Menurut dosen muda prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas PGRI Madiun Kodrat Eko Putro Setiawan, M.Pd., ini menulis adalah suatu ‘kewibawaan akademik’ bagi seorang dosen dan menjadi motivasi tersendiri. Sebagai dosen muda Eko (28) yang telah menerbitkan banyak buku ini pun berbagi kiat ketagihan menulis sebuah kebiasaan baru lahirlah gagasan hingga menjadi buku. Berikut kiatnya.
“Jangan sampai terlalu asik membaca karya orang lain, hingga lupa membaca karya sendiri” pernyataan yang menurut Eko mengandung makna sebuah konsekuensi bagi seorang dosen yang tak hanya membaca berbagai sumber bacaan untuk memperluas wawasan, tetapi dari bahan bacaan tersebut lahirlah sebuah gagasan yang segar yang kemudian berwujud tulisan berupa buku, artikel, opini dan lainnya.
Mengutip pernyataan Rektor Universitas PGRI Madiun, menulis buku itu menjadi sebuah ‘kewibaan akademik’ bagi seorang dosen memang benar adanya. Bagi Eko seorang dosen muda, hal tersebut menjadi motivasi tersendiri. Bukan berarti tanpa hambatan, tentu saja dalam pelaksanaannya pasti ada saja tantangan yang ada, satu diantaranya adalah rasa malas.
Menurut penerima penghargaan dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia; penghargaan dari Indonesian Consultant At Law (ICLaw) Green Pen Award (Jakarta); penghargaan dari Bukugrafi dan Diandra Kreatif (Bandung); penghargaan dari Ektalase Publisher (Bulukumba); dan penghargaan dari Dukut Publishing (Surabaya) sangat manusiawi jika dosen dilanda rasa malas, yang terpenting adalah bagaimana cara mengatasi rasa malas tersebut agar tidak bertahan lama.
Berikut ini cara Eko memberikan kiat ketagihan menulis yang menjadi referensi dalam menanggulangi rasa malas itu, bisa dipraktikan sebagai ikhtiar mengisi ‘kebiasaan baru’ degan berkarya berupa buku. Konsep sederhana dalam membangun semangat ketagihan menulis yang bisa dilakukan adalah paksaan, biasakan, dan butuhkan.
Paksakan
Paksakan yang dimaksudkan adalah ketika rasa malas melanda, paksakan untuk tetap menulis, jangan menunggu ‘mood’ baik, apalagi tidak tahu kapan datangnya ‘mood’ baik itu. Paksakan ini perlu untuk berlatih untuk berlatih untuk mendisiplinkan diri dalam menulis.
Biasakan
Kiat ketagihan menulis yang berikutnya adalah biasakanlah setiap hari untuk menulis berapapun hasilnya, kalau bisa biasakan minimal satu hari satu halaman, syukur kalau lebih bisa lebih, itu tambah baik.
Butuhkan
Perlu disadari bahwa tujuan menulis bukan hanya sekadar untuk memenuhi persyaratan untuk kenaikan jabatan atau semacamnya. Jauh dari itu, yang perlu dipahami oleh dosen sebagai sosok yang senantiasa ‘dilihat’ mahasiswanya, karena setiap apa yang dilakukan biasanya menjadi model dari peserta didiknya. Oleh sebab itiu, kebutuhan menulis adalah suatu kegiatan yang tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang-orang di sekitar.
Pandai Mengelola Waktu
Apabila ingin produktif menulis, maka berlatihlah untuk mengelola waktu dengan baik. Caranya, bagilah waktu kapan untuk membaca referensi untuk tulisan, dan kapan waktu untuk memulai menulis. Hal lain yang perlu diperhatikan ialah pembagian waktu dalam beraktivitas.
Alokasikan khusus untuk waktu menulis. Jika anda tidak meluangkan waktu dalam menulis, maka akan dipastikan akan kesulitan untuk bisa produktif dalam menulis.
Berjanji untuk Tekun Menulis
Ketekutan yang diperlukan untuk menuntaskan setiap tulisan. Dalam setiap proses penulisan pasti ada tantangan yang harus ditaklukan. Pada proses pelaksanaannya, menulis itu butuh kondisi tubuk yang baik. Artinya, kesehatan haruslah menjadi perhatian. Jangan sampai karena tekun kemudian mengorbankan kesehatan. Ketekunan ini berkaitan dengan cara mengelola waktu yang baik dalam menciptakan iklim yang produktif dalam menulis.
Berkomitmen kepada Diri Sendiri
Menulis membutuhkan komitmen, lebih-lebih jika ingin menjadi penulis yang produktif. Misalnya, jika sudah berkomitmen untuk menulis satu buku dalam satu bulan, maka jangan langgar komitmen itu.
Mau Bertanggung Jawab
Syarat utama dalam hal ini untuk produktif dalam menulis adalah bersedia bertanggungjawab kepada dirinya sendiri. Artinya, bersedia bertanggungjawab dalam menyelesaikan tulisan sesuai jadwal yang ditentukan dan bertanggung jawab juga terhadap kualitasnya.
Rajin Berburu Ide
Produktivitas itu tidak lepas dari kreativitas. Agar kreativitas bisa terus berkembang, tak ada cara lain, mau tidak mau harus rajin mencari ide. Cara dalam berburu ide tersebut bisa dilakukan dengan cara rajin membaca, atau berselancar secara daring. Karena saat ini sudah banyak tersedia toko buku daring atau sumber-sumber yang bisa digunakan sebagai sumber inspirasi.
Dengan begitu ketagihan menulis akan datang dengan sendirinya. Hasil dari membaca atau memburu ide, akan membuat anda kaya inspirasi dan semakin membuat anda ingin segera menuliskannya.
Mau Diskusi
Supaya ide bisa berkembang sangat perlu berdiskusi dengan rekan-rekan. Pilih teman yang juga suka menulis. Selain bisa membahas tema-tema yang akan dikembangkan menjadi sebuah tulisan, juga bisa digunakan untuk sarana berbagi pengalaman tentang proses menulis. Kesempatan itulah yang bisa digunakan untuk menerima masukan terkait tulisan yang dibuat.
Aktif Mengirim Naskah ke Penerbit
Banyak-banyaklah menulis dan mengirimkannya ke berbagai penerbit. Apalagi kini banyak penerbit-penerbit indie yang menyediakan jasa penerbitan buku. Namun, demikian harus aktif pula di penerbit mayor yang biasanya karya-karya yang terbit sudah melalui seleksi tim ahli sehingga bisa meningkatkan kualitas tulisan.
Eko mengungkapkan, semua itu adalah ikhtiar untuk mewujudkan gagasan menjadi sebuah tulisan yang bisa dibaca oleh siapa saja, tentu muaranya adalah dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Profesi dosen tidak lepas dari hal itu, pengembangan ilmu pengetahuan untuk menyebarluaskan kemanfaatan pada masyarakat luas.
“Sungguh tugas mulia, profesi yang dipilihkan Tuhan untuk bisa berlomba-lomba dalam kemanfaatan. Media yang bisa digunakan satu diantaranya ialah melalui tulisan,” pungkas Eko yang telah menerbitkan 10 buku dalam kurun waktu 5 tahun tersebut. (duniadosen.com)