Kompetensi pedagogik atau kemampuan dosen mengelola pembelajaran penting bagi pendidikan tinggi. Kemampuan pedagogik merupakan tulang punggung keberhasilan proses pendidikan di perguruan tinggi. Kemampuan pedagogik ini terkait dengan cara mengajar yang baik dan tepat, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan efektif.
Seorang dosen harus memiliki kepakaran di bidang keilmuannya. Di samping itu, ia juga harus menguasai teori-teori dan teknik pengajaran serta aplikasinya dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi. Oleh sebab itu, peningkatan kemampuan di bidang ini merupakan hal utama dalam pengembangan profesionalisme dosen.
Beberapa perguruan tinggi di Amerika Serikat, mengukur kualitas sebuah fakultas melalui kemampuan para dosennya dalam mengelola proses pembelajaran. Demikian pula mata kuliah yang diberikan kepada mahasiswa juga disesuaikan dengan kompetensi pedagogik para dosennya. Dosen tidak hanya dinilai dari penguasaan terhadap bidang studinya atau pengembangan teori-teori ilmiahnya, namun juga pada kemampuannya mengajar serta mengelola pembelajaran di dalam kelas yang mencakup pendekatan, strategi, metode, dan seni mengajarnya.
Inti dari kompetensi pedagogik sebenarnya ialah kesesuaian teori dan praksis. Dosen tidak hanya dituntut memahami teori-teori mengenai pengajaran, namun teori itu dipadukan dengan pengalaman dan praktik mengajar. Pertanyaan yang kemudian muncul ialah bagaimana memulai harmonisasi teori dan praksis itu? Tentu saja dengan pelatihan, sebuah cara yang dianggap klise. Bukankah isi dari pelatihan dalam hal apapun, tujuannya meningkatkan kemampuan?
Terdapat beberapa varian pelatihan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik ini. Para tenaga dosen perlu diberikan pelatihan yang terkait dengan metode pengajaran di perguruan tinggi yang meliputi metode diskusi, studi kasus, tutorial, tim pengajar dan ceramah. Metode-metode tersebut selama ini memang sudah mewarnai kelas-kelas. Tetapi, tidak jarang dosen yang hanya menggunakan satu metode saja, seperti ceramah mimbar. Satu metode itupun kurang variasi dan teknik atau seni yang mumpuni. Berikut ini dapat kita urai satu persatu.
Metode ini lebih efektif dari metode ceramah, karena diskusi menuntut mental dan pikiran serta tukar menukar pendapat. Selain itu, diskusi juga lebih komunikatif, mampu menjelaskan hal-hal yang masih semu, dan mampu mengungkap tingkat keaktifan setiap mahasiswa.
Pelaksanaan metode diskusi dapat dibentuk beberapa kelompok kecil. Kelompok kecil tersebut mendiskusikan tema tertentu terlebih dahulu, sebelum kemudian berdiskusi dan saling tukar pendapat dengan kelompok kecil lainnya.
Metode ini relevan terutama untuk program studi yang menekankan penerapan suatu hukum terhadap suatu kasus, misalnya di fakultas hukum atau fakultas pertanian, dan lain-lain. Suatu kasus dijadikan bahan untuk diskusi mahasiswa di bawah bimbingan dosen.
Kasus kasus tersebut biasanya berupa masalah aktual yang sedang terjadi. Dampak positif metode studi kasus beragam. Selain menarik mahasiswa agar menanggapi dan menyelesaikan masalah aktual yang sedang terjadi di masyarakat, mahasiswa secara tidak langsung dilatih memiliki empati sosial yang tinggi. Pendidikan di kelas-kelas dengan demikian dekat dengan kehidupan. menjauhkan stereotip masyarakat selama ini, bahwa pendidikan jauh dan sedikit kontibusinya bagi kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Metode ini berupa penugasan kepada beberapa mahasiswa tentang suatu objek tertentu, lalu mereka mendiskusikannya dengan pakar di bidangnya untuk memastikan validitas pemahaman mereka tentang objek tersebut.Penugasan membuat mahasiswa bertanggung jawab, melatih berpikir mandiri, dan mampu percaya diri atas apa yang telah dihasilkannya.
Salah satu bentuk dari metode ini adalah sekurang-kurangnya dua orang dosen mengajar satu materi kuliah yang sama dalam waktu yang sama pula, namun dengan pokok bahasan yang saling melengkapi. Fungsinya saling melengkapi itu, mahasiswa dapat saling membandingkan gagasan dua dosen atau lebih tersebut, memadukannya dari dua sumber berbeda. Tujuannya ialah menghasilkan sintesis atau pengetahuan baru yang benar-benar segar.
Metode ini muncul paling awal dan banyak digunakan terutama jika mahasiswa dalam satu kelas sangat banyak. Apabila ceramah dosen berlangsung memikat dan demonstratif, mahasiswa tertarik terhadap tema kajian. Namun, banyak dosen kemampuan menyampaikannya kurang. Sehingga metode ceramah dianggap kurang memadai. Alternatifnya mesti dipadukan dengan metode lain yang lebih menarik minat dan daya kritis mahasiswa.
Sejalan dengan diterbitkannya Permendikbudristek Nomor 44 Tahun 2024, maka diterbitkan pula pedoman pelaksanaan berisi standar…
Mau upload publikasi tapi Google Scholar tidak bisa dibuka? Kondisi ini bisa dialami oleh pemilik…
Beberapa dosen memiliki kendala artikel tidak terdeteksi Google Scholar. Artinya, publikasi ilmiah dalam bentuk artikel…
Mau lanjut studi pascasarjana dengan beasiswa tetapi berat karena harus meninggalkan keluarga? Tak perlu khawatir,…
Anda sudah menjadi dosen harus melanjutkan S3? Jika Anda menargetkan beasiswa fully funded dan masih…
Melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi di luar negeri, semakin mudah dengan berbagai program beasiswa.…