan dosen dalam perkuliahan berbasis daring. Utamanya, berkenaan dengan video conference (ViCon) sebagai media pembelajaran,” ungkap Syamsul dikutip dari beritajatim.com (2/4).
Ia menambahkan pembelajaran melalui ViCon menguras kuota internet. Sehingga ia membuat perhitungan kasar untuk menyiasati pemakaian kuota internet agar lebih hemat. Jadi ia mengandaikan mahasiswa mengambil 20 satuan kredit semester atau dikenal sebagai SKS.
Dalam sebulan, mahasiswa berarti membutuhkan waktu sekitar 66.67 jam untuk mengikuti pembelajaran daring selama masa pandemi ini. Ia memperkirakan satu jam membutuhkan kuota internet sebanyak 1 GB, setara dengan harga Rp3.829. Hasilnya, mahasiswa memerlukan sekitar Rp254.000 per bulan.
Dosen Departemen Teknik Fisika ini mengatakan biaya tersebut terhitung mahal untuk mahasiswa. Apalagi mahasiswa dengan kesulitan ekonomi. Ia menambahkan, jika mahasiswa harus belajar Learning Management System (LSM). Hal ini mengharuskan mahasiswa mencari bahan tugas dari internet. Biaya yang dikeluarkan pun semakin banyak. Untuk itu, ia menyarankan pengalihan biaya operasional instansi pendidikan yang tidak terpakai untuk subsidi pulsa bagi mahasiswa yang membutuhkan untuk koneksi pembelajaran daring.
“Mengacu pada hal ini, sudah terbit surat edaran Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi nomor 302/E.E2/KR/2020 sebagai landasan kebijakan anggaran bagi perguruan tinggi,” terang Syamsul.
Ia mengusulkan pembelajaran efektif secara daring dengan proporsi 40 persen serempak dan 0 persen mode tidak serempak. Hal ini berdasarkan pada kuliah daring dikenal dua mode yakni synchronous (serempak) dengan menggunakan ViCon dan asynchronous (tidak serempak) dengan menggunakan LMS. Ia menawarkan opsi pengaturan yang optimal pembelajaran daring dengan kedua mode tersebut.
Dilansir beritajatim.com, Syamsul menjelaskan metode tersebut dimulai dengan pembelajaran tidak serempak melalui materi dari dosen dalam bentuk teks, grafik, gambar, audio, dan video yang didokumentasikan dalam bentuk audio visual dengan ukuran file yang tidak terlalu besar.
Ia sendiri telah menggunakan media pembelajaran audio visual ini sejak tahun 2006. Menurutnya metode ini lebih disenangi mahasiswa. Ia mengukurnya dari tugas yang dikumpulkan mahasiswa lebih variatif dan bagus.
Selanjutnya Syamsul menerangkan, setelah diberikan materi berbentuk audio visual, mahasiswa dan dosen dapat berinteraksi melalui ViCon. Fokus pembelajaran meliptui klarifikasi, penguatan pemahaman, dan berdiskusi. Dengan mode ini, dosen dapat memotivasi mahasiswa untuk terus giat belajar.
Gunakan Office 365 ITS
Tips selanjutnya dalam melakukan kuliah daring adalah Syamsul menyarankan penggunaan program Office 365 ITS yang dilengkapi TEAM untuk mahasiswa tingkat akhir yang tidak memerlukan bahan di laboratorium. Penggunaan program tersebut untuk melakukan diskusi dan penyuntingan dokumen laporan tugas akhir bersama dosen pembimbing.
Harapannya adalah selama kuliah daring ini tidak memberatkan mahasiswa. Di sisi lain, mahasiswa juga betah belajar di rumah. Kemudian ia berharap dosen pun bisa meningkatkan kemampuan penggunaan e–learning. Sehingga mahasiswa dan dosen bisa menggunakan pembelajaran daring efektif.
“Yang terpenting dari semua itu adalah semoga dalam situasi seperti ini, kita semua tetap sehat dan bahagia dengan produktif di rumah,” pungkas Syamsul, yang tergabung dalam Tim Ahli Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Ia menuturkan sedang merencakanan pembuatan video tutorial penggunaan program Office 365 ITS yang nantinya bisa digunakan oleh dosen dan mahasiswa.
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…