Selain untuk kenaikan pangkat dan jabatan, menulis sebagai bentuk tranformasi dan penyebarluasan ilmu pengetahuan dan pengabdian masyarakat. Namun fakta yang terjadi, komitmen dosen dalam menulis buku dan menulis artikel ilmiah serta mempublikasikannya masih tergolong rendah. Menulis belum membudaya di kalangan dosen. Berikut duniadosen.com memberikan kiat dosen produktif menulis buku, hasil wawancara dengan dosen Ilmu Administrasi Unisma, Malang, Hayat, S.AP., M.Si., yang telah menghasilkan 43 buku.
Hayat merupakan dosen Ilmu Administrasi Universitas Islam Malang (UNISMA) yang produktif menulis. Terhitung sejak dirinya menjadi dosen 2012 hingga saat ini sudah 43 judul buku yang ia hasilkan. Produktif menulis buku hingga puluhan judul itu, seolah menjadi kebutuhan. Sehingga ia pun juga terus mengaktifkan diri dalam penelitian dan kegiatan dosen yang lain.
“Sebelumnya sudah seringkali bersentuhan dengan buku, yaitu membaca dan belanja buku saya lakukan sejak menjadi mahasiswa,” ungkap Hayat kepada duniadosen.com.
Mengelola Jurnal Jadi Awal Hobi Menulis Buku
Mengawali menulis buku Hayat mengaku karena berkecimpung di jurnal fakultas. Ia diberikan amanah untuk mengelola jurnal prodi dan fakultas yang lama vakum. Dengan semangat belajar, menumbuhkan semangat untuk berbagi dan mempublikasikan karya melalui jurnal.
Tidak hanya mengelola jurnal prodi dan fakultas, Hayat pun bertugas mengedit, menyunting, sekaligus menulis artikel di jurnal tersebut. Dari sanalah, Hayat banyak belajar menulis dari para pakar, baik itu dosen, praktisi yang mengirimkan artikel ke jurnal yang ia kelola.
Dari sana, akhirnya menjadi hobi, kenyamanan, dan keistiqomahan Hayat dalam menulis. Hingga akhirnya Hayat menemukan cara belajar dan berusaha untuk menulis artikel dengan pola-pola yang efektif.
Hayat menemukan metode belajar menulis buku dengan banyak membaca buku-buku karya orang-orang hebat. Dengan modal dasar banyaknya membaca tulisan orang, sehingga ia terbiasa untuk menulis dengan pola yang diketahui. Yaitu, membiasakan diri menulis setiap hari. Karena menulis adalah soft skill yang harus terus dilatih dan dibiasakan hanya dengan 2 cara tersebut (membaca dan membiasakan menulis setiap hari), agar tulisan semakin berkualitas.
Hasilkan 43 Judul Buku Selama Menjadi Dosen
Terhitung sejak menjadi dosen di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Islam Malang (Unisma) pada 2012 hingga saat ini, sudah 43 buku yang ia terbitkan. Baik mandiri maupun antologi dan menulis bersama dengan kolega.
Tahun 2020 ini Hayat sudah mempunyai 3 judul buku yang siap naik cetak pada Februari akhir dan Maret mendatang. Selain buku ajar, ia juga aktif menulis buku referensi atau buku-buku pengayaan lainnya yang berbentuk nonfiksi.
Adapun buku-buku yang pernah ditulis Hayat di antaranya, Buku Referensi Manajemen Pelayanan Publik yang terbit tahun 2017 yang sampai saat ini menjadi Best Seller dan masuk ke terbitan ke-3. Dan yang terbaru terbitan 2019 akhir berjudul Hukum dan Kebijakan Publik yang juga merupakan buku referensi yang Hayat tulis dengan dekan Fakultas Hukum Unisma.
“Buku pertama yang saya tulis adalah buku antologi, tetapi untuk yang buku ajar saya menulis pertama itu berjudul Manajemen Pelayanan Publik terbit 2017 yang sekarang dipakai untuk pendamping mata kuliah dan Alhamdulillah best seller. Dan yang akan naik cetak ini judulnya Birokrasi dan Aparatur Negara terbit Februari 2020,” ujarnya.
Hasil Penelitian Dikonversi Jadi Buku Referensi
Hayat menceritakan, saat pertama melakukan proses penulisan buku referensi dengan judul Manajemen Pelayanan Publik, ia membutuhkan waktu sekitar 1 tahun. Karena buku tersebut adalah buku dari hasil penelitian yang kemudian ia konversi menjadi buku referensi. Jadi buku itu melalui proses riset selama 2 tahun.
Langkah tersebut bisa dijadikan contoh bagi para dosen yang mungkin masih bingung dalam memulai menulis buku. Dari hasil penelitian pun bisa dijadikan bahan untuk disusun menjadi sebuah buku referensi. Untuk langkahnya, bisa dibaca pada artikel https://duniadosen.com/berikut-unsur-penting-menulis-buku-referensi-yang-harus-diperhatikan/ dan https://duniadosen.com/ini-contoh-teknik-penulisan-buku-ajar-dari-hasil-penelitian/
Kendala dan Cara Membagi Waktu
Agar dosen produktif menulis buku kenali dulu kendala apa saja yang memungkinkan terjadi saat proses menulis buku. yang tidak kalah penting, perhatikan juga management waktu untuk menulis. Ketika sudah diniatkan menulis, maka Anda akan meluangkan waktu dan memberikan space waktu untuk menulis. Bukan lagi menggunakan sisa waktu dari aktifitas Anda untuk menulis.
Diakui Hayat, dalam menulis buku itu memang banyak kendala. Selain harus mengatur waktu secara rutin, menulis harus dipaksakan, memompa motivasi yang kadangkala naik turun juga diperlukan trik khusus, serta kesibukan dosen yang lainnya yang kadang menjadi alasan bagi dosen sehingga tidak ada waktu menulis. Atau bahkan alasan lain yang dapat mengganggu aktivitas menulis.
Semuanya itu bisa diatasi ketika seorang dosen memiliki target kapan tulisannya harus selesai dan bisa diserahkan ke penerbit untuk di proses naik cetak.
Membagi Waktu Antara Mengajar dan Menulis
Pengalaman Hayat menemukan cara menulis aktif dan waktu yang pas untuk menulis usai ia berproses dengan berbagai dinamika. Salah satu waktu yang efektif yang dianjurkan Hayat adalah pada pukul 01.00 wib – 02.00 wib dini hari. Dia mengawalinya dengan salat sunah kemudian memulai menulis hingga waktu Subuh atau bahkan hingga matahari mulai naik.
Usai menulis, tak jarang Hayat melakukan olahraga atau melakukan kegiatan lainnya. Hal itu sudah menjadi kebiasaannya sejak lama. Dan kebiasaan itu menjadi waktu yang efektif yang selalu ia terapkan dalam menulis sehingga tidak mengganggu aktifitas lainnya.
“Pagi baru berangkat ke kampus seperti biasanya. Tetapi jika ada waktu longgar di kampus, saya mamfaatkan untuk menulis. Ketika baru sampai kantor dan tidak punya aktifitas lainnya, saya biasakan menulis,” jelasnya.
Ketika akan pulang dari kampus pun ia kerap memanfaatkan waktu menulis, yang biasa ia lakukan di luar kampus atau di luar rumah. Misalnya di cafe, kantin, bandara, stasiun, terminal, saat di kereta, atau ditempat manapun ketika ada waktu luang selalu ia sempatkan untuk menulis.
Baginya menulis itu tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Dimana saja, kapan saja, dan dalam kondisi apa saja bisa dimanfaatkan untuk menulis selama memiliki waktu yang luang dan tidak mengganggu aktifitas lain.
Dosen Harus Produktif Menulis Buku
Hayat mengimbau kepada seluruh dosen di Indonesia maupun civitas akademia yakinkan diri bahwa menulis itu mudah dan menyenangkan. Banyak cara untuk bisa menulis efektif dan efisien. Setiap hari, melalui sosial media Hayat membuat tulisan tentang motivasi menulis. bahkan Hayat pun pernah mempraktikan menulis buku dari nol sampai terbit hanya dalam kurun waktu 3 bulan dengan ketebalan 200-an halaman.
“Saya ingin memotivais bapak ibu dosen, bahwa aktivitas menulis itu memberikan jalan-jalan alternative bagi mahasiswa atau masyarakat umum untuk mengetahuai pengetahuan atau ilmu. Kita menulis bagaikan membuat jembatan bagi perkembangan ilmu yang kita tulis. Tidak ada alasan sibuk, tidak punya waktu, tidak bisa mengatur waktu, bingung memulia dari mana, buku apa yang akan saya tulis dan berbagai pertanyaan lainnya yang biasa saya dengar, baik dari kolega atau dari sahabat-sahabat atau ketika saya mengisi workshop, pelatihan atau seminar kepenulisan,” imbuhnya.
Ia menambahkan, menulislah, suatau saat tulisan itu akan menjadi saksi bawah hidupmu begitu bermanfaat bagi mahasiswa, bagi ummat, bagi masyarakat dan bagi bangsa dan Negara serta bagi pengembangan ilmu pengetahuan yagn akan datang. (duniadosen.com/ta)